TAKDIR
Setelah Perang Shiffin, seseorang bertanya kepada Imam Ali apakah 
perang melawan orang-orang Syiria merupakan takdir bagi mereka. Imam 
Ali menjawab :
Jika yang engkau maksud dengan takdir adalah paksaan (fisik atau 
lainnya) sehingga kita dipaksa (oleh kekuatan alam natural) untuk 
berbuat sesuatu, maka takdir tidaklah demikian. Seandainya takdir 
adalah pemaksaan seperti itu, maka tak ada pahala bagi orang yang 
melakukan itu dan tak ada hukuman bagi orang yang tidak melakukan 
itu (ketika engkau mendapat paksaan fisik untuk berbuat sesuatu, 
seperti bernapas, tidur, makan, minum, dst, maka tak ada pahala bagi 
yang melakukannya dan tak ada hukuman bagi yang tidak melakukannya. 
Bila situasinya seperti itu, maka kalau engkau berbuat sesuatu dan 
kalau tidak tidak dapat berbuat sesuatu, itu karena tekanan fisik 
alam), sehingga kebahagiaan dan siksaan yang dijanjikan akan 
diberikan di akhirat jadi tak ada maknanya.
Tuhan Maha Pemurah telah memberi makhluk-makhluk-Nya (seperti 
manusia) kemerdekaan untuk melakukan apa yang mereka kehendaki, dan 
kemudian melarang mereka melakukan melakukan perbuatan-perbuatan 
tertentu, dan mengingatkan mereka tentang konsekuensi-konsekuensi 
perbuatan-perbuatan seperti itu (murka-Nya dan hukuman-Nya).
Sistem (perintah) Allah ini tidak akan menyulitkan, malah menuntun 
kita untuk menjalani kehidupan dengan nyaman, sementara pahala yang 
Dia janjikan untuk amal salih berlipat-lipat lebih banyak daripada 
yang sesungguhnya diterima amal salih. Allah melihat manusia durhaka 
kepada-Nya, namun Dia sudi memberinya kesempatan, bukan karena Dia 
bisa ditekan atau dikendalikan untuk menerima supremasi manusia atas 
Dia. Dia tidak mengutus para nabi-Nya untuk menyenangkan diri-Nya 
sendiri atau untuk memberikan kesenangan bagi mereka. Dia tidak 
menurunkanperintah-perintah-Nya tanpa alas an yang benar, atau Dia 
tidak menciptakan galaksi-galaksi dan bumi tanpa adanya tujuan. Alam 
semesta yang eksis tanpa direncanakan, tanpa adanya tujuan dan 
program, itu adalah pikiran kaum kafir dan musyrik, penyesalan dan 
kesedihan akan merundung mereka saat mereka berada di tengah ledakan 
dan kobaran api neraka.
Mendengar kata-kata Imam Ali ini, orang itu bertanya kepada Imam 
Ali, "Lantas seperti apa takdir kita itu?" Imam Ali menjawab :
"Itu adalah perintah Allah untuk melakukan sesuatu seperti perintah 
yang Dia berikan dalam kitab suci-Nya: Engkau ditakdirkan oleh Allah 
untuk hanya menyembah dan beribadah kepada-Nya, disini `ditakdirkan' 
mengandung arti `diperintah', artinya bukan tekanan atau pemaksaan 
fisik.
(Nahjul Balaghah, jil.II, Sayid Syarif Radhi,hal.331-332)
=================
assalamualaikum wr. wb.

teman2, mohon berbagi pengetahuan tentang takdir.
saya belum  memahami maksud/makna tulisan diatas.

salam,
mono-bdg





Kirim email ke