Memang aneh P'Ananto,....selama ini kalau kita amati permasalahan yang 
sunah-sunah di peruncing yang akhirnya malah kita mendapatkan dosa, contoh juga 
Sholat tarawih 23 dan 11, hal ini selalu menjadi fenomena setiap tahun, lebih 
konyolnya lagi hingga saling dendam, nah gimana coba berebut sunah malah 
mendapatkan dosa, semua tau apa itu sunah, tetapi kita wajib menjaga agar kita 
jangan sampai menyakiti hati orang lain tapi anehnya hal ini malah dilanggar.
 
Salam
 
Bambang Kartika
 

-----Original Message-----
From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Ananto
Sent: Monday, February 19, 2007 1:34 PM
To: keluarga-islam@yahoogroups.com
Subject: [keluarga-islam] Akhlak Dulu, Baru Fikih





Akhlak Dulu, Baru Fikih
Oleh: Abdullah Ubaid
Kampung itu dihuni warga Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Mereka hidup 
berdampingan. Dalam hal mu`amalah, hidup bermasyarakat, perbedaan itu tak 
pernah mengemuka. Tapi jangan bilang kalau soal ibadah. Mereka punya pedoman 
fikih masing-masing yang tak bisa diganggu gugat. 

Saking fanatiknya, ada dua masjid di kampung itu. Masjid ala NU dan ala 
Muhammadiyah. Rizal adalah warga Muhammadiyah. Pada bulan Januari lalu, ia 
kedatangan tamu, teman lamanya. Syamsul, nama pria itu. Ia seorang santri 
Langitan Jawa Timur, pesantren yang kental dengan NU.  

Saat shalat Subuh, Syamsul bertindak sebagai Imam. Pada rakaat kedua, setelah 
iktidal, Syamsul mengangkat dua tangan seraya berdoa. "Amin… amin… amin…," 
suara Rizal mengiringi doa qunut yang dipanjatkan Syamsul. 

Usai shalat. Ayah Rizal masuk ke ruangan shalat di sudut belakang rumah. Ia 
menegur anaknya itu. 

" Mengapa kamu tadi bilang amin… amin… ketika iktidal?"

"Saya mengamini doa qunut yang dibaca Syamsul."

"Kenapa kamu shalat subuh pakai qunut? Ikut-ikutan Syamsul! Itu bid`ah. Nabi 
tak pernah melakukan itu. K amu shalat subuh ulang. Shalat kamu tadi batal."

Perdebatan terus berlangsung. Rizal melakukan itu dengan dalih "menghormati 
tamu", tak lebih dari itu. Ayahnya masih tak mau terima. Rizal lalu menyitir 
kisah pada zaman sahabat. Alkisah, Utsman bin Affan berada di Mina dalam 
rangkaian ibadah haji. Ketika dhuhur tiba, ia shalat empat rakaat. Begitu pula 
dengan Ashar. 

Peristiwa ini diceritakan sahabat Ibnu Yazid kepada Abdullah ibnu Masud. 
Menurut Ibnu Masud, tindakan Utsman itu adalah "musibah". Sebab, Utsman telah 
meninggalkan sunnah Rasul dan Sunnah Abu Bakar dan Umar. Mereka mengajurkan 
shalat qashar ketika berada di Mina. 

Anehnya, saat Ibnu Masud menjalankan haji. Ia tidak mengqashar dhuhur dan 
ashar. Mengapa? "Sekarang ini, Utsman adalah pemimpinku. Aku melakukan ini 
sebagai rasa hormatku kepadanya. Aku tidak menginginkan ada pertengkaran akibat 
perselisihan," dalih Ibnu Masud . 

"Apa benar cerita itu?" tanya ayah Rizal kepada Syamsul. 

"Betul Pak, kisah itu termaktub dalam Sunan Abi Daud dan Sunan al-Baihaqi," 
jawabnya. Sunan Abi Daud adalah kompilasi hadis karya Abu Daud (w. 889 M). 
Sedang Sunan al-Baihaqi adalah Sunan al-Baihaqi al-Kubra karya al-Baihaqi (w. 
1066 M). 

Ayah Rizal baru memahami. Ternyata, fikih itu tidak kaku seperti yang 
dibayangkan. Tapi, bisa saja berubah karena pertimbangan akhlak atau etika. 
Paska kejadian itu, Syamsul kerap diajak jalan-jalan oleh ayah Rizal. 

"Mau ke mana Ayah, pagi-pagi kok mau naik mobil bareng Syamsul?" tanya Rizal. 

"Saya kan mau menghormat tamu juga..." Gerrrr...[] 




 
--------------------------------------------------------

This message (including any attachments) is only for the use of the person(s) 
for whom it is intended. It may contain Mattel confidential, proprietary and/or 
trade secret information. If you are not the intended recipient, you should not 
copy, distribute or use this information for any purpose, and you should delete 
this message and inform the sender immediately.

Kirim email ke