http://www.eramuslim.com

Salahkah Menitipkan Anak di Pondok Pesantren?

Assalumu'alaikum wr, wb.

Begini pak ustadz, pada tahun ajaran baru 2007/2008 nanti saya bertekad
memindahkan anak saya ke pondok pesantren yang didalamnya juga
menyediankan pendidikan umum (SD). Saat ini anak saya baru kelas IV SD.
Niat saya supaya anak saya lebih dini belajar agama dan pendidikan umum
tentunya.

Tetapi dari 10 orang teman saya yang saya ceritakan semuanya tidak ada
yang setuju, alasannya saya terlalu otoriter dan egois tidak memberikan
kebahagian masa anak-anak untuk bermain sebagaiman anak-anak lainya.
Memang kalau saya tanyakan langsung kepada anak saya, mau atau tidak ke
pondok pesantren, jawabnya mau tetapi karena terpaksa.

Pertanyaanya:

Apakah saya bersalah dalam hal ini dholim pada anak saya, karena saya
memindahkan sekolah ke pondok pesantren?

Sekian dan terima kasih, 

Wassalamu'alaikum wr, wb.

Bluna

Jawaban
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, 

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan umat yang telah terbukti
menghasilkan para pemimpin yang berkualitas dan handal. Berbeda dengan
citra selama ini dihembuskan bahwa pesantren itu hanya melulu
mengajarkan urusan akhirat saja.

Kenyataannya, begitu banyak pesantren di negeri ini yang melahirkan
cendekiawan, ilmuwan, ulama dan bahkan pimpinan negara. Semau
membuktikan bahwa pesantren bukanlah lembaga pendidikan kelas dua.
Sebaliknya, justru pesantren adalah lembaga pendidikan kelas satu yang
sudah terbukti baik dan dapat menjawab tantangan zaman.

Memang tidak semua pesantren berkualitas, di sela-sela ramainya
pesantren, harus diakui masih ada beberapa yang agak tertinggal, kurang
berkembang atau mengalami kendala internal. Tetapi yang kasusnya begini
tidak mengurangi citra pesantren secara keseluruhan. Masih banyak
pesantren yang berkualitas, mengajarkan 3 bahasa, menghasilakan lulusan
terbaik, dengan hati Makkah dan otak Jerman.

Adapun kapan idealnya seorang anak masuk pesantren, memang tidak ada
standar yang baku. Boleh sejak usia SD, tetapi tidak sedikit yang
mengatakan lebih efektif bila mulai sejak usia SMP dan SMA.

Menurut hemat kami, yang mana saja boleh, asalkan prinsipnya tidak
membuat anak menjadi tertekan, terpaksa atau terbuang. Jadi yang paling
utama adalah bagaimana memberi motivasi yang benar kepada anak, bahwa
dirinya akan menjadi orang hebat bila masuk pesantren.

Di zaman dahulu memang ada beberapa orang tua yang bila melihat anaknya
bandel, hukumannya adalah dimasukkan ke pesantren. Ini adalah cara
berpikir zaman dulu. Sekarang tentu sudah tidak lagi. Justru pesantren
adalah pusat anak yang berprestasi gemilang, serta tempat untuk
mendapatkan ilmu dan peradaban.

Jadi tinggal bagaimana kita bisa memberi motivasi kepada anak. Jangan
sampai anak kita masuk pesantren dengan terpaksa. Paksaan adalah sesuatu
yang harus dihindari. Sebab akan membuat mental anak menjadi lemah.
biasakan untuk berdiskusi dan tukar pikiran dengan anak, jangan terbiasa
menujukkan kekuasaan di depan anak. Jadikan anak sebagai sahabat, bukan
orang yang siap ditindas.

Kalau anda mahir memberi motivasi yang baik, justru anak anda sendiri
yang ribut minta masuk pesantren. Seharusnya yang muncul dalam benaknya,
pesantren adalah sekolah idaman yang jadi impian dan bukan penjara suci
tempat orang buangan.

Mungkin suatu ketika jauh sebelum ada wacana anda memasukkan anak ke
pesantren, ajaklah berwisata ke sana. Kenalkan kepada anak bahwa di
pesantren itu tiap anak akan menjadi orang besar di kemudian hari.
Buktikan juga dengan berziarah kepada tokoh-tokoh yang sudah sukses, di
mana dahulu mereka belajar di dalam pesantren.

Rasanya cara itu lebih elegan dan manusiawi, ketimbang main paksa kepada
anak, yang nantinya anak akan merasa tertekan.

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, 

Ahmad Sarwat, Lc

*************************************
Mau belajar Al-Islam dan berita2 sekitar dunia Islam ?? silahkan klik disini : 
[EMAIL PROTECTED]  Atau mau melihat artikel sebelumnya silahkan kunjungi 
web-site kami : www.tauziyah.com



 

Kirim email ke