Mas Ananto yg budiman,

Memang hal2 tsb bukanlah hal yg terpuji.. tapi sebelum mengeluarkan "kutukan", 
ada baiknya di lihat dulu latar belakang kejadian tersebut. Cross-check dulu... 
apa akar permasalahannya. 
Yang paling berwenang dalam hal ini adalah pemerintah, kenapa hal ini sampai 
terjadi? gimana penyelesaiannya? seharusnya pemerintah lah yang mengatasinya. 
Apa tindakan pemerintah kita? itu seharusnya yg pertama diperhatikan.

Jika merasa sodara sebangsa dan setanah air kita di lecehkan di negeri jiran.. 
ngomong dulu ke pemerintah sendiri, nasehatin dulu pemimpin2 kita untuk ambil 
tindakan yg bijak... suruh urusin warga negaranya.. jangan taunya korupsi 
doank.. 

" Tengok lah ke dalam sebelum bicara... "  kira2 gitu deh kata Ebit.G.Ade..

Salam
icut


----- Pesan Asli ----
Dari: Ananto <[EMAIL PROTECTED]>
Kepada: keluarga-islam@yahoogroups.com
Terkirim: Selasa, 4 September, 2007 2:18:28
Topik: Re: Hal: [keluarga-islam] Re: WNI Indonesia di Malaysia

mbak,
sampeyan ternyata masih belum NGEH dengan maksud saya...
 
saya mau gimana lagi njelasinnya ke anda?
 
fakta: ada orang indonesia yg digebukin di malaysia... ada TKW yg diperkosa di 
malaysia...
 
nah, kita melihatnya sebagai orang... sebagai manusia... sebagai insan... 
terlepas dia agamanya apa...
mau yg digebukin itu hindu, budha, kristen, islam atau atheis... mau dari suku 
jawa, batak, madura, sunda... pokoke, dia kan berwujud manusia...
 
nah, di sini kita dalam posisi mengutuk "malaysia" karena kelakuan dia... 
kebetulan, malaysia itu serumpun dengan kita... dan kebetulan juga malaysia TKP 
nya...
 
gimana? udah NGEH dengan maksud saya?
 
salam ngeh,
ananto
 
 
NB: kata "NGEH" itu di kamus besar bahasa indonesia ada ga seh???

 
On 9/4/07, Cut Mhutia Alkaff <[EMAIL PROTECTED] co.id> wrote: 
Mas.. apa maksudnya tidak ada unsur agama di dalam hal ini?
Memang ada urusan yg tidak tercakup atau terlewat dalam islam? 
Gimana dengan Islam yg sempurna.. islam itu kaffah..
 
Apa mau memisahkan urusan dunia dan agama ya? sekuler donk !!!
 
Salam
icut

 
----- Pesan Asli ----
Dari: Ananto <pratikno.ananto@ gmail.com>
Kepada: keluarga-islam@ yahoogroups. com
Terkirim: Selasa, 4 September, 2007 10:40:41
Topik: [keluarga-islam] Re: WNI Indonesia di Malaysia 


waduh,
 
mbak cute...
begini... saya jelasin lagi yak... :)
 
kita "mengutuk" dengan keras malaysia tempo hari itu karena kelakuan, tingkah 
polah, perbuatan dan apalagi istilahnya.. . jadi, bukan karena dia muslim, 
kristen, konghucu, shinto, dsb...
 
fakta, ada WNI dipukuli di malaysia... ada TKW diperkosa di malaysia... so, 
kita kutuk itu... kita kutuk perbuatan si pelakunya dan pemerintah malaysia 
karena tidak bisa memberi kepastian hukum...
 
sekali lagi, sama sekali tidak ada unsur agama di sini... di amerika pun, jika 
ada WNI yg dipukuli, atau jika ada TKW diperkosa, akan kita kutuk juga...
 
salam kutuk,
ananto
 
NB: kata "kutuk" itu di kamus besar bahasa indonesia ada ga seh???

 
On 9/4/07, Cut Mhutia Alkaff < [EMAIL PROTECTED] co.id> wrote: 
Salah satu kesalahan : 
Umat Islam udah "terkotak-kotak" oleh rasa nasionalisme. .
Sehingga cinta pada saudara sesama muslim terabaikan.
 
Salam
icut

 
----- Pesan Asli ----
Dari: Ananto <pratikno.ananto@ gmail.com>
Kepada: keluarga-islam@ yahoogroups. com
Terkirim: Selasa, 4 September, 2007 8:23:05 
Topik: [keluarga-islam] Re: WNI Indonesia di Malaysia


hmmm....
yok opo seh sampeyan iki...
 
diributin salah,
ga diributin juga salah...
 
trus,
salahnya di mana sih?
 
yo wis lah... gitu aja koq repot...
 
salam,
ananto

 
On 9/3/07, Cut Mhutia Alkaff < [EMAIL PROTECTED] co.id> wrote: 
Kalo masalah memperkosa, memukul, menyiksa... di Indonesia sekarang ini juga 
banyak kejadiannya. .. koq ga pada ribut? koq ga ada yg belain ya? tapi.. 
begitu kejadiannya di luar negeri koq pada kebakaran jenggot? kalo mo fair 
mestinya biasa2 aja dong.. di indonesia juga kan biasa... 
 
Salahnya di mana sih?

 
----- Pesan Asli ----
Dari: Ananto <pratikno.ananto@ gmail.com>
Kepada: keluarga-islam@ yahoogroups. com
Terkirim: Senin, 3 September, 2007 3:08:03 
Topik: Re: Hal: [keluarga-islam] Re: WNI Indonesia di Malaysia 


mmm...
 
sekali lagi, itu adalah kata2 heroik di masanya....
jika di masa itu mbak cute ada di dalamnya, bisa jadi merasakan hal yang 
sama....
 
hampir seluruh anak bangsa, dari sabang sampai merauke merasakan hal itu...
 
persaudaraan sesama muslim? persaudaraan macam apa yg anda inginkan?
 
apakah ada saudara tega memperkosa?
apakah ada saudara tega memukul?
apakah ada saudara tega menyiksa?
 
salam,
ananto

 
On 9/3/07, Cut Mhutia Alkaff < [EMAIL PROTECTED] co.id> wrote: 
Mas Ananto,
 
Kata2 "membumi" nya sesuai syariat Islam ga mas? 
Masa rasa nasionalis harus mengubur rasa persaudaraan antar muslim?
 
Indonesia salah satu negeri mayoritasnya kaum muslim, malaysia juga.. Sesama 
muslim saudara kan mas? masa antar saudara saling menyakiti? katanya islam!! 
 
 
Salam
icut


 
----- Pesan Asli ----
Dari: Ananto <pratikno.ananto@ gmail.com>
Kepada: keluarga-islam@ yahoogroups. com
Terkirim: Senin, 3 September, 2007 1:56:20 
Topik: Re: [keluarga-islam] Re: WNI Indonesia di Malaysia


dulu pas jamannya bung karno, kata2 "ganyang malaysia" begitu sangat membumi...
sejarah berbicara demikian... :)
 
salam,
ananto

 
On 9/3/07, Cut Mhutia Alkaff < [EMAIL PROTECTED] co.id> wrote: 
Duh.. serem banget kata2 "ganyang malaysia" !!
sebelum menyalahkan tetangga atau oknum2 negeri tetangga ini, coba 
diinstrospeksi ke dalam negeri sendiri dulu.. memangnya selama ini sudah 
ditegakkan kan perlindungan terhadap warga negara? Saya pikir sih kalau 
pemerintah Indonesia memang dengan tegas melindungi warga nya yg berada di luar 
negeri dan sanggup memberikan sanksi2, tentu negara2 laen itu mikir mau 
sewenang2 ma orang indonesia... lah wong pemerintah indonesia sendiri aja masa 
bodoh dengan warga nya gimana dong negara lain mau sok ngurusin? 
 
Salam
icut

 
----- Pesan Asli ----
Dari: Ananto <pratikno.ananto@ gmail.com>
Kepada: keluarga-islam@ yahoogroups. com
Terkirim: Senin, 3 September, 2007 9:22:48 
Topik: Re: [keluarga-islam] Re: WNI Indonesia di Malaysia 



hmmm...
pancasila aja mo diganti, gimana mau teriak "ganyang malaysia !!!"
 
salam indonesia,
ananto


 
On 9/1/07, Kartika, Bambang <[EMAIL PROTECTED] com > wrote: 
Gimana mau dihargai bangsa lain lawong budaya bangsanya sendiri saja tidak 
dihargai, adab budaya bangsa sendiri saja di permasalahkan, patriotisme, 
nasionalisme sudah tidak ada dalam nadi bangsa Indonesia sendiri, SD saja sudah 
tidak hafal lagi lagu garuda pancasila, apalagi indonesia raya. 
 
Sekarang kita butuh pemimpin yang berani mengatakan "Ganyang malaesia". namun 
sayang Ia telah tiada bahkan ada tudingan-tudingan miring terhadap Beliau, ini 
lah hidup dan kehidupan. 
 
Indonesia di jor klowor, sing ratu ilang bawane, sing Ustad, Kiyai ilang 
ciptane, jalarang podo ngugemi karepe dewe-dewe.
 
 
-----Original Message-----
From: keluarga-islam@ yahoogroups. com [mailto: [EMAIL PROTECTED] s.com]On 
Behalf Of Ananto
Sent: Friday, August 31, 2007 9:23 AM
To: keluarga-islam@ yahoogroups. com
Subject: Re: [keluarga-islam] Re: WNI Indonesia di Malaysia


untung tempo hari ane kagak pilih die...
 
salam,
ananto


 
On 8/30/07, banganut <[EMAIL PROTECTED] co.id > wrote: 
Masih juga ngak melek !!

Warga malaysia ngebom indonesia, warga indonesia yang ditangkap dan
disiksa di negrinya sendiri !

warga indonesia di malaysia tidak dipandang apa-apa ...
sudah diperkosa ... di siksa .. di bunuh ... bunuh diri 

apakah karena warga indonesia babu, bingkisan peti mayat dari negri
jiran tak menoreh luka bagi Indonesia ? tutup mata ?

apakah karena dia kepala wasit, aparat ? baru bergejolak ?

dimana nurani ?

Ini harga diri bangsa !!!

tidak punya sikap ? jangan pernah bangga jadi bangsa Indonesia

Kalau diri pribadi dituduh pernah kawin selama pendidikan, ribut ke sana
kemari dan mengadu hukum,

Kalau lagi di jewer mantan ketua MPR, teriak sana-sini 

Pengecut !!!

Rakyat tertindas, masih tak ada sikap !!! akan terus ada cerita luka
....

Sok pahlawan !!
Kalau yang diculik bukan orang sembarangan dan penculiknya sudah
ketahuan, tampil jadi pahlawan, bergerak dengan sigap seluruh aparat 

Mental seperti ini, aku tidak bangga dan wajar saja kalau bangsa ini
dianggap remeh oleh warga negara lain.

Nasionalisme jika hanya untuk popularitas, kepentingan sesaat. Tidak
akan menyentuh nurani seluruh rakyat indonesia. Selama ketimpangan dalam 
pembelaan terhadap rakyat sendiri baik dinegri sendiri atau dinegri
orang lain hanya pembelaan semu.

Maaf ....

wassalam

anut

--- In keluarga-islam@ yahoogroups. com, "kang nceps" <[EMAIL PROTECTED]> 

wrote:
>
> Dari seorang teman,,,,,
>
> wassalam
> ============ ========= ========= ========= =========
> Nama saya Budiman Bachtiar Harsa, 37 tahun, WNI asal Banten, karyawan 
> di BUMN berkantor di Jakarta.
>
> Kasus pemukulan wasit Donald Peter di Malaysia, BUKAN
> kejadian pertama. Behubung sdr Donald adalah seorang "Tamu Negara"
> hingga kasusnya terexpose besar-besaran. 
> Padahal kasus serupa sering menimpa WNI di Malaysia.
> BUKAN HANYA TKI Atau Pendatang Haram, tapi juga
> WISATAWAN.
>
> Tahun 2006, bulan Juni, saya dan keluarga (istri, 2
> anak, adik ipar), pertama kalinya kami "melancong" ke 
> Kuala Lumpur Malaysia. (Kami sudah pernah berwisata ke
> negara2 lain, sudah biasa dengan berbagai aturan
> imigrasi).
>
> Hari pertama dan kedua tour bersama Travel agent ke
> Genting Highland, berjalan lancar, kaluarga bahagia 
> anak-anak gembira.
>
> Hari ketiga city tour di KL, juga berjalan normal.
> Malam harinya, kami mengunjungi KLCC yang ternyata
> sangat dekat dari Hotel Nikko, tempat kami menginap.
> Usai makan malam, berbelanja sedikit, adik ipar dan 
> anak-anak saya pulang ke hotel karena kelelahan,
> menumpang shuttle service yang disediakan Nikko Hotel.
> Saya dan istri berniat berjalan-jalan, menikmati udara
> malam seperti yg biasa kami lakukan di Orchrad 
> Singapore, toh kabarnya KL cukup aman.
>
> Mengambil jalan memutar, pukul 22.30, di dekat HSC
> medical, lapangan dengan view cukup bagus ke arah Twin
> Tower.
>
> Saat berjalan santai, tiba2 sebuah mobil Proton berhenti, 2 pria turun 
> mendekati saya dan istri. Mereka tiba-tiba meminta identitas saya dan
> istri, saya balas bertanya apa mau mereka. Mereka bilang "Polis",
> memperlihatkan
> kartu sekilas, lalu saya jelaskan saya Turis, menginap di Nikko hotel. 
>
> Mereka memaksa minta passport, yang TIDAK saya bawa. (Masak sih di
> negeri tetangga, sesama melayu, speak the same language, saya dan
> istri bisa berbahasa inggris,
> negara yg tak butuh visa, kita masih harus bawa passport?). 
>
> Salah satu "polis" ini bicara dengan HT, entah apa yg mereka katakan
> dengan logat melayunya, sementara seorang rekannya tetap memaksa saya
> mengeluarkan
> identitas. Perilaku mereka mulai tak sopan dan Istri saya mulai 
> ketakutan.
>
> Saya buka dompet, keluarkan KTP. Sambil melotot, dia tanya :"kerja ape
> kau disini?" saya melongo... kan turis, wisata. Ya jalan-jalan aja
> lah, gitu saya jawab. Pak 
> polis membentak dan mendekatkan mukanya ke wajah saya:
> KAU KERJA APE? Punya Licence buat kerja?
>
> Wah kali dia pikir saya TKI ilegal. Saya coba tetap tenang, saya
> bilang saya bekerja di Jakarta, ke KL untuk wisata. Tiba-tiba salah 
> satu dari mereka mencoba memegang tas istri, dan bilang: "mana kunci
> Hotel? "... wah celakanya kunci 2 kamar kami dibawa anak dan ipar saya
> yg pulang duluan ke hotel.
>
> Saya ajak mereka ke hotel yang tak jauh dari lokasi kami. Namun pak 
> Polis malah makin marah, memegangi tangan saya, sambil bilang:
> Indon... dont lie to us. Saya kurung kalian...
>
> Jelas saya menolak dan mulai marah. Saya ajak mereka ke hotel Nikko,
> dan saya bilang akan tuntut mereka habis2an. sambil memegangi tangan 
> saya, tuan polis meludah kesamping, dan bilang: kalian semua sama
saja...
>
> Saat itu sebuah mobil polisi lainnya datang, pake logo polisi, seorang
> polisi berseragam mendekat. Di dadanya tertulis nama: Rasheed. 
>
> Saya merapat ke pagar taman sambil memegang istri yang mulai menangis.
> Melawan 3 polis, tak mungkin. Mereka
> berbicara bertiga, mirip berunding. Wah, apa polis malaysia juga sama
> aja, perlu mau nyari kesalahan orang ujung2nya merampok? 
>
> Petugas berseragam lalu mendekati saya, meminta kami
> untuk tetap tenang. Saya bertanya, apa 2 orang preman
> melayu itu polisi, lalu polisi berseragam itu mengiyakan. Rupanya
> karena saya mempertanyakan dirinya, sang preman marah dan mendekati 
> saya, mencengkram leher jaket saya, dan siap memukul, namun dicegah
> polisi berseragam.
>
> Polisi berseragam mengajak saya kembali ke Hotel untuk
> membuktikan identitas diri. saya langsung setuju, namun keberatan bila 
> harus menumpang mobil polisi. Saya minta untuk tetap berjalan kaki
> menuju Nikko Hotel, dan mereka boleh mengiringi tapi tak boleh
> menyentuh kami. Akhirnya
> kami bersepakat, namun polisi preman yang sempat hampir memukul saya 
> sempat berkata : if those indon run, just shoot them... katanya sambil
> menunjuk istri saya. Saya cuma bisa istigfar saat itu, ini rupanya
> nasib orang
> Indonesia di negeri tetangga yang sering kita banggakan sebagai 
> "sesama melayu".
>
> Diantar polisi berseragam saya tiba di Nikko Hotel. Saya minta
> resepsionis mencocokkan identitas kami, dan saya menelpon adik ipar
> untuk membawakan kunci. Pihak Nikko melarang adik saya, dan mengatakan 
> kepada sang Polis,
> bahwa saya adalah tamu hotel mereka, WNI yang menyewa suites family,
> datang ke Malaysia dengan Business class pada Flight Malayasia
Airlines.
>
> Pak Polis preman mendadak ramah, mencoba menjelaskan 
> bahwa di Malaysia mereka harus selalu waspada. Saya tak mau bicara
> apapun dan mengatakan bahwa saya sangat tersinggung, dan akan
> mengadukan kasus ini, dan "membatalkan rencana bisnis dengan sejumlah 
> rekan di
> malaysia" (padahal saya tak punya rekan bisnis di negeri sial ini).
>
> Polisi berseragam berusaha tersenyum semanis mungkin,
> berusaha keras untuk akrab dan ramah, petugas Nikko 
> Hotel kelimpungan dan berusaha membuat kami tersenyum.
>
> Setelah istri saya mulai tenang, saya mengambil HP P9901 saya dan
> merekam wajah kedua polisi ini. Keduanya berusaha menutupi wajah,
> meminta saya untuk tidak merekam wajah mereka.
>
> Istri saya minta kita mengakhiri konflik ini, dan sayapun lelah. Kami
> tinggalkan melayu-melayu keparat ini, tanpa berjabat tangan.
>
> Sepanjang malam saya sangat gusar, dan esoknya kami 
> membatalkan tur ke Johor baru, mengontak travel agent
> agar mencari seat ke Singapore. Siang usai makan siang, saya
> tinggalkan Malaysia dengan perasaan dongkol, dan melanjutkan liburan
> di Singapore. 
>
> Mungkin saya sial? ya. Mungkin saya hanya 1 dari 1000
> WNI yang apes di Malaysia? bisa. Tapi saya catat bahwa
> bila saya pernah dihina, diancam, bahkan hampir dipukuli, bukan tak
> mungkin masih ada orang lain mengalami hal yg sama. 
>
> Jadi, kalau hendak berlibur di Malaysia, sebaiknya pikir masak2.
> Jangankan turis, Rombongan atlet saja bisa dihajar polisi Malaysia.
> Bayangkan bila perlakuan seperti ini dilakukan dihadapan anak kita. 
> Tentu anak akan trauma,
> sekaligus sedih.
>
> Hati-hati pada PROMOSI WISATA MALAYSIA. Di Malaysia, WNI diperlakukan
> seperti Kriminal.
>




 
This message (including any attachments) is only for the use of the person(s) 
for whom it is intended. It may contain Mattel confidential, proprietary and/or 
trade secret information. If you are not the intended recipient, you should not 
copy, distribute or use this information for any purpose, and you should delete 
this message and inform the sender immediately. 



 



Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru! 



 



Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! 
Answers 



 



Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! 
Answers 



 



Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! 
Answers 



 



Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! 
Answers





      ________________________________________________________ 
Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di di bidang Anda! Kunjungi 
Yahoo! Answers saat ini juga di http://id.answers.yahoo.com/

Kirim email ke