Assalamualaikum,

Dari milis sebelah nih.. semoga bermanfaat, bagi yg udah baca mungkin bisa buat 
pencerahan.

Salam
icut


----- Pesan Diteruskan ----
Dari: "Sudrajat, Dadan - ID (Contracted)" [EMAIL PROTECTED]

BismillaaHir Rohmaanir Rohiim
Assalamu'alaykum wa RohmatulloHi wa BarokatuHu
 
Menghidupkan Sunnah Nabi Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam yang Kian Terasing
Penulis: Al Ustadz Qomar Suaidi, Lc 
 
Dahulu Rasulullah Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam pernah mewasiatkan umatnya 
agar berpegang dengan kuat pada ajaran (Sunnah) beliau Shollalloohu 'Alaihi wa 
Sallam  . Namun kini umatnya lebih banyak yang meninggalkan ajaran nabinya, 
meski di sana menanti adzab yang keras dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Sunnah Nabi Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam , sebuah istilah yang kerap kita 
mendengarnya. Bahkan sering pula mengucapkan karena Sunnah (petunjuk/ajaran 
Nabi Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam  )  adalah sesuatu yang menjadi landasan 
hidup kita sebagai penganut ajaran Islam. Kita semua sepakat untuk menjunjung 
tinggi dan mengagungkan Sunnah dan bersepakat pula bahwa yang merendahkannya 
berarti menghinakan Islam dan ajaran Nabi Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam  . 

Namun jika kita menengok realita yang ada, apa yang dilakukan kaum muslimin 
dalam mengagungkan Sunnah Nabi Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam nampaknya sudah 
jauh dari yang semestinya. Bahkan keadaannya sangat parah. Tidak 
tanggung-tanggung, di antara mereka ada yang menolak dengan terus-terang Sunnah 
yang tidak mutawatir1 dan mengatakan hadits ahad bukan hujjah (dalil) dalam 
masalah akidah. 

Ada pula yang menolak dan mengingkari Sunnah Nabi Shollalloohu 'Alaihi wa 
Sallam secara total dengan berkedok mengikuti Al Qur’an saja. Padahal Al Qur’an 
tidak mungkin dipisahkan dari Sunnah. Al Qur’an memerintahkan untuk mengambil 
apa saja yang datang dari Nabi Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam yaitu Sunnahnya. 

Bentuk yang lebih parah dari ‘sekedar’ menolak adalah mengolok-olok Sunnah dan 
orang-orang yang mencoba berjalan di atasnya. Ada pula yang dengan 
terang-terangan menolak hadits Nabi Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam karena 
dinilai tidak sesuai dengan akal. 

Sangat disayangkan sikap-sikap seperti ini justru sering dimiliki oleh 
orang-orang yang terjun ke kancah dakwah. Padahal lisan mereka juga mengatakan 
bahwa kita wajib mengagungkan Sunnah. 

Mengagungkan Sunnah adalah perkara yang besar dan bukan sekedar isapan jempol. 
Ia butuh bukti nyata dan praktek dalam kehidupan. Namun kini keadaannya justru 
sebaliknya, banyak orang menolaknya. 

Nabi Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam telah mengisyaratkan akan datangnya keadaan 
ini: 
“Sungguh-sungguh aku akan dapati salah seorang dari kalian bertelekan (tiduran? 
leyeh-leyeh? ) di atas dipannya, (lalu) datang kepadanya sebuah perintah dari 
perintahku atau larangan dari laranganku lalu dia mangatakan: ‘Saya tidak tahu 
itu, apa yang kami dapatkan dalam kitab Allah Subhanahu wa Ta'ala yang kami 
ikuti.’”(Shahih HR Ahmad, Abu Dawud, At Tirmidzi dari Abu Rafi’, dishahihkan 
oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’, 7172] 

Makna Sunnah Nabi Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam 
Yang dimaksud dengan Sunnah Nabi Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam adalah petunjuk 
dan jalan yang ditempuh oleh Rasulullah Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam . Di 
dalamnya mencakup perkara-perkara yang hukumnya wajib maupun sunnah, yang 
berkaitan dengan akidah maupun ibadah dan yang berkaitan dengan muamalah maupun 
akhlak. 

Para ulama Salaf mengatakan bahwa Sunnah artinya mengamalkan Al Qur’an dan 
hadits serta mengikuti para pendahulu yang shalih serta ber-ittiba’ 
(berteladan) dengan jejak mereka. (Al Hujjah fii Bayanil Mahajjah, 2/428, 
Ta’dhimus Sunnah, 18) 

Ibnu Rajab menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan As Sunnah pada asalnya adalah 
jalan yang ditempuh dan itu meliputi sikap berpegang teguh dengan apa yang 
dijalani oleh Nabi Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam dan para khalifahnya baik 
keyakinan, amalan, maupun ucapan. Dan inilah makna As Sunnah secara sempurna. 
(Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, hadits no. 28) 

Itulah yang kami maksud dalam pembahasan ini sehingga kami tidak terpaku pada 
istilah Sunnah menurut ahli fikih atau sunnah menurut ahli ushul fikih atau 
Sunnah dalam arti akidah, tetapi mencakup itu semua. 

Sebagaimana tersebut dalam hadits Nabi Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam : 
“Wajib atas kalian berpegang dengan Sunnahku dan Sunnah para Al Khulafa Ar 
Rasyidin…”(Shahih, HR Ahmad, Abu Dawud dan At Tirmidzi, dishahihkan oleh Asy 
Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’, 2549] 

Perintah Memuliakan Sunnah 
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 
“Dan apa yang diberikan Rasul kepada kalian maka ambillah sedang apa yang 
beliau larang darinya maka berhentilah.” (Al Hasyr: 7) 

Asy Syaikh Abdurrahman As Sa’di mengatakan: “Perintah ini mencakup 
prinsip-prinsip agama dan cabang-cabangnya baik lahir maupun batin dan bahwa 
yang dibawa oleh Rasul Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam maka setiap hamba harus 
menerimanya dan tidak halal menyelisihinya. Apa saja yang disebut oleh Rasul 
Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam seperti apa yang disebut oleh Allah, tidak ada 
alasan bagi seorangpun untuk meninggalkannya dan tidak boleh mendahulukan 
ucapan siapapun atas ucapan Rasul.” (Taisir Al Karimirrahman, 851) 
“Barangsiapa yang mentaati Rasul berarti ia mentaati Allah.” (An Nisa’: 80) 

Maksudnya, setiap orang yang taat kepada Rasul Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam 
dalam perintah dan larangan berarti ia taat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala 
karena Nabi Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam tidak memerintah atau melarang 
kecuali dengan perintah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala . Ini berarti pula 
terlindunginya Nabi Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam dari kesalahan karena Allah 
Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan kita untuk taat kepadanya secara mutlak. 
Kalau seandainya beliau Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam tidak ma’shum (terjaga 
dari salah) pada apa yang beliau Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam sampaikan dari 
Allah Subhanahu wa Ta'ala, tentu Allah tSubhanahu wa Ta'ala idak akan 
memerintahkan taat kepadanya secara mutlak dan tidak memujinya. (Taisir Al 
Karimirrahman, 189 dan Tafsir Ibnu Katsir, 2/541) 
“Dan tidaklah ada pilihan bagi seorang mukmin atau mukminah jika Allah dan 
Rasul-Nya telah memutuskan sebuah perkara pada urusan mereka.” (Al Ahzab: 36) 

Ibnu Katsir mengatakan: “Ayat ini umum pada seluruh perkara yaitu jika Allah 
Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam menetapkan 
hukum sebuah perkara maka tidak boleh bagi seorangpun untuk menyelisihinya. 
Tidak ada peluang pilihan, ide atau pendapat bagi siapapun di sini.” (Tafsir 
Ibnu Katsir, 3/498) 

Ketiga ayat ini menunjukkan secara jelas bagaimana semestinya kita menempatkan 
Sunnah Nabi Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam  , yakni wajib mengambilnya dan 
merupakan keharusan yang tidak ada tawar-menawar lagi. Kemudian menjadikan 
Sunnah tersebut sebagai pedoman dalam melangkah melakukan ketaatan kepada 
Allah. Hal itu karena Allah jadikan Nabi-Nya Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam 
sebagai penjelas Al Qur’an sebagaimana dalam firman-Nya: 

“Dan kami turunkan kepadamu Al Qur’an agar engkau terangkan kepada manusia apa 
yang diturunkan kepada mereka.” (An-Nahl: 44) 

Selanjutnya kita lihat bagaimana hadits-hadits yang memerintahkan untuk 
mengikuti Sunnah, di antaranya: 
Dari Al Irbadh bin Sariyah ia berkata: “Rasulullah Shollalloohu 'Alaihi wa 
Sallam memberikan sebuah nasehat kepada kami dengan nasehat yang sangat 
mengena, hati menjadi gemetar dan matapun menderaikan air mata karenanya, maka 
kami katakan:’ Wahai Rasullullah seolah-olah ini nasehat perpisahan maka 
berikan wasiat kepada kami’, lalu beliau katakan: ‘Saya wasiatkan kalian untuk 
bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, mendengar dan taat walaupun yang 
memimpin kalian adalah seorang budak karena sesungguhnya barangsiapa yang hidup 
sepeninggalku ia akan melihat perbedaan yang banyak, maka wajib atas kalian 
bepegang teguh dengan Sunnahku dan Sunnah para Al Khulafa Ar Rasyidin, gigitlah 
dengan gigi-gigi geraham kalian dan jauhilah oleh kalian perkara-perkara yang 
baru karena sesungguhnya semua bid’ah itu sesat.” (Shahih, HR Ahmad, Abu Dawud 
dan At Tirmidzi, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’, 
2549) 

Demikian Nabi Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam mewasiatkan kepada para sahabat 
beberapa wasiat penting di antaranya perintah untuk berpegang teguh dengan 
Sunnahnya dan Sunnah para Khulafa Ar Rasyidin. Bahkan beliau menyuruh untuk 
menggigitnya dengan gigi kita yang paling kuat. Di masa sahabat saja Rasulullah 
Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam telah berwasiat demikian, lebih-lebih di zaman 
sepeninggal beliau di mana kondisi masyarakat dari sisi keagamaan semakin buruk 
dengan munculnya berbagai perselisihan dan bid’ah pada perkara-perkara yang 
prinsipil. 

Datang beberapa orang kepada istri Nabi Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam 
menanyakan amalan yang dilakukan oleh Nabi Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam di 
saat sendirian. Setelah mendengar jawabannya merekapun menganggap diri mereka 
sangat jauh dari apa yang dilakukan oleh Nabi Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam 
sehingga masing-masing menetapkan azamnya. 

Salah satu dari mereka berkata: “Saya tidak akan menikahi wanita.” Yang lain 
mengatakan: “Saya tidak akan makan daging,” dan yang lain mengatakan: “Saya 
tidak akan tidur di kasur.” Sampailah berita itu kepada Nabi Shollalloohu 
'Alaihi wa Sallam maka beliaupun berpidato dengan memuji Allah Subhanahu wa 
Ta'ala dan menyanjung-Nya Subhanahu wa Ta'ala lantas berkata: 

“Mengapa ada orang–orang yang mengatakan demikian dan demikian, (padahal) saya 
bangun shalat malam dan saya juga tidur, saya puasa dan saya terkadang tidak 
berpuasa, dan saya juga menikahi wanita. Maka barangsiapa yang tidak suka 
dengan Sunnahku, dia bukan dari golonganku.” (Shahih, HR Muslim, 9/179) 

Coba kita amati kisah ini. Beberapa sahabat datang dengan maksud baik, lalu 
mereka berazam (berkeinginan kuat) untuk meninggalkan beberapa kenikmatan 
dengan tujuan memperbanyak ibadah sehingga bisa mendekati amalan Nabi S 
hollalloohu 'Alaihi wa Sallam  . Namun pada niatan itu mengakibatkan 
ditinggalkannya beberapa Sunnah, petunjuk dan jalan Nabi Shollalloohu 'Alaihi 
wa Sallam yaitu menikah, memberikan hak jasmani dengan tidak puasa setiap hari 
dan tidak bangun sepanjang malam walaupun untuk ibadah. 

Maka Nabi Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam menganggap hal itu tidak baik sehingga 
mengatakan: “Barangsiapa yng benci terhadap Sunnahku maka bukan dari 
golonganku.” 

Sekedar niat baik saja tidak cukup bila tanpa disertai cara yang baik pula. 
Kalau keadaan mereka saja seperti ini lalu bagaimana dengan yang sengaja 
meninggalkan Sunnah Nabi Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam dengan niat jelek? Lalu 
bagaimana lagi yang menghina Sunnah Nabi Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam atau 
bahkan mengingkarinya? ! 

Demikian ayat dan hadits mendudukkan Sunnah Nabi Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam 
yaitu pada tinggkat yang sangat tinggi. Oleh karenanya kita dapati para sahabat 
Nabi benar-benar menghargai dan menjadikannya sebagai panutan hidup bahkan 
sangat takut jikalau mereka menyelisihi Sunnah sehingga menyebabkan sesatnya 
mereka dari jalan yang lurus. 

Kita dapati Abu Bakar Ash Shiddiq mengatakan: “Saya tidak meninggalkan sesuatu 
yang Rasulullah Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam melakukannya kecuali aku pasti 
melakukannya juga dan saya takut jika saya tinggalkan sesuatu darinya lalu saya 
sesat.” 

Wahai saudaraku…orang yang paling jujur (Abu Bakar) khawatir terhadap dirinya 
untuk tersesat jika menyelisihi sesuatu dari jalan Nabi Shollalloohu 'Alaihi wa 
Sallam  . Maka bagaimana jadinya dengan sebuah jaman yang penduduknya 
mengolok-olok Nabi mereka dan perintah-perintahny a bahkan berbangga dengan 
menyelisihi dan mengolok-oloknya. 

Kami memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala perlindungan dari perbuatan salah 
dan memohon keselamatan dari amal yang jelek. Demikian dikatakan oleh Ibnu 
Baththah, seorang ulama akidah yang hidup pada abad keempat hijriyah dalam 
kitab Al Ibanah,1/246, dan Ta’dhimus Sunnah, 24. Lalu bagaimana jika beliau 
hidup di jaman kita? Apa yang kira-kira akan beliau katakan? 

Seorang tabi’in bernama Abu Qilabah mengatakan: “Jika kamu ajak bicara 
seseorang dengan Sunnah lalu dia mengatakan: ‘Tinggalkan kami dari ini dan 
datangkan Kitabullah.’ Maka ketahuilah bahwa dia sesat.”(Tabaqat Ibni Sa’ad, 
7/184, Ta’dhimus Sunnah, 25) 

Demikian pula yang enggan menerima Sunnah Nabi Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam 
karena lebih cenderung kepada pendapat seseorang maka dia berada dalam bahaya 
besar. Seperti dikatakan Abdullah bin Abas ketika datang kepadanya seseorang 
yang yang seolah-olah mengadu Sunnah Nabi Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam dengan 
pendapat Abu Bakar dan Umar maka Abdulllah bin Abbas mengatakan: “Hampir-hampir 
turun kepada kalian bebatuan dari langit, aku katakan Rasullullah Shollalloohu 
'Alaihi wa Sallam berkata demikian dan kalian katakan berkata Abu Bakar dan 
Umar demikian?!” (Shahih, riwayat Al Bukhari) 

Maka sangat mengherankan kalau seseorang tahu Sunnah lalu meninggalkannya dan 
mengambil pendapat yang lain sebagaimana dialami oleh Imam Ahmad: “Saya merasa 
heran dari sebuah kaum yang tahu sanad hadits dan keshahihannya lalu pergi 
kepada pendapat Sufyan (maksudnya Sufyan Ats Tsauri-red) padahal Allah 
berfirman: Maka hendaklah berhati-hati orang yang menyelisihi perintah 
Rasul-Nya Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam untuk tertimpa fitnah atau tertimpa 
adzab yang pedih (An-Nur: 63). Tahukah kalian apa arti fitnah? Fitnah adalah 
syirik.” (Fathul Majid, 466). 

Demikian pula suatu saat Imam Syafi’i ditanya tentang sebuah masalah maka 
beliau mengatakan bahwa dalam masalah ini diriwayatkan demikian dan demikian 
dari Nabi. Maka si penanya mengatakan: “Wahai Imam Syafi’i, apakah engkau 
berpendapat sesuai dengan hadits itu?” Maka beliau langsung gemetar lalu 
mengatakan: “Wahai, bumi mana yang akan membawaku dan langit mana yang akan 
menaungiku, jika aku riwayatkan hadits dari Nabi Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam 
kemudian aku tidak memakainya?! Tentu, hadits itu di atas pendengaran dan 
penglihatanku.” (Shifatus Shafwah, 2/256, Ta’dhimus Sunnah, 28). 

Dalam kesempatan lain beliau ditanya dengan pertanyaan yang mirip lalu beliau 
gemetar dan menjawab: “Apakah engkau melihat aku seorang Nasrani? Apakah kau 
melihat aku keluar dari gereja? Ataukah engkau melihat aku memakai ikat di 
tengah badanku (yang biasa orang Nasrani memakainya-red) ? Saya meriwayatkan 
hadits dari Nabi Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam lalu saya tidak mengambilnya 
sebagai pendapat saya?!” (Miftahul Jannah, 6) 

Demikian tinggi nilai Sunnah Nabi Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam dalam dada 
mereka sehingga rasanya sangat mustahil mereka meninggalkannya. Bahkan tidak 
terbayang ada seorang muslim yang berani meninggalkan Sunnah Nabi Shollalloohu 
'Alaihi wa Sallam yang telah diketahui. 

Pahala bagi Orang yang Berpegang dengan Sunnah Nabi Shollalloohu 'Alaihi wa 
Sallam 
Karena pentingnya mengagungkan Sunnah Nabi Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam 
sekaligus beratnya tantangan bagi yang mengagungkannya maka Allah Subhanahu wa 
Ta'ala sediakan pahala yang besar bagi mereka yang berpegang teguh dengannya 
dan menjunjungnya tinggi-tinggi. Dalam sebuah hadits disebutkan: 
“Sesungguhnya di belakang kalian ada hari-hari kesabaran, kesabaran di hari itu 
seperti menggenggam bara api, bagi yang beramal (dengan Sunnah Nabi) pada saat 
itu akan mendapatkan pahala lima puluh.” Seseorang bertanya: “Limapuluh dari 
mereka wahai Rasulullah?” Rasulullah Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam menjawab: 
“Pahala limapuluh dari kalian.” (Shahih, HR Abu Dawud, At Tirmidzi lihat 
Silsilah Ash Shahihah no. 494) 

Dalam hadits yang lain Nabi Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam bersabda: 
“Sesungguhnya Islam berawal dengan keasingan dan akan kembali kepada keasingan 
sebagaimana awalnya maka maka bergembiralah bagi orang-orang yang asing.” 
Rasulullah Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam ditanya: “Siapa mereka wahai 
Rasulullah?” Jawab beliau: “Yaitu yang melakukan perbaikan ketika manusia 
rusak.” (Shahih HR Abu Amr Ad Dani dari sahabat Ibnu Mas’ud, lihat Silsilah Ash 
Shahihah no. 1273) 

Demikian pula Allah Subhanahu wa Ta'ala menjamin hidayah bagi orang-orang yang 
mengikuti Nabi Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam dalam firman-Nya: 
“Dan jika kalian mentaatinya niscaya kalian akan mendapatkan hidayah.” (An-Nur: 
54) 

Hidayah untuk menempuh jalan yang lurus baik dengan ucapan atau perbuatan, di 
mana tidak ada jalan menuju kepada hidayah kecuali dengan taat kepada 
Rasulullah .Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam  Adapun tanpa itu maka tidak 
mungkin, bahkan mustahil (Taisir Al Karimirrahman, 572-573). 

Semakna dengan ayat itu hadits Nabi Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam yang 
berbunyi: 
“Sesungguhnya setiap amalan itu ada masa giatnya dan setiap giat itu ada masa 
jenuhnya maka barangsiapa yang jenuhnya itu kepada Sunnahku berarti ia 
mendapatkan petunjuk dan barangsiapa yang masa jenuhnya itu kepada selainnya 
maka ia binasa.” (Shahih, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman dari Ibnu Amr, lihat 
Shahihul Jami’ no: 2152) 

Selama seseorang berada di atas Sunnah Nabi Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam maka 
dia tetap berada di atas istiqamah. Sebaliknya, jika tidak demikian berarti ia 
telah melenceng dari jalan yang lurus sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Umar: 
“Manusia tetap berada di atas jalan yang lurus selama mereka mengikuti jejak 
Nabi Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam .” ( Riwayat Al Baihaqi, lihat Miftahul 
Jannah no.197). 
‘Urwah mengatakan: “Mengikuti Sunnah-Sunnah Nabi Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam 
adalah tonggak penegak agama.” (Riwayat Al Baihaqi, Miftahul Jannah no: 198) 

Seorang tabi’in bernama Ibnu Sirin mengatakan: “Dahulu mereka mengatakan: 
selama seseorang berada di atas jejak Nabi maka dia berada di atas jalan yang 
lurus.” (Riwayat Al Baihaqi, Miftahul Jannah no. 200) 

------------ --------- - 
1 Hadits mutawatir adalah hadits yang diriwayatkan oleh para rawi dalam jumlah 
yang banyak dan mustahil mereka sepakat untuk berdusta atau kebetulan sama-sama 
berdusta sedang hadits ahad adalah yang selain itu. Ahlussunnah berpendapat 
bahwa hadits ahad yang shahih harus diterima dan diamalkan. (lihat An Nukat 
‘Ala Nudzhatinnadhar, 53-57) 

http://www.asysyari ah.com/syariah. php?menu= detil&id_online=83

 
 
Wassalamu'alaykum wa RohmatulloHi wa BarokatuHu
 
 
Best Regards,
 
Dadan Sudrajat
Ext. 4764
 



      ________________________________________________________ 
Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di di bidang Anda! Kunjungi 
Yahoo! Answers saat ini juga di http://id.answers.yahoo.com/

Reply via email to