Makasih atas tulisannya...tapi koq lucu ya.....kadang2 antara hati,niat
dan pikiran suka beda....(bingung ya..coba tafakur deh dan baca lagi
postinganyannya, pasti lucu)..

salam

 

  _____  

From: Ummu Hanif [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, December 13, 2007 11:47 AM
To: syiar-islam; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
keluarga-islam@yahoogroups.com
Subject: [keluarga-islam] Syaikh Abdul Qadir Al Jailani

 

Beliau adalah seorang ulama besar sehingga suatu kewajaran jika sekarang
ini banyak kaum muslimin menyanjungnya dan mencintainya. Akan tetapi
kalau meninggi-ninggikan derajat beliau berada di atas Rasululloh
shallallaahu 'alaihi wa sallam, maka hal ini merupakan suatu kekeliruan.
Karena Rasululloh shallallaahu 'alaihi wa sallam adalah rasul yang
paling mulia di antara para nabi dan rasul yang derajatnya tidak akan
pernah bisa dilampaui di sisi Alloh Subhanahu wa Ta'ala oleh manusia
siapapun.

Ada juga sebagian kaum muslimin yang menjadikan Syaikh Abdul Qadir Al
Jailani sebagai wasilah (perantara) dalam do'a mereka. Berkeyakinan
bahwa do'a seseorang tidak akan dikabulkan oleh Alloh Subhanahu wa
Ta'ala, kecuali dengan perantaraannya. Ini juga merupakan kesesatan. 

Menjadikan orang yang sudah meninggal sebagai perantara tidak ada
syari'atnya dan ini sangat diharamkan. Apalagi kalau ada yang berdo'a
kepada beliau. Ini adalah sebuah kesyirikan besar. Sebab do'a merupakan
salah satu bentuk ibadah yang tidak boleh diberikan kepada selain Alloh
Subhanahu wa Ta'ala. Alloh Subhanahu wa Ta'ala melarang makhluknya
berdo'a kepada selainNya. Alloh Subhanahu wa Ta'ala  berfirman, yang
artinya: "Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah.
Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping
(menyembah) Alloh." (QS: Al Jin:18)

Kelahirannya
Syaikh Abdul Qadir Al Jailani adalah seorang 'alim di Baghdad yang lahir
pada tahun 490/471 H di kota Jailan atau disebut juga Kailan. Sehingga
di akhir nama beliau ditambahkan kata Al Jailani atau Al Kailani atau
juga Al Jiliy. 
 


Pendidikannya
Pada usia yang masih muda beliau telah merantau ke Baghdad dan
meninggalkan tanah kelahirannya. Di sana beliau belajar kepada beberapa
orang ulama seperti Ibnu Aqil, Abul Khatthath, Abul Husein Al Farra' dan
juga Abu Sa'ad Al Mukharrimi sehingga mampu menguasai ilmu-ilmu ushul
dan juga perbedaan-perbedaan pendapat para ulama. 

Pemahamannya
Beliau seorang Imam bermadzhab Hambali. Menjadi guru besar madzhab ini
pada masa hidup beliau. Beliau adalah seorang alim yang beraqidah ahlus
sunnah mengikuti jalan Para Pendahulu Islam Yang Sholeh. Dikenal banyak
memiliki karamah-karamah. Tetapi banyak pula orang yang membuat-buat
kedustaan atas nama beliau. Kedustaan itu baik berupa kisah-kisah,
perkataan-perkataan, ajaran-ajaran, "thariqah" yang berbeda dengan jalan
Rasululloh shallallaahu 'alaihi wa sallam, para sahabatnya dan lainnya.

Syaikh Abdul Qadir Al Jailani menyatakan dalam kitabnya, Al Ghunyah,
"Dia (Alloh) di arah atas, berada di atas 'ArsyNya, meliputi seluruh
kerajaanNya. IlmuNya meliputi segala sesuatu. "Kemudian beliau
menyebutkan ayat-ayat dan hadits-hadits, lalu berkata, "Sepantasnya
menetapkan sifat istiwa' (Alloh berada di atas 'ArsyNya) tanpa takwil
(menyimpangkan kepada makna lain, - seperti Alloh dihati atau
dimana-mana, ini adalah keyakinan batil-). Dan hal itu merupakan istiwa'
dzat Alloh Subhanahu wa Ta'ala di atas 'Arsy.

Dakwahnya 
Suatu ketika Abu Sa'ad Al Mukharrimi membangun sekolah kecil di sebuah
daerah yang bernama Babul Azaj dan pengelolaannya diserahkan sepenuhnya
kepada Syaikh Abdul Qadir. Beliau mengelola sekolah ini dengan
sungguh-sungguh. Bermukim di sana sambil memeberikan nasehat kepada
orang-orang yang ada di sana, sampai beliau meninggal dunia di daerah
tersebut. 

Banyak sudah orang yang bertaubat demi mendengar nasihat beliau. Banyak
orang yang bersimpati kepada beliau, lalu datang ke sekolah beliau.
Sehingga sekolah ini tidak kuat menampungnya. Maka diadakan perluasan.

Imam Adz Dzahabi dalam menyebutkan biografi Syaikh Abdul Qadir Al
Jailani dalam Siyar A'lamin Nubala, menukilkan perkataan Syaikh sebagai
berikut, "Lebih dari lima ratus orang masuk Islam lewat tanganku, dan
lebih dari seratus ribu orang telah bertaubat." 

Murid-murid beliau banyak yang menjadi ulama terkenal, seperti Al Hafidz
Abdul Ghani yang menyusun Umdatul Ahkam Fi Kalami Khairil Anam. Ibnu
Qudamah penyusun kitab fiqh terkenal Al Mughni.

Wafatnya
Beliau Wafat pada hari Sabtu malam, setelah maghrib, pada tanggal 9
Rabi'ul Akhir tahun 561 H di daerah Babul Azaj.

Pendapat ulama
Ketika ditanya tentang Syaikh Abdul Qadir Al jailani, Ibnu Qudamah
menjawab, "Kami sempat berjumpa dengan beliau di akhir masa
kehidupannya. Beliau menempatkan kami di sekolahnya. Beliau sangat
perhatian kepada kami. Kadang beliau mengutus putra beliau Yahya untuk
menyalakan lampu buat kami. Terkadang beliau juga mengirimkan makanan
buat kami. Beliau senantiasa menjadi imam dalam shalat fardhu." 

Ibnu Rajab di antaranya mengatakan, "Syaikh Abdul Qadir Al Jailani
adalah seorang yang diagungkan pada masanya. Diagungkan oleh banyak para
syaikh, baik ulama dan para ahli zuhud. Beliau memiliki banyak keutamaan
dan karamah. Tetapi ada seorang yang bernama Al Muqri' Abul Hasan Asy
Syathnufi Al Mishri (orang Mesir) mengumpulkan kisah-kisah dan
keutamaan-keutamaan Syaikh Abdul Qadir Al Jailani dalam tiga jilid
kitab. Dia telah menulis perkara-perkara yang aneh dan besar
(kebohongannya). Cukuplah seorang itu dikatakan berdusta, jika dia
menceritakan segala yang dia dengar. Aku telah melihat sebagian kitab
ini, tetapi hatiku tidak tenteram untuk meriwayatkan apa yang ada di
dalamnya, kecuali kisah-kisah yang telah masyhur dan terkenal dari kitab
selain ini. Karena kitab ini banyak berisi riwayat dari orang-orang yang
tidak dikenal. Juga terdapat perkara-perkara yang jauh (dari agama dan
akal), kesesatan-kesesatan, dakwaan-dakwaan dan perkataan yang batil
tidak terbatas. Semua itu tidak pantas dinisbatkan kepada Syaikh Abdul
Qadir Al Jailani. Kemudian aku dapatkan bahwa Al Kamal Ja'far al Adfawi
telah menyebutkan bahwa Asy Syathnufi sendiri tertuduh berdusta atas
kisah-kisah yang diriwayatkannya dalam kitab ini." 

Ibnu Rajab juga berkata, "Syaikh Abdul Qadir Al Jailani memiliki
pendapat yang bagus dalam masalah tauhid, sifat-sifat Alloh Subhanahu wa
Ta'ala, takdir, dan ilmu-ilmu ma'rifat yang sesuai dengan sunnah. Beliau
memiliki kitab Al Ghunyah Li Thalibi Thariqil Haq, kitab yang terkenal.
Beliau juga mempunyai kitab Futuhul Ghaib. Murid-muridnya mengumpulkan
perkara-perkara yang banyak berkaitan dengan nasehat dari
majelis-majelis beliau. Dalam masalah-masalah sifat, takdir dan lainnya,
ia berpegang pada sunnah. " 

Imam Adz Dzahabi mengatakan, "intinya Syaikh Abdul Qadir Al Jailani
memiliki kedudukan yang agung. Tetapi terdapat kritikan-kritikan
terhadap sebagian perkataannya, dan Alloh Subhanahu wa Ta'ala
menjanjikan (ampunan atas kesalahan-kesalahan orang-orang beriman).
Namun sebagian perkataannya merupakan kedustaan atas nama beliau."
(Syiar XX/451).

Imam Adz Dzahabi juga berkata, "Tidak ada seorangpun para ulama besar
yang riwayat hidup dan karamahnya lebih banyak kisah hikayat, selain
Syaikh Abdul Qadir Al Jailani, dan banyak di antara riwayat-riwayat itu
yang tidak benar bahkan ada yang mustahil terjadi." 

(Sumber Rujukan: Adz Dzail 'Ala Thabaqil Hanabilah I/301-390, nomor 134,
karya Imam Ibnu Rajab Al Hambali)

 

http://www.mediamuslim.info <http://www.mediamuslim.info/>  

 

Kirim email ke