Siapakah Haba'ib atau Habib Itu?

*Assalamualaikum*

Pak Ustadz saya mohon anda bisa memberikan penjelasan tentang gelar habib
atau haba'ib.

1. Benarkah Haba'ib atau habib (Saripah = untuk wanita) itu merupakan
keturunan Rasulullah seperti yang selama ini pernah saya dengar?

2. Masyarakat di daerah saya sangat mengkultuskan seorang haba'ib. Mereka
menaruh hormat sekali pada orang yang bergelar haba'ib. Misalnya tidak boleh
berbicara yang tidak baik, bahkan membantahpada haba'ib, nanti bisa kualat.
Atau berebut mencium tangan atau memeluknya agar mendapatkan barokah.

3. Mereka juga percaya bahwa seorang habib itu telah dijamin surga oleh
Allah SWT. Benarkah demikian?

Sebelumnya, saya ucapkan terimakasih atas perhatian anda. Semoga Allah
memberikan rahmat dan karunia-Nya. Amin

*Wassalamualaikum*

Yana
Jawaban

*Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
*
Dari semua informasi tentang habib yang anda sebutkan, yang sudah pasti
salah dan batil adalah yang terakhir, yaitu kepastian bahwa setiap habib
pasti masuk surga.

Kepercayaan ini batil dan sanat fatal kalau sampai dijadikan keyakinan.
Karena dalam aqidah ahlusunnah wal jamaah, yang makshum dan pasti masuk
surga hanya nabi dan rasul saja. Karena para nabi dan rasul mendapat wahyu
dari Allah SWT serta penjagaan ilahiyah, yang akan menjadi pengonntrol
apabila akan melakukan kesalahan.

Sedangkan keluarga nabi baik isteri beliau maupun anak dan menantunya tidak
mendapat wahyu, maka tidak mendapatkan penjagaan ilahiyah. Maka mereka tidak
makshum. Dan karena tidak makshum, maka tidak ada jaminan untuk masuk surga.

Kecuali Ali bin Abi Thalib *radhiyallahu 'anhu *yang secara pribadi, bukan
anak keturunannya, telah dikabarkan oleh Rasulullah SAW sebagai salah satu
dari 10 orang shahabat yang dib eri kabar gembira akan masuk surga.

*Menghormati Ahlul Bait*

Menghormati dan memuliakan ahlul bait, memang tidak salah bahkan
diperintahkan oleh Al-Quran.

*Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan
bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah
shalat, tunaikanlah zakat dan ta'atilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya
Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan
membersihkan kamu sebersih-bersihnya.* (QS. Al-Ahzab: 33)

Namun yang menjadi masalah, siapakah yang dimaksud dengan ahlul bait? Apakah
isteri-isteri nabi ataukah Ali, Fatimah, Hasan, Husein dan anak
keturunannya?

Kalau kita baca ayat di atas, lafadz ayat itu ditujukan kepada isteri-isteri
nabi SAW. Mereka diminta untuk menetap di dalam rumah, tidak berhias,
shalat, zakat dan mentaati Allah dan Rasul-Nya.

*Lalu apakah para habaib itu termasuk ahlul bait? *

Ada sekian banyak versi jawaban. Ada yang membenarkan dan ada juga yang
menolaknya.

Buat mereka yang membenarkan, maka para habaib dan syarifah itu kemudian
diperlakukan sedemikian rupa, yang intinya ingin memberikan penghormatan.
Bahkan terkadang sampai terlewat lalu mengklaim merekasebagai makshum
dijamin masuk surga.

Kalau sekedar menghormati dalam arti mencium tangan dan memuliakannya dengan
memberi hadiah, rasanya masih bisa ditolelir. Karena untuk budaya sebagian
masyarakat tertentu, mencium tangan orang dimuliakan memang sering kita
lihat. Lagian tidak ada nash yang melarang kita mencium tangan orang yang
kita muliakan dan kita cintai.

Akan tetapi kalau sudah sampai mengkultuskan habaib dan syarifah,
seolah-olah mereka itu tidak mungkin melakukan dosa dan pasti masuk surga,
maka cara berpikir seperti ini sesat dan menyesatkan. Dan para habaib
sendiri juga menentang cara berpikir seperti ini.

*Habaib dan Betawi*

Budaya memuliakan para habaib akan lebih terasa di kalangan betawi. Sampai
bekas minum mereka pun dianggap ada keberkahkahannya. Bagaimana hal itu bisa
terjadi?

Penyebabnya sederhana saja. Sejak dahulu orang betawi punya pola hidup yang
agak berbeda dengan suku lain. Mereka sangat dekat dengan ajaran Islam dan
para pengajar agama. Kebetulan di masa lalu, para pengajar agama adalah para
habaib itu. Masjid Kwitang dan madrasah Jamiat Khair Tenabang adalah situs
yang bisa disebut sebagai sumber pengajaran agama Islam bagi orang betawi.
Dan keduanya dipimpin oleh para habaib.

Jadi ketika orang betawi mencium tangan habib bolak-balik, mereka sedang
menghormati guru mereka. Karena berkat guru itulah mereka jadi kenal agama
Islam. Dan ajaran menghormati guru memang sangat kuat dan lekat.

Pola pandang seperti ini sebenarnya sah-sah saja. Di mana-mana murid memang
harus hormat dan memuliakan gurunya.

Yang jadi masalah adalah kesalah-kaprahan orang di zaman sekarang yang
memandang semua habib pasti orang berilmu dan berhak menjadi guru. Yang
benar adalah bahwa sebagian dari habaib itu memang ada yang punya ilmu agama
yang luas dan mendalam, tetapi sebagian besarnya justru tidak pernah belajar
agama. Mereka adalah orang bodoh yang tidak punya ilmu tapi mengandalkan
kehabiban dan keawaman umat saja. Akibatnya, banyak umat yang terkecoh
dengan masalah ini.

Maka bila seorang habib memang ahli dalam ilmu syariah, katakanlah doktor di
bidang ilmu syariah, atau ilmu hadits, atau ilmu tafsir, punya karya yang
banyak, wajar bila kita hormati beliau dan kita muliakan. Ekspresi rasa
hormat pun tidak harus dengan cara-cara yang aneh, seperti minum dari gelas
bekas minumnya. Atau mencium tangannya bolak-balik. Tapi hormatilah mereka
sebagaimana umumnya kita menghormati para ustadz, guru dan ahli agama.

*Habib di Wikipedia *
Kalau kita buka wikipedia, kita akan menemukan informasi bahwa Indonesia
merupakan negeri muslim terbanyak yang terdapat habib yaitu sebanyak 2 juta,
sedangkan yang masih hidup 1, 2 juta. Sementara di seluruh dunia tercatat 20
juta habib (muhibbin) yang terbagi 114 marga.

Hanya keturunan laki-laki saja yang berhak menyandang gelar habib.
Organisasi yang melakukan pencatatan para habib ini adalah ar-Rabithah yang
semula berpusat di Hadramaut, tempat di mana 80 keluarga habib semula
berhijrah dari kota Mekah.

Sekarang ar-Rabithah telah memindahkan pusat kegiatannya di Tanah Abang,
Jakarta, karena Indonesia, negara yang terbanyak memiliki para habib. Salah
satu di antara pengurusnya adalah Habib Rizik Syihab, pimpinan FPI (Front
Pembela Islam).

*Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, *

*Ahmad Sarwat, Lc*

Kirim email ke