----- Original Message ----- 

From: "Dewan Kemakmuran Masjid" <[EMAIL PROTECTED]>

To: <[EMAIL PROTECTED]>

Sent: Thursday, May 08, 2008 8:16 AM

Subject: < MJNY MENCINTAI MASJID [dari BULETIN BULANAN  NURULYAQIN]


Assalamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakatuh

Semoga Netters MJNY senantiasa dalam lindungan Allah Ta'ala

------------------------------------------------------------
BULETIN BULANAN NURULYAQIN

Jum'at I, 2 Mei 2008 / 25 Robiuts Tsani 1429 H, Edisi 2/ Th I

Website : www.nurulyaqin.org - Email : [EMAIL PROTECTED]

-------------------------------------------------------------------------------------
MENCINTAI MASJID

DR. Ayub Rohadi, M.Phil


Dalam sejarah peradaban Islam, masjid merupakan sentral kegiatan keagamaan baik 
yang bersifat ibadah mahdhah maupun ibadah sosial. Masjid juga merupakan dasar 
dan simbol utama bagi masyarakat muslim sebagaimana dituturkan oleh Syaikh 
Abdul Hamid Kisyik dalam bukunya "Daurul Masjid fi binaail Mujatama". Beliau 
mengatakan "bahwa syiar utama bagi masyarakat Islam adalah Masjid yang dibangun 
di setiap wilayah komunitas muslim". Oleh karenanya Rasulullah jika mengutus 
pasukan jihad ke sebuah tempat dan tiba di waktu malam, maka beliau 
menginstruksikan menunggu sampai datang waktu subuh dan jika terdengar suara 
azan di sebuah masjid membatalkan penyerangan.


Dalam kejadian hijrah ke kota Madinah, ketika Rasulullah tiba di sana beliau 
singgah di rumah sahabat Anshar yang bernama Kultsum bin Hadm dan tinggal 
beberapa hari. Di sela-sela menikmati istirahatnya, beliau mengajak para 
sahabatnya untuk membangun sebuah masjid yang dikenal dengan Masjid Quba. 
Al-Qur'an telah mengabadikan kisah pembangunan masjid tersebut sebagai masjid 
yang dibangun di atas ketakwaan kepada ALLAH Subhanahu Wata'ala.


"Sungguh masjid yang didirikan atas dasar takwa, sejak hari pertama adalah 
lebih pantas engkau melaksanakan shalat di dalamnya. Di dalamnya ada 
orang-orang yang ingin membersihkan diri. Allah menyukai orang-orang yang 
bersih". (QS. At-Taubah:108).

Dalam buku Siroh karya Dr. Ramadan Al-Buthi beliau disebutkan bahwa ada tiga 
pondasi landasan masyarakat Islam di masa Nabi yang juga harus ada pada 
masyarakat Islam saat ini, yaitu: masyarakat yang berbasis masjid, masyarakat 
yang menjaga Ukhuwah Islamiyah, dan masyarakat yang berbasis undang-undang 
(aturan) yang dikenal dengan perjanjian Madinah (Mitsaqul Madinah).

Dari analisa sejarah, masyarakat Islam tidak pernah lepas dari keberadaan 
sebuah masjid yang merupakan rahim dari sebuah peradaban yang berbasis tauhid. 
Kehadiran masjid sudah semestinya disambut oleh setiap muslim dengan suka-cita 
sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada ALLAH Subhanahu Wata'ala.


Memakmurkan Masjid adalah Cinta Kepada Masjid


Dalam Al-Qur'an Allah Subhanahu Wata'ala berfirman: "Sesungguhnya yang 
memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan 
hari kemudian, serta tetap melaksanakan shalat, menunaikan zakat dan tidak 
takut (kepada apa pun) kecuali kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk 
orang-orang yang mendapat petunjuk". (QS. At-Taubah:18).


Para mufasir menafsirkan kata 'ya'muru' dalam ayat tersebut dengan dua formula, 
yaitu : Memakmurkan secara bangunan fisiknya, dan memakmurkannya dengan 
melakukan segala bentuk ibadah seperti shalat lima waktu, pengajian, musyawarah 
tentang keagamaan dan sosial dan juga kegiatan seremonial seperti Maulid Nabi 
atau Isra Mi'raj. Dalam ayat di atas pula disebutkan ciri orang-orang yang 
senantiasa memakmurkan masjid yaitu orang yang beriman kepada ALLAH dan hari 
pembalasan, orang yang selalu mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan orang 
yang tidak takut kecuali kepada ALLAH Subhanahu Wata'ala. Maka tidak mungkin 
orang-orang kafir akan memakmurkan masjid-masjid yang ada di muka bumi, bahkan 
bagi mereka haram hukumnya untuk masuk ke dalamnya. 


Shalat Berjama'ah


Terlepas dari perdebatan seputar hukum shalat berjama'ah antara Wajib dan 
Sunnah Muakkadah yang penting ada satu hal yang patut di perhatikan bahwa ada 
hikmah yang cukup mendalam dibalik itu semua sebagaimana diterangkan dalam 
hadits-hadits Rasulullah Shallalahu 'alaihi Wasallam. Dalam shalat berjama'ah 
pahala seseorang dilipat-gandakan menjadi duapuluh tujuh derajat. Abdullah bin 
Umar RA, meriwayatkan sebuah hadits tentang lipatan pahala shalat berjama'ah.


" Shalat berjama'ah itu lebih utama daripada shalat sendirian sebanyak dua 
puluh tujuh derajat ". (H.R. Bukhari & Muslim) 


Sahabat Abi Ummi Maktum, seorang yang buta sejak kecil datang menghampiri 
Rasulullah untuk meminta dispensasi agar tidak datang ke masjid shalat 
berjama'ah karena tidak ada yang menuntunnya. Pada awalnya Rasulullah 
mengijinkan, namun ketika ia pamit dan melangkah beberapa langkah, Rasulullah 
memanggil beliau dan ia pun kembali menghampirinya. Rasulullah bertanya 
kepadanya, 'apakah anda bisa mendengar panggilan azan?' Ujarnya menjawab: 'ya'. 
Rasulullah bersabda, "kalau memang demikian datanglah anda ke masjid". 
(HR.Muslim)


Maka orang yang senantiasa mondar-mandir ke masjid guna melaksanakan shalat 
adalah orang yang selalu mendapat ampunan dari ALLAH Subhanahu Wata'ala. Setiap 
langkah yang ia ayunkan, ditinggikan derajatnya di sisi ALLAH, dan malaikat 
mendo'akannya selama ia berada dalam penantian shalat. Semua ini merupakan 
aspek filosofis dalam shalat berjamaah di masjid bagi kaum laki-laki. Bahkan 
yang lebih penting lagi dari hikmah yang ada dalam shalat berjama'ah yaitu 
setan tidak akan kuat menggoda orang yang senantiasa menjaga shalat berjamaah 
sebagaimana Rasulullah menggambarkan dalam haditsnya, " bahwa kambing yang akan 
dimangsa serigala adalah kambing yang selalu terpisah dari rombongan ". Begitu 
juga seorang Muslim yang selalu shalat sendirian apalagi ia melaksanakan-nya di 
rumah dengan tanpa ada uzur yang dibenarkan secara syar'i. Shalat berjama'ah di 
samping membangun hubungan vertikal yang baik dengan ALLAH, namun ada juga di 
dalamnya nilai-nilai horizontal secara sosial dalam bentuk silaturrahim sesama 
muslim. Di masa Rasulullah komitmen yang dibangun oleh para sahabat terlihat 
dari shalat mereka secara berjamaah, bahkan jika ada salah seorang sahabat yang 
tidak kelihatan pada tiga waktu shalat fardhu sudah bisa dipastikan bahwa 
sahabat tersebut sedang uzur (sakit).


Kajian Keagamaan (Pengajian)


Masyarakat muslim membutuhkan bimbingan seorang ulama yang paham tentang ilmu 
agama. Untuk mendapatkan bimbingan tentang ilmu agama pihak Dewan Kemakmuran 
Masjid (DKM) sudah seyogyanya memprogramkan kajian rutin keagamaan untuk 
memberikan bekal kepada para Jama'ah tentang hukum Islam. Menuntut ilmu, baik 
itu ilmu agama maupun ilmu umum, adalah kewajian bagi setiap muslim berdasarkan 
dalil-dalil Syar'i. Namun yang membedakan hanya muatan wajibnya, yakni antara 
Wajib 'ain (wajib individu) atau Wajib kifayah (wajib bagi sebagian orang 
Islam). Maka, urgensi menuntut ilmu dalam Islam tidak bisa diragukan lagi 
karena wahyu pertama yang turun di gua hira menjelaskan tentang pentingnya 
membaca, "iqra bismi robbikalladzi khalaq. Khalaqal insana min 'alaq. qra 
warbobbukal akrom. Alladzi 'allama bil qalam ". Mambaca adalah merupakan sarana 
utama untuk mendapatkan ilmu. Ilmu dalam Islam merupakan kunci untuk menjadi 
orang baik sebagaimana sabda Rasulullah, " Barangsiapa yang ALLAH kehendaki 
menjadi orang baik, indikatornya ialah ia diberikan kefahaman tentang agama ". 
Untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat, pihak pengurus masjid harus memilih 
sosok ulama yang memiliki kredibelitas secara ilmu dan amal. Maka, orang yang 
menggabungkan antara Ilmu dan Iman, atau antara Ilmu dan Amal itu dianggap 
sebagai seorang intelektual dalam terminologi Al-Qur'an. 


" Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama ". 
(QS. Al-Faathir:28).


Untuk mengetahui bahwa seseorang mencintai masjid atau tidak bisa dilihat dari 
tiga aspek yang disebutkan di atas yaitu : Berkontribusi dalam membangun masjid 
dengan berinfak sebagian harta dan atau dengan menjaga shalat lima waktu 
berjamaah di masjid, dan atau dengan menghadiri kajian-kajian keislaman yang 
telah diagendakan oleh DKM. Jika hati seorang Muslim selalu rindu dengan tiga 
hal tersebut, maka ia termasuk orang yang dijanjikan oleh Rasul yaitu termasuk 
salah satu dari tujuh golongan yang akan mendapatkan payung ALLAH di padang 
mahsyar nanti, di mana tidak ada naungan melainkan naungan-Nya.


Wallahu'alam bishowab.


-- 
Waassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh

================================================


Masjid Jami' Nurul Yaqin (MJNY)

Perumahan Taman Sentosa, Cikarang Selatan 17550

Telp             : 021- 70065637, 70911172, 71231243, 32101757

Fax              : 021- 89905637

Website       : www.nurulyaqin.org

Email           : [EMAIL PROTECTED]

Mailing List   : [EMAIL PROTECTED]


Tulisan & Artikel yang dimuat boleh disebarluaskan dengan mencantumkan 
sumbernya www.nurulyaqin.org " Bersama Menebar Dakwah - Menjalin Ukhwah "
=================================================
Rasulullah SAW bersabda: 

"Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sungguh aku bermaksud hendak 
menyuruh orang-orang mengumpulkan kayu bakar, kemudian menyuruh seseorang 
menyerukan adzan, lalu menyuruh seseorang pula untuk menjadi imam  bagi orang 
banyak. Maka saya akan mendatangi orang-orang yang tidak ikut berjama'ah, 
lantas aku bakar rumah-rumah mereka." 

(HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah RA).

=================================================
Salurkan Zakat, Infaq dan Sodaqoh (ZIS) anda ke 

Bank Syariah Mandiri, Capem Cikarang  

Acc/No : 005-017-6791 

Acc/Name : DKM Masjid NURUL YAQIN

=================================================

Reply via email to