BENAR....
 
Contoh yg paling GAMBLANG adalah...
 
PKB, antara Gus Dur & Muhaimin BERANTEM melulu rebutan KEKUASAAN alias rebutan 
jalan menuju neraka Jahanam...
 
Juga di partai lain...yg berkedok Islam....

________________________________

From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of 
cinta saja
Sent: Tuesday, July 22, 2008 8:30 AM
To: keluarga-islam@yahoogroups.com
Subject: Re: [keluarga-islam] Matinya Nurani



Satu lagi, Mas Ahmadi ...
Kita-kita ini yang tidak tahu DIRI ...  sukanya hanya memperturutkan EGO ...
 
Astaghfirullah.
 
Salam,
Hidayat

 
On 7/22/08, Ahmadi Agung <[EMAIL PROTECTED] <mailto:[EMAIL PROTECTED]> > wrote: 

        
        Menurut analisa saya semua itu terjadi karena...
         
        * Para pemimpin yg KORUP & hanya mementingkan diri, sehingga masyarakat 
yg miskin & banyak mempunyai masalah merasa TIDAK di PERHATIKAN..
         
        * Para Ulama & Kyai serta Para Ustadnya yg juga hanya mementingkan diri 
& Aliran-nya, sehingga kondisi ini SANGAT AMAT MEMEPERPARAH keadaan, sehinggga 
akhirnya masyarakat banyak yg FRUSTRASI dan menjadi EMOSIONAL TIDAK RASIONAL 
sehingga mereka menyelesaikan segala problema hidup dng CARAnya 
SENDIRI-SENDIRI....

________________________________

        From: keluarga-islam@yahoogroups.com 
<mailto:keluarga-islam@yahoogroups.com>  [mailto:keluarga-islam@yahoogroups.com 
<mailto:keluarga-islam@yahoogroups.com> ] On Behalf Of raflisamin
        Sent: Monday, July 21, 2008 5:03 PM
        To: keluarga-islam@yahoogroups.com 
<mailto:keluarga-islam@yahoogroups.com> 
        Subject: RE: [keluarga-islam] Matinya Nurani
        
         
        

        

        Didalam kehidupan yang kita hadapi sehari-hari, sering kita jumpai 
orang/masyarakat yang emosi amarahnya menonjol, tidak peduli lagi dengan halal 
dan haramnya.

        Apakah ini sebagai tanda matinya nurani.

        Apa kiat-kiat agar hati kita tetap terjaga sehingga tidak mati.

        

        

        Salam,

        

        

        

        

        
________________________________


        From: keluarga-islam@yahoogroups.com 
<mailto:keluarga-islam@yahoogroups.com>  [mailto:keluarga-islam@yahoogroups.com 
<mailto:keluarga-islam@yahoogroups.com> ] On Behalf Of agussyafii
        Sent: Monday, July 21, 2008 2:46 PM
        To: keluarga-islam@yahoogroups.com 
<mailto:keluarga-islam@yahoogroups.com> 
        Subject: [keluarga-islam] Matinya Nurani

        

        Matinya Nurani
        
        sumber, http://mubarok-institute.blogspot.com 
<http://mubarok-institute.blogspot.com/> 
        
        Nurani berasal dari bahasa Arab nur, artinya cahaya, kemudian menjadi
        nuraniyyun yang artinya bersifat cahaya. Dalam bahasa Indonesia,
        nurani digunakan untuk menyebut lubuk hati yang terdalam, disebut juga
        kata hati atau hati nurani. Jika seorang pencuri membunuh petugas
        ronda atau hansip yang memergokinya, disebut penjahat, maka pencuri
        yang memperkosa wanita didepan anaknya dan suaminya yang tak berdaya
        setelah dilukainya seperti yang baru-baru ini terjadi di Manggarai,
        pencuri tersebut bukan hanya penjahat, tetapi lebih dari itu disebut
        telah tidak lagi memiliki nurani. 
        
        Orang yang berbohong, kemudian tersipu-sipu ketika terbongkar
        kebohongannya, maka dia adalah pembohong biasa. Tetapi seorang tokoh
        yang berbohong dan kebohongannya sudah terbongkar di depan publik
        secara luas, kemudian ia masih bisa tampil dengan percaya diri, maka
        ia bukan saja pembohong, tetapi pembohong yang sudah tak bernurani.
        
        Nurani merupakan subsistem kejiwaan manusia. Menurut Al Qur'an,
        manusia dianugerahi akal untuk berfikir dan memecahkan masalah,
        dianugerahi hati untuk memahami realitas (Q/22:46), dianugerahi
        syahwat untuk menggerakkan tingkahlaku (Q/3:14), dan dianugerahi
        nurani untuk meluruskan yang bengkok, membersihkan yang kotor dan
        untuk intro¬speksi terhadap apa yang ada dalam jiwanya (Q/75:14-15).
        Jika hati manusia masih bisa diajak kompromi, membantah, mengingkari,
        mencabut pernyataan dan mencari-cari alasan pembenar, hal itu memang
        sesuai dengan tabiat hati tersebut. 
        
        Dalam Al Qur'an, hati disebut dengan nama qalb yang mempunyai arti
        bolak-balik. Ungkapan bahasa Arab berbunyi; summiyat al qalbu qalban
        litaqallubihi artinya hati dinamakan qalbu adalah karena tabiatnya
        yang bolak balik. Jadi hati (qalb) memang memiliki tabiat tidak
        konsisten, suka berdalih dan mencari-cari alasan pembenar. Nurani
        bagaikan kotak hitam (black box) di dalam hati, sebagai sub sistem
        yang bekerja secara konsisten ter¬hadap kebenaran dan kejujuran. 
        
        Hati boleh mencari-cari dalih pembenar, akal boleh membuat rumusan
        yang logis membenarkan dirinya, tetapi nurani tetap konsisten
        membisikkan bahwa yang salah tetap salah, dan yang benar tetap benar.
        Dalam Al Qur'an, nurani disebut dengan nama bashirah, (Q/75;14-15)
        yang mengandung arti pandangan mata batin sebagai lawan dari pandangan
        mata kepala. Bagi orang yang nuraninya sehat, pandangan mata hatinya
        lebih tajam menembus dimensi ruang dan waktu, berbeda dengan mata
        kepala yang sangat terbatas jangkauan pan¬dangannya. Bagi orang yang
        mata hatinya buta, maka ketajaman penglihatan mata kepala tidak banyak
        membantu menemukan kebenaran (Q/22:46).
        
        Menurut seorang ulama klasik, Ibn al Qayyim al Jauzi, bashirah atau
        nurani adalah cahaya yang ditempatkan oleh Allah di dalam hati setiap
        manusia; nurun yaqdzifuhullah fi al qalbi. Oleh karena itu nurani bisa
        menjadi hotline manusia dengan Tuhannya. Cahaya ini pula yang
        menyebabkan manusia rindu kepada Tuhan, yang menyebabkan manusia bisa
        menangis ketika berdoa, yang menyebabkan manusia tak terkecoh oleh
        godaan rendah harta duniawi dan sebaliknya bisa melihat dengan jelas
        tingginya nilai keutamaan kebajikan yang bersifat ukhrawi. Jiwa
        manusia merupakan kesatuan sistem, oleh karena itu berfungsinya nurani
        juga bisa disebut sebagai sehatnya hati (qalbun salim) atau seperti
        yang dikatakan oleh Imam Fakhr ar Razi dalam tafsir al Kabir, sebagai
        akal yang prima (al `aql as salim). 
        
        sumber, http://mubarok-institute.blogspot.com 
<http://mubarok-institute.blogspot.com/> 
        
        Salam Cinta,
        agussyafii
        
        Sekiranya berkenan mohon kirimkan komentar anda melalui
        [EMAIL PROTECTED] <mailto:achmad.mubarok%40yahoo.com>  atau 
http://mubarok-institute.blogspot.com <http://mubarok-institute.blogspot.com/> 

        

        

        

        

        

        

        


 

Kirim email ke