ng..
banyak yang meyakini bahwa ayat-ayat pertama pada surat Al Mudzamil ini adalah 
ayat2 yang turun pada tahun-tahun pertama kenabian, jauh sebelum peristiwa Isro 
Mi'roj.

dan ayat-ayat ini memang merupakan perintah untuk mengerjakan sholat malam.

setelah ayat-ayat ini ada lagi perintah untuk melalukan sholat pagi, siang, dan 
malam, dan lagi-lagi banyak yang berpendapat turunnya ayat-ayat ini adalah 
sebelum peristiwa Isro Mi'roj.

pada peristiwa Isro Mi'raj, nabi tidak mendapat perintah Sholat lagi, tetapi 
mendapatkan ketentuan bahwa Sholat yang sudah biasa dilakukan sebelumnya yaitu 
sholat lima waktu menjadi sholat wajib, sedangkan sholat malam menjadi sholat 
sunat. dan ketetapan ini tidak akan dirubah lagi sampai hari kiamat.


salam...
ramdan
:-)



  ----- Original Message ----- 
  From: Ananto 
  To: keluarga-islam@yahoogroups.com ; [EMAIL PROTECTED] 
  Sent: Friday, July 25, 2008 8:08 AM
  Subject: [keluarga-islam] (Ngaji of the Day) Isra' Mi'raj dan Perintah Shalat



  Isra' Mi'raj dan Perintah Shalat


  Kehadiran Rasulullah SAW mendakwahkan kebenaran dari Allah SWT rupanya 
membuat orang-orang musyrik Makkah benar-benar kehilangan kesabaran. Rintangan 
dan terror yang ditujukan kepada Nabi dan para pengikutnya tidak lagi 
mempertimbangkan waktu. Orang-orang Musyrik benar-benar tidak memberikan 
sedikitpun kepada Rasulullah dan para pengikutnya untuk dapat bernafas lega 
dari kedengkian dan kejahatan mereka. 


  Namun pada tahun kedelapan dari kenabian, Rasulullah SAW justru mendapatkan 
beberapa cobaan yang teramat berat baginya dan bagi para pengikutnya. Ujian itu 
adalah embargo kaum kafir Quraisy dan sekutunya terhadap umat Islam. Aksi 
embargo ini masih dijalankan meskipun waktu telah memasuki bulan Haram. Artinya 
Nabi beserta para sahabatnya tetap merasakan penganiayaan dan kedhaliman dari 
mereka yang biasanya menghentikan segala aktivitas permusuhan terhadap 
lawan-lawannya.


  Setelah delapan tahun mendakwahkan agama Allah kepada kaumnya dengan 
didampingi dan dilindungi oleh dua orang kuat suku Qurays, yakni pamannya Abu 
Thalib dan istrinya Khadijah, maka pada tahun ini Rasulullah pun harus rela 
ketika keduanya dipanggil menghadap Sang Rabb. Dengan demikian, pada waktu itu 
Nabi tiada lagi memiliki pembela yang cukup kuat di hadapan kaumnya sendiri 
yang memusuhi kebenaran. Dalam sejarah Islam tahun ini disebut 'amul huzni, 
tahun kesedihan.


  Rasulullah kemudian mengijinkan para pengikutnya untuk berhijrah ke Thaif. 
Namun rupanya Bani Tsaqif yang menguasai tanah Thaif tidaklah memberikan 
sambutan hangat kepada para sahabatnya. Mereka yang datang meminta pertolongan 
justru diusir dan dihinakan sedemikian rupa. Mereka dilempari batu hingga harus 
kembali dengan kondisi berdarah-darah. 


  Keseluruh cobaan berat ini dialami Rasulullah dan para sahabatnya pada tahun 
yang sama, yakni tahun kedelapan kenabian.


  Atas cobaan yang teramat berat dan bertubi-tubi ini, maka Allah SWT kemudian 
memberikan "sekadar hiburan" kepada Muhamad SAW yang sedang berkabung dengan 
segala keadaan dan perasaannya. Rasulullah menerima "sepaket perjalanan 
rekreasi" untuk menyegarkan kembali ghirroh (semangat) perjuangannya dalam 
menegakkan misi Tauhid di Bumi.


  "Paket perjalanan" yang kemudian disebut sebagai Isra' Mi'raj ini sejatinya 
adalah sebuah pesan kepada seluruh umat Muhammad bahwa, segala macam cobaan 
yang seberat apa pun haruslah kita lihat sebagai sebuah permulaan dari akan 
dianugerahkannya sebuah kemuliaan kepada kita.


  Dalam peristiwa itu, tepatnya 27 Rajab, Nabi Muhammad SAW dapat saja langsung 
menuju langit dari Makkah, namun Allah tetap membawanya menuju Masjidil Aqsha, 
pusat peribadahan nabi-nabi sebelumnya. Ini dapat berarti bahwa umat Islam 
tidak memiliki larangan untuk berbuat baik terhadap sesama manusia, sekalipun 
kepada golongan di luar Islam. Hal ini dikarenakan, Islam menghargai 
peraturan-peraturan sebelum Islam, seperti halnya khitan yang telah 
disyariatkan sejak zaman Nabi Ibrahim AS.


  Perintah Shalat


  Setelah melampaui Masjidil Aqsha, Nabi langsung diangkat naik sampai ke 
langit tujuh, lalu Sidratul Muntaha dan Baitul Ma'mur.


  Imam Al-Bukhari meriwayatkan, pada saat peristiwa Mi'raj, Nabi Muhammad SAW 
berada di Baitul Ma'mur, Allah SWT mewajibkannya beserta umat Islam yang 
dipimpinnya untuk mengerjakan shalat limapuluh kali sehari-semalam. Nabi 
Muhammad menerima begitu saja dan langsung bergegas.


  Namun Nabi Musa AS memperingatkan, umat Muhammad tidak akan kuat dengan 
limapuluh waktu itu. "Aku telah belajar dari pengalaman umat manusia sebelum 
kamu. Aku pernah mengurusi Bani Israil yang sangat rumit. Kembalilah kepada 
Tuhanmu dan mitalah keringanan untuk umatmu."


  Nabi Muhammad kembali menghadap Sang Rabb, meminta keringanan dan ternyata 
dikabulkan. Tidak lagi lipapuluh waktu, tapi sepuluh waktu saja. Nabi Muhammad 
pun bergegas. Namun Nabi Musa tetap tidak yakin umat Muhammad mampu melakukan 
shalat sepuluh waktu itu. "Mintalah lagi keringanan." Nabi kembali dan akhirnya 
memeroleh keringanan, menjadi hanya lima waktu saja.


  Sebenarnya Nabi Musa masih berkeberatan dengan lima waktu itu dan menyuruh 
Nabi Muhammad untuk kembali meminta keringanan. Namun Nabi Muhammad tidak 
berani. "Aku sudah meminta keringanan kepada Tuhanku, sampai aku malu. Kini aku 
sudah ridha dan pasrah."


  Nabi Muhammad memang mengakui bahwa pendapat Nabi Musa AS itu benar adanya. 
Lima kali shalat sehari semalam itu masih memberatkan. Namun lima waktu itu 
bukankah sudah merupakan bentuk keringanan?! Demikianlah.


  Shalat telah diwajibkan bagi Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya sejak 
diturunkannya firman Allah pada awal kenabian,



  يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ. قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلاً


  Hai orang yang berselimut (Muhammad),),bangunlah (untuk sembahyang) di malam 
hari, kecuali sedikit (daripadanya)... (QS. Al-Muzzammil, 73:1-19)


  Ini adalah petunjuk bahwa Rasulullah dan para pengikutnya yang baru berjumlah 
sedikit kala itu memiliki kewajiban untuk bangun pada tengah malam untuk 
menjalankan kewajiban. Menurut Ibnu Abbas, Ikrimah, Mujahid, al-Hasan, Qatadah, 
dan ulama salaf lainnya, kewajiban shalat malam dihapuskan setelah ayat ke 20 
atau ayat terakhir dari surat al-Muzammil ini diturunkan oleh Allah SWT.



  إِنَّ رَبَّكَ يَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُومُ أَدْنَى مِن ثُلُثَيِ اللَّيْلِ 
وَنِصْفَهُ وَثُلُثَهُ وَطَائِفَةٌ مِّنَ الَّذِينَ مَعَكَ وَاللَّهُ يُقَدِّرُ 
اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ عَلِمَ أَن لَّن تُحْصُوهُ فَتَابَ عَلَيْكُمْ فَاقْرَؤُوا 
مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ عَلِمَ أَن سَيَكُونُ مِنكُم مَّرْضَى وَآخَرُونَ 
يَضْرِبُونَ فِي الْأَرْضِ يَبْتَغُونَ مِن فَضْلِ اللَّهِ


  Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang 
dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian 
pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan 
ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat 
menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, 
karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur'an. Dia mengetahui bahwa 
akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di 
muka bumi mencari sebagian karunia Allah...


  Pelaksanaan ibadah shalat menunjukkan bahwa Baitul Maqdis di Yerusalem 
merupakan salah satu tempat sangat penting posisinya dalam agama Islam sebagai 
kiblat pertama umat Islam. Kurang lebih 13 tahun lamanya Nabi Shalat dan para 
pengikutnya menghadap Baitul Maqdis, sebelum akhirnya Allah memerintahkan umat 
Islam untuk memindahkan kiblatnya ke Ka'bah di Makkah. Pemindahan arah kiblat 
ini terjadi di tengah-tengah ibadah shalat sedang berlangsung. Masjid tempat 
dilaksanakan shalat ketika perintah berpindah kiblat ini diturunkan hingga 
sekarang disebut sebagai Masjid Kiblatain (Masjid Dua Kiblat).


  Allah senantiasa melibatkan Masjidil Aqsho dalam setiap perkembangan 
ajaran-ajaran seputar Shalat. Termasuk menghadap ke Baitul Maqdis sebelum 
dipindahkan kiblatnya ke Ka'bah. Perintah Shalat lima waktu diterima setelah 
Rasulullah dikaruniai singgah di Baitul Maqdis (QS. Al-Isra', 17:1) dalam 
perjalanan menuju Sidratul Muntaha.


  Imam Syafi'i menyatakan, "Saya sangat suka beri'tikaf di Masjid (Baitul 
Maqdis), lebih dari Masjid manapun." Ketika ditanya alasannya, Beliau menjawab, 
"Di sinilah tempat berkumpul dan dikuburkannya beberapa Nabi Allah."


  Waktu-waktu Shalat


  Jabir bin Abdullah RA menceritakan bahwa pada suatu siang sebelum Matahari 
benar-benar di atas titik atas tertinggi, Rasulullah Muhammad SAW kembali 
didatangi oleh malaikat Jibril AS seraya berkata kepadanya, "Bangunlah Wahai 
Rasulullah dan lakukan shalat."


  Mendengar panggilan ini, Maka Nabi Muhammad pun segera melakukan shalat 
Dzuhur ketika Matahari telah mulai tergelincir. 


  Ketika bayang-bayang tampak telah mulai lebih panjang dari sosok asli 
benda-benda, malaikat Jibril berkata, "Bangun dan lakukan shalat lagi." 


  Demi mendengar perintah ini pun, Rasulullah SAW kemudian segera melakukan 
shalat Ashar ketika panjang bayangan segala benda melebihi panjang benda-benda. 
Kemudian waktu Maghrib menjelang dan Jibril berkata, "Bangun dan lakukan 
shalat." Maka beliau SAW melakukan shalat Maghrib ketika matahari terbenam. 


  Kemudian waktu Isya` menjelang dan Jibril berkata, "Bangun dan lakukan 
shalat." Maka Rasulullah SAW pun segera melakukan shalat Isya` ketika syafaq 
(mega senja merah) menghilang. Waktu sholat Isya' ini menjadi waktu sholat 
terpanjang karena Jibril baru membangunkan kembali nabi Muhammad ketika fajar 
kedua telah mulai menjelang.


  Kemudian waktu Shubuh menjelang dan Jibril berkata, "Bangunlah wahai 
Rasulullah dan lakukanlah shalat." Maka Rasulullah SAW melakukan shalat Shubuh 
ketika waktu fajar menjelang. (HR Ahmad, Nasa'i dan Tirmidzy)


  Tentang waktu sholat Shubuh ini Abu Hurairah RA meriwayatkan bahwa suatu 
ketika Rasulullah SAW bersabda, "Orang yang mendapatkan satu rakaat dari shalat 
shubuh sebelum tebit matahari, maka dia termasuk orang yang mendapatkan shalat 
shubuh. Dan orang yang mendapatkan satu rakaat shalat Ashar sebelum matahari 
terbenam, maka dia termasuk mendapatkan shalat Ashar." (HR Muslim).



  Ustadz Khairul Anam


   

Kirim email ke