MARHABAN YAA RAMADHAN .... ==4/7=

Membaca Al-Qur'an.

A. Banyak Membaca Al-Qur'an 

Bulan Ramadhan adalah bulan Al-Qur'an. Kita semua dianjurkan agar memperbanyak 
membaca Al-Qur'an pada bulan ini. Di antara keadaan Salafus Shalih adalah 
selalu menyibukkan diri dengan hal-hal yang berkaitan dengan Al-Qur'an (mulai 
dari membaca, mempelajari dan mentadabburinya). 

Malaikat Jibril memperdengarkan Al-Qur'an kepada Rasulullah Shallallaahu alaihi 
wa Sallam pada bulan Ramadhan. Utsman bin Affan mengkhatamkan Al-Qur'an setiap 
hari pada bulan Ramadhan. Sebagian Salafus Shalih mengkhatamkan Al-Qur'an dalam 
shalat Tarawih setiap tiga malam sekali. Sebagian lagi setiap tujuh malam 
sekali. Sementara sebagian lainnya mengkhatamkannya setiap sepuluh malam 
sekali. Mereka selalu membaca Al-Qur'an baik di dalam shalat maupun di luar 
shalat. 

Bahkan Imam Asy-Syafi'i dapat mengkhatamkan Al-Qur'an sebanyak enam puluh kali 
di luar shalat dalam bulan Ramadhan. Sementara Al-Aswad mengkhatamkannya setiap 
dua hari sekali. Adapun Qatadah selalu mengkhatamkannya setiap tujuh hari 
sekali di luar Ramadhan, sedangkan pada bulan Ramadhan beliau mengkhatamkannya 
setiap tiga hari sekali. Dan pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan beliau 
mengkhatamkannya setiap malam. Pada bulan Ramadhan Imam Az-Zuhri menutup 
majlis-majlis hadits dan majlis-majlis ilmu yang biasa diisinya. Beliau 
mengkhususkan diri membaca Al-Qur'an dari mushhaf. Demikian pula Imam 
Ats-Tsauri, beliau meninggalkan ibadah-ibadah lain dan mengkhususkan diri untuk 
membaca Al-Qur'an.


Ibnu Rajab berkata: "Larangan mengkhatamkan Al-Qur'an kurang dari tiga hari 
tertuju bagi yang membiasakan hal itu. Adapun pada waktu-waktu yang utama 
seperti bulan Ramadhan, terkhusus lagi pada malam-malam yang diperkirakan 
sebagai malam Lailatul Qadar, atau di tempat-tempat yang utama, seperti Makkah 
bagi selain ahli Makkah, maka dianjurkan agar memperbanyak membaca Al-Qur'an. 
Supaya mendapat keutamaan pada waktu dan tempat tersebut. Inilah pendapat Imam 
Ahmad, Ishaq, dan ulama lainnya. 

Demikianlah yang dapat kita saksikan dari kebiasaan mereka sebagaimana yang 
telah kita sebutkan tadi. 

B. Menangis Tatkala Membaca Atau Mendengar Al-Qur'an 

Mendendangkan Al-Qur'an layaknya mendendangkan syair tanpa mentadabburi dan 
memahaminya bukanlah termasuk petunjuk Salaf. Bahkan jiwa mereka bergetar dan 
hati mereka tersentuh begitu mendengar untaian Kalamullah dibacakan. 

Dalam Shahih Al-Bukhari diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud Radhiallaahu anhu 
bahwa ia berkata: Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: "Bacalah 
Al-Qur'an untukku!" Aku berkata: "Apakah aku membacakannya untukmu sedangkan ia 
diturunkan kepadamu?" Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: "Aku 
senang mendengarkannya dari orang lain." Aku pun membacakan untuknya surat 
An-Nisa', hingga sampai pada ayat yang berbunyi: "Maka bagaimanakah (halnya 
orang-orang kafir nanti), apabila kami mendatangkan seseorang saksi (Rasul) 
dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas 
mereka itu (sebagai umatmu)." (An-Nisa': 41) 
beliau mengatakan: Hasbuka (cukup). Aku menoleh kepadanya, ternyata kedua mata 
beliau meneteskan air mata." 

Imam Al-Baihaqi meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu 
ia berkata: "Tatkala turun ayat: "Maka apakah kamu merasa heran terhadap 
pemberitaan ini? Dan kamu mentertawakan dan tidak menangis." (An-Najm: 59-60) 
Ahlu Suffah (orang yang bermukim di serambi masjid Nabi) menangis hingga 
tetesan air mata membasahi pipi mereka. Ketika hal itu didengar oleh Rasulullah 
Shallallaahu alaihi wa Sallam, beliau tersentuh dan ikut menangis bersama 
mereka. Melihat hal itu kami pun turut menangis. 

Kemudian Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda:

"Tidak akan masuk api Neraka orang yang menangis karena takut kepada Allah." 

Suatu ketika Abdullah bin Mas'ud membaca surat Al-Muthaffifin, tatkala sampai 
ayat yang berbunyi: "Yaitu hari ketika manusia berdiri menghadap Rabb semesta 
alam." (Al-Mutahffifin: 5) beliau menangis hingga bersimpuh dan tidak mampu 
melanjutkan ayat berikutnya. 

Diriwayatkan dari Muzahim bin Zufar ia berkata: "Pada suatu kesempatan, Sufyan 
Ats-Tsauri mengimami kami shalat. Ketika sampai ayat: "Hanya Engkaulah yang 
kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan." (Al-Fatihah: 5) 
beliau menangis hingga terputus bacaannya se-hingga beliau mengulanginya 
kembali dari awal." 

Diriwayatkan dari Ibrahim bin Asy'ats ia berkata: "Pada suatu malam saya 
mendengar Fudhail tengah membaca surat Muhammad hingga beliau menangis dan 
mengulang-ulang ayat berbunyi: "Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji 
kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara 
kamu; dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu." (Muhammad:31) 

Beliau berkata: "dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu!" beliau 
terus mengulang-ulang: "Agar Engkau menyatakan baik buruknya hal ihwal kami!" 
Jika Engkau nyatakan hal ihwal kami, akan tersingkaplah borok-borok kami. Jika 
Engkau nyatakan hal ihwal kami, niscaya Engkau akan membinasakan dan mengazab 
kami," sedangkan beliau tetap terus menangis.

===ed:hmd==

============================
Bagi Anda yang ingin mendengarkan Audio MP3 Pengajian Tradisional Kitab 
IRSYADUL IBAD ila Sabilirrosyad
dapat mendownload filenya di :

http://www.4shared.com/dir/6411196/58e36731/MP3_TALIM_IRSYADUL_IBAD.html

Pengajian dipimpin oleh Ustad Drs.H.Ruslan Mawardi MAg. Pimpinan Majlis Taklim 
DARUUT TAUBAH
Kebon Nanas Selatan Jakarta Timur.
File-file MP3 yang di share, sdh mendapat izin untuk disebar luaskan untuk 
Dakwah Islamiyah.

Kirim email ke