"Ehmm...akang sudah taqlid dong sama Syekh al-Albany. Yang akang
lakukan sama saja dengan kawan-kawan saya tadi malam yang mengikuti
Wak Haji Yunus utk ratiban bareng tanpa mengkaji terlebih dahulu dalil
dan argumen wak Haji Yunus. Kami melakukannya karena "PERCAYA"
bahwa wak Haji Yunus itu ahli dalam bidangnya"...
 
Kami melakukannya karena " PERCAYA "bahwa wak Haji Yunus itu ahli dalam 
bidangnya"
=
Kami melakukannya karena " PERCAYA "bahwa wak Ustadz Haji Yunus itu ahli dalam 
bidangnya"
=
Kami melakukannya karena " PERCAYA "bahwa wak Ustadz Kyai Haji Yunus itu ahli 
dalam bidangnya"
=
Kami melakukannya karena " PERCAYA "bahwa wak Ustadz Kyai Haji Gus Yunus itu 
ahli dalam bidangnya"
=
Kami melakukannya karena " PERCAYA "bahwa wak Ustadz Kyai Haji Gus Dur itu ahli 
dalam bidangnya"
=
???????




________________________________
From: Ibu Eko <[EMAIL PROTECTED]>
To: keluarga-islam@yahoogroups.com
Sent: Thursday, 30 October 2008 3:33:52
Subject: Re: [keluarga-islam] OOT: Jangan TAKLID ~ Bacaan Rilex


lho kok malah ditanya. gmn taklid buta? gmn yang ngga? tolong dong



2008/10/30 Fani Dhuha <[EMAIL PROTECTED] com.sg>

Sebanding gak ilmu haji yunus dengan Syekh al-Albany?




________________________________
From: Ibu Eko <[EMAIL PROTECTED] com>
To: keluarga-islam@ yahoogroups. com
Sent: Wednesday, 29 October 2008 2:53:26
Subject: Re: [keluarga-islam] OOT: Jangan TAKLID ~ Bacaan Rilex



Terus batasan taklid buta itu apa ya? ane jadi bingung?


2008/10/29 MK. Mattawaf <[EMAIL PROTECTED] co.id>



Jangan Taqlid 
NS Hosen 
  
Ba'da sholat zuhur berjamaah di masjid jami', Ujang merasa kehausan. 
Kakinya lantas melangkah ke warung Mpok Ruqayah. Ujang memesan es 
kelapa muda. 
  
Pada saat yang bersamaan, seorang anak muda yang berjenggot tipis dan 
memakai celana cungkring (sekitar 10-15 senti di atas mata kaki) duduk 
disamping Ujang. Sambil tersenyum pada Ujang, anak muda yang bernama 
Jundi ini bertanya kepada Ujang, "Tadi malam akhi Ujang ikutan ratiban 
di kediaman Haji Yunus yah?" 
  
"Iyah alhamdulillah saya ikutan bareng-bareng baca Ratib al-Haddad 
bersama Wak Haji", jawab Ujang sebelum menyeruput es kelapa muda. 
  
"Apa akhi Ujang tahu apa dalilnya ikut ratiban semacam itu?" Jundi 
bertanya sambil tersenyum. 
  
"wah itu sih urusan Wak Haji...kata beliau ratiban ini kumpulan doa 
yang tentu saja ada dalilnya. Lha dalilnya itu apa dan bagaimana 
yah...tolong aja kang Jundi tanya langsung sama Wak haji Yunus". Ujang 
nyerocos sambil tangannya mencomot pisang goreng di depannya. 
  
"Itu namanya taqlid alias fanatisme buta. Agama melarang kita untuk 
taqlid semacam itu. Bukankah Pak Yunus itu manusia biasa yang bisa 
salah dan khilaf. Kok akhi Ujang mau saja ikut-ikutan sama beliau. Itu 
namanya menyembah Pak Yunus. Haram itu hukumnya!" suara Jundi mulai 
meninggi. 
  
"wah...udara udah panas begini, kang Jundi kok malah bikin saya jadi 
gerah nih." Ujang mengipas-ngipaskan pecinya ke arah tubuhnya. 
  
"bukan begitu akhi...saya sekedar mengingatkan saja. Rasulullah SAW 
telah bersabda, 'Aku tinggalkan dua perkara yang kalian tidak akan 
sesat selama berpegang teguh dengan keduanya, yaitu: Kitabullah dan 
Sunnahku'. Jadi segala persoalan harus berdasarkan kepada Qur'an dan 
Sunnah. Nggak boleh hanya kata kiyai anu atau ulama sana atau cuma 
kata Pak Yunus." 
  
"bentar kang...." Ujang merubah posisi kakinya sambil kemudian 
mengangkat sedikit kain sarungnya. Ujang terus meneruskan, "Hadis yang 
tadi kang Ujang baca itu shahih atau dha'if?" 
  
"Hadis-nya shahih ya akhi Ujang" jawab Jundi sambil memegang jenggotnya. 
  
"O, ya? Akang tahu dari mana kalau itu hadisnya shahih?" 
  
"Dari Syekh al-Albany. Beliau ini ulama besar...dalam kitab Silsilah 
Al-Hadits As-Shahihah, beliau bilang hadis ini shahih." Jundi lantas 
membuka catatannya. "Ya betul akhi...ini disebutkan dalam buku Syekh 
al-Albany juz 4, halaman 330" 
  
Sambil membetulkan peci hitam yg sudah lusuh, Ujang bertanya lagi: 
  
"sudah akang periksa argumennya al-Albany sampai beliau bilang hadis 
ini shahih? Misalnya dicek ulang gitu semua argumen beliau" 
  
"Belum. Tapi Syekh al-Albany menyebutkan sumber-sumber rujukannya kok" 
  
"Terus darimana akang bisa yakin kalau yang dilakukan Syekh al-Albany 
dalam mengatakan Hadis ini shahih itu benar?" 
  
"Lho al-Albany kan ahli hadis, dia punya kualifikasi untuk itu, 
masak dia bohong?" suara Jundi mulai meninggi. Dalam hatinya dia 
bilang, "ini orang kok ngeyel banget sih. Susah banget menerima sebuah 
kebenaran!" 
  
"Ehmm...akang sudah taqlid dong sama Syekh al-Albany. Yang akang 
lakukan sama saja dengan kawan-kawan saya tadi malam yang mengikuti 
Wak Haji Yunus utk ratiban bareng tanpa mengkaji terlebih dahulu dalil 
dan argumen wak Haji Yunus. Kami melakukannya karena "percaya" 
bahwa wak Haji Yunus itu ahli dalam bidangnya" 
  
Sambil nyengir meniru gaya film james Bond yang ditontonnya saat layar 
tancep, Ujang meneruskan: 
  
"Sama saja dengan saya kalau sakit pergi ke dokter. Apa yang dikatakan 
dokter saya percaya. Disuruh minum obat A atau B saya ikuti. Soalnya 
saya "percaya" akan otoritas dokter tsb. Saya nggak mau bilang begini, 
'Maaf dokter, saya butuh waktu untuk menguji apakah obat yg anda kasih 
itu benar atau tidak, saya harus cek dulu argumentasi anda utk 
mengatakan penyakit saya ini A dan bukan penyakit B" 
  
Muka Jundi langsung memerah. Dia tidak menyangka Ujang yang sarung dan 
pecinya sudah lusuh dan wajahnya ndeso banget itu dengan telak menohok 
argumentasi Jundi. 
  
Mpok Ruqayah, yang dari tadi cuma mendengarkan sambil menggoreng 
pisang, tiba-tiba ikutan nimbrung. 
  
"Perasaan ane hadis yang tadi bang Jundi bacakan ada versi lainnya 
deh. Dulu Wak haji Yunus udah pernah menjelaskan saat ane ikutan 
pengajian di rumahnya" 
  
"Enggak ada Mpok...hadisnya ya cuma ini. kalau ada versi lain, ya itu 
dha'if" jawab Jundi sambil membolak-balik buku catatannya. 
  
"ah urusan dha'if apa kagak itu sih urusan orang sekolahan... bukan 
urusan ane...urusan ane sih dagang aja" Mpok Ruqayah tertawa sambil 
membetulkan posisi sendal jepitnya. 
  
"Iya nih akang masih doyan aja sembarangan mendha'ifkan hadis" 
  
"Soalnya kata murabbi saya begitu akhi" 
  
"Tuh kan...ente taqlid lagi" Ujang kembali nyengir. 
  
"Bukan...ini bukan taqlid. Ini namanya tsiqah pada qiyadah" 
  
"ya sama aja dong...intinya kan tunduk dan patuh serta percaya pada 
pemimpin dan panutan kita. Saya taqlid sama Wak haji Yunus. Akang 
Jundi tsiqah sama murabbi. Intinya kan sama aja. Artinya sama-sama 
baik. Karena Wak Haji Yunus orang baik, dan Murabbi akang juga orang 
baik. Begitu kang..." 
  
Di saat itu datanglah Haji Yunus sambil mengucapkan salam. Ujang dan 
Mpok Ruqayah lantas menceritakan dialog dengan Jundi tersebut. Jundi 
yang duduknya menjadi gelisah, ditepuk-tepuk bahunya oleh Haji Yunus. 
"Bagus...bagus. ..inilah pemuda harapan kita. Selalu bersemangat dalam 
menjalankan Din Allah ini" 
  
"Nak Jundi kuliah dimana? tanya Haji Yunus dengan lembut. 
  
"Di Universitas Prabu Siliwangi, jurusan akunting. Saya lagi buat 
skripsi Pak Yunus" 
  
"Oh bagus...bagus. ..apa saat menulis skripsi itu Nak Jundi 
mencantumkan footnote yang isinya pendapat para pakar dan juga 
mengikuti petunjuk yang diberikan oleh pembimbing skripsi?" 
  
"Tentu saja Pak. Dunia akademik memang seperti itu" 
  
"Mungkin Nak Jundi belum tahu, ttulah tradisi ilmiah dalam Islam yang 
diadopsi oleh dunia intelektual modern saat ini. Tradisi merefer dan 
merujuk itu bisa dilacak dalam khazanah Islam." Haji Yunus menjelaskan 
sambil memberi kode kepada Mpok Ruqayah utk membuatkan kopi. 
  
"Wah jangan-jangan akang Jundi ini taqlid juga sama pembimbing dan 
para pakar yg dicantumkan dalam footnote skripsinya nih" Ujang 
nyeletuk sambil megang perutnya yang buncit. 
  
Jundi tersenyum masam. 
  
Haji Yunus melotot pada Ujang, tanda beliau kurang suka dengan Ujang 
yang menggoda Jundi. Lalu beliau menoleh kembali pada Jundi: 
  
"Tadi hadis yang dibacakan oleh Nak Jundi itu bagaimana bunyinya dan 
bagaimana terjemahnya?" tanya Haji Yunus. 
  
"Maaf Pak Yunus...saya hanya mencatat dari kumpulan materi pengajian. 
Kebetulan hadisnya ini sudah diterjemahkan." 
  
Ujang nyeletuk lagi: 
  
"itu namanya akang bukan kembali kepada al-Qur'an dan Sunnah...tapi 
kembali ke terjemahan al-Qur'an dan terjemahan Sunnah. Lha yang 
nerjemahin itu siapa? Kok akang percaya saja sama terjemahannya. Itu 
namanya akang taqlid sama terjemahan tersebut. Terjemahan Qur'an dan 
Hadis kan banyak macamnya. Cari aja di-google. Otong yang kawan saya 
aja bisa. Betul kan Wak Haji?" 
  
Muka Jundi memerah kembali. 
  
"Iya betul", kata Haji Yunus, "tapi kamu jangan biasakan memojokkan 
saudara sendiri seperti itu. Kita semua kan sama-sama belajar." tegur 
Haji Yunus. 
  
"Maaf Wak Haji..." Ujang menundukkan pandangan matanya, sebagai tanda 
ia menerima teguran Haji Yunus. Lantas mata ujang melirik ke lantai. 
Tiba-tiba ia berseru panik. 
  
"Lho Mpok Ruqayah...kok sendal saya hilang. Tadi kan masih di sini." 
Ujang celingukan mencari sendal jepitnya. 
  
"wah jangan-jangan sendal jepit saya hilang akibat adanya konspirasi 
Yahudi dan CIA untuk mencuri harta ummat Islam nih...." Ujang nyerocos 
sambil garuk-garuk kepala. 
  
Mpok Ruqayah langsung nyengir...."masak Yahudi sama CIA ngurusin 
sendal jepit kamu yang jelek itu...Ujang. ..ujang.. .ada-ada aja sih!" 
  
Haji Yunus pura-pura tidak mendengar dan memilih untuk menikmati 
kopinya. Jundi masih tersenyum kecut sambil melirik catatan pengajian 
yang berjudul, "ghazwul fikri antara yahudi-barat versus ummat Islam" 
  
dikutip dari: 
  
http://nahdlatul- ulama-anz. blogspot. com/ 




 
________________________________
Nama baru untuk Anda! 
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain! 

________________________________
Yahoo! Toolbar is now powered with Search Assist. Download it now! 
 


      New Email addresses available on Yahoo!
Get the Email name you&#39;ve always wanted on the new @ymail and @rocketmail. 
Hurry before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/sg/

Kirim email ke