Just Foryourinfo, and..easy going brow. 
If dont like it, just leave it..
Howgh!
 
Waspadai Perangkap Likuiditas… 
Hari-hari ini harga komoditi dunia lagi rendah-rendahnya.. Minyak mentah 
tinggal US$ 63/barrel atau tinggal hanya 45 % dari harga tertingginya beberapa 
bulan lalu, bahkan disbanding harga setahun lalu harga minyak mentah ini telah 
mengalami penurunan hampir 30%.

Harga komoditi lain demikian juga seperti bahan pangan, metal dan tentu saja 
juga harga emas. Lihat tabel disamping posisinya per minggu lalu yang saya 
ambilkan dari harian The Economist.

Dari sekian banyak penurunan harga komoditi setahun terakhir, kita bisa lihat 
bahwa penurunan harga emas adalah yang paling kecil. Hal ini menambah satu lagi 
bukti bahwa emas tidak pernah kehilangan daya belinya terhadap barang-barang 
kebutuhan manusia.

Ketika harga-harga komoditi dunia rendah seperti sekarang ini, bukankah ini 
baik untuk kita semua ?. Sesaat bisa jadi demikian, tetapi karena rendahnya 
harga-haraga ini terjadi pada saat puncak krisis likuiditas melanda dunia – 
kita perlu waspadai.

Dalam tulisan saya pertengahan bulan lalu Tahapan Dalam Krisis dan Pengaruhnya 
Terhadap harga Emas , saya memberi ilustrasi grafis bagaimana harga emas justru 
rendah di puncak krisis – maka demikian pula-lah perilaku harga komoditi 
lainnya.

Bagaimanapun harga adalah fungsi supply & demand , ketika supply-nya tetap 
sedangkan demand-nya menurun – maka harga pasti turun. 

Secara umum demand terhadap komoditi-komoditi global turun karena likuiditas 
untuk membelinya yang menyusut. Tentang penyusutan likuiditas ini pernah saya 
tulis bulan lalu juga pada artikel Kemana Menghilangnya Likuiditas .

Menyusutnya likuiditas inilah yang kita perlu waspadai. Dalam tulisan saya 
bulan lalu tersebut saya menjelaskan bagaimana bank menggandakan likuiditas 
berpuluh kali lipat melalui proses money creation dalam system fractional 
reserve banking . Penggandaan uang ini terjadi ketika uang yang sama diputar 
sekian kali melalui pinjaman antar bank.

Apa jadinya kalau proses pinjam-meminjam antar banknya ini terganggu ? 
likuiditas akan drastis menyusut. Ketika otoritas moneter negara-negara besar 
berusaha meningkatkan likuiditas ini dengan meningkatkan base money M1, tetapi 
kemudian bank-bank takut memberikan kredit ke bank atau institusi lain – maka 
peningkatan base money M1 ini tidak menambah likuiditas di pasar secara berarti.

Situasi ini dalam ilmu ekonomi moneter disebut liquidity trap atau saya alih 
bahasakan menjadi Perangkap Likuiditas. Uang terjebak dalam pundi-pundi bank 
karena mereka enggan meminjamkannya keluar.

Keengganan mereka mengedarkan uang ini bisa jadi karena dua alasan. Pertama 
mereka kawatir akan kesehatan dan kemampuan mengembalikan dari si peminjam. 
Kedua sangat bisa jadi bank-nya sendiri yang lagi kawatir terhadap kesehatannya 
sendiri – mereka sendiri butuh ngekepi sejumlah besar likuiditas agar tidak 
oleng.

Apa yang terjadi sesudah itu ?; segera setelah kekawatiran mereda – mereka 
sadar serentak bahwa likuiditas yang ada di pundi-pundi mereka sudah terlalu 
banyak (karena base money M1 yang dicetak berlebih semasa krisis), maka mereka 
rame-rame akan bingung menyalurkan likuiditas yanga ada. Saat itulah daya beli 
uang kertas jatuh, dan harga komoditi akan meroket bahkan lebih tinggi dari 
harga-harga tertinggi sebelumnya. Grafik di tulisan saya bulan Oktober tersebut 
diatas menjelaskan hal ini secara visual.

Lantas apa yang bisa kita lakukan secara individu atau keluarga dalam 
mengantisipasi Perangkap Likuiditas tersebut ?. Perthankan likuiditas jangka 
pendek Anda misalnya cukup untuk kebutuhan enam bulan sampai setahun mendatang; 
selebihnya investasikan ke barang-barang yang memiliki nilai riil dan sedapat 
mungkin berputar (agar tidak menimbun). 

Dinar dan Program Qirad dari Gerai Dinar adalah salah satu saja dari berbagai 
alternatif yang ada di lapangan. Asal Anda investasi di sector riil dan bukan 
pada produk-produk keuangan atau pasar modal, insyaallah baik. Wallhu A’lam. 


      

Kirim email ke