Sandiwara Mimpi

Ada yang mempertanyakan apa sih bedanya memikirkan hari esok dan kemaren, bagi 
seorang rekan yang memang tampak selalu flamboyan dalam berkata-kata 
menjelaskan bahwa " kemaren adalah pengalaman sedangkan esok adalah rencana "  
namun semuanya bagi saya layaknya mimpi, seperti  mimpi saya berikut ini 

Jika pada biasanya pentas sandiwara di lakukan di sekolahan, maka adalah sebuah 
terobosan baru kalo tidak mau disebut keanehan ketika pentas seni itu di 
selenggarakan di pengajian. Tidak mengerti apa maksud dari bapak ustadz dan ibu 
ustadzah mengadakan acara tersebut yang memang bertepatan dengan maulid nabi 
Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassallam. Dengan bertemakan " Antara Bid'ah dan 
Sunnah", skenario dan dialog disusun dengan sangat cerdas, menggelitik tapi 
bisa menjengkelkan bagi sebagian orang tapi bagi orang seusia kami waktu itu 
semua tampak menyenangkan. Tidak banyak yang bisa diingat dari peristiwa lampau 
tersebut kecuali beberapa dialog yang kemudian hari banyak menjadi masukan 
dalam membuat sebuah penilaian.

Peran Mustafa yang ahli Bid'ah di berikan kepada Hamim dan peran Zaid yang ahli 
Sunnah di berikan kepada Junaidi.  Keduanya berlagak bak punggawa timur tengah. 
Zaid berkata " hai Mustafa janganlah kau malakukan sesuatu yang tidak pernah di 
contohkan oleh Rasulullah, bukankah ancamannya adalah neraka ?" dengan gaya 
super sufi mustafa menjawab " ya  Zaid tahu dari mana kau sesuatu itu dilakukan 
atau tidak dilakukan oleh Rasulullah selain dari riwayat dan sahnya tidaknya 
riwayat tersebut juga di hukumi oleh manusia bukan Rasulullah sendiri"  Junaidi 
yang memerankan Zaid sempat lupa dialog nya namun jubah besar yang biasa 
dipakai oleh orang arab telah menyelamatkannya karena lembaran naskah di 
simpannya di balik jubah.

" Jika seperti itu nanti semua orang bisa melakukan apapun dengan mengatakan 
ini dari Rasulullah, bukankah kita mempunyai banyak ahli hadist yang telah 
menyeleksi beribu bahkan jutaan hadist seperti imam Bukhari dan Imam Muslim" 
terang zaid dengan hati-hati seperti didikte " tapi saudaraku yang aku lakukan 
inipun ada hadistnya cuma oleh sebagian orang dinilai tidak layak hanya karena 
asumsi-asumsi baik itu yang meriwayatkan pendusta, tukang mengada-ada tidak 
dikenal dan sebagianya padahal mereka meriwayatkan juga hadist dilarang 
berburuk sangka, lalu bagaimana mungkin mereka memilah hadist dengan berburuk 
sangka ?" . Hamim memang pandai memerankannya gayanya seperti pemikir sejati. " 
ini masalah hukum saudaraku ada pengecualian jika tidak bagaimana mungkin kita 
bisa memenjarakan maling tanpa prasangka yang didukung fakta tentunya" sahut 
Zaid mulai percaya diri ( maksudnya si Junaidi).

" okelah kita terima asumsimu lalu siapa yang berani memastikan bahwa seorang 
yang dinilai suka berbohong  juga berbohong dalam meriwayatkan hadist lalu 
siapa juga yang berani memastikan bahwa yang dinilai tsiqah tersebut tidak 
pernah berbohong seumur hidupnya ?" tampik Mustafa, semakin berlika-liku " 
Bukan begitu saudaraku ini hanya untuk kehati-hatian karena kita tidak mungkin 
menilai sesuatu yang tidak tampak dan menutupi yang jelas terlihat" terang Zaid 
dan junaidi mulai menemukan ruh peran tersebut. " Jika seperti itu, demi yang 
memiliki langit dan bumi beranikah kau saudaraku memastikan bahwa riwayat yang 
dinilai sahih sebagai kebenaran mutlak dan yang tidak sahih atau da'if sebagai 
kesalahan mutlak" tantang Mustafa " tentu tidak karena sebagai manusia kita 
dianugrahi akal untuk mencari kebenaran dan untuk itulah para ahli hadist 
sampai sekarang terus menggali berbagai informasi sehingga kualitas hadist 
semakin terjaga " sahut zaid

Mustafa tertawa terbahak-bahak, mungkin saking menjiwai Hamim jadi sedikit 
batuk " ha ha ha kau tidak berani memastikan sesuatu yang mutlak tetapi kau 
berani menghardik dan menganggapku sesat bahkan menghukumiku di neraka dan 
mengabaikan Allah Subhanahu Wa Ta'ala  yang mempunyai otoritas tertinggi"

Lamunan buyar , sahutan adzan terdengar memanggil manusia menuju sesuatu yang 
maha mutlak yang berlepas diri dari segala sangka dan asumsi hambaNya dalam 
memerankan scenario akbar yang telah di tetapkanNya sampai akhir waktu.

Salam 


David 




Reply via email to