Sang Imam Masjid Asli Muallaf

By Republika Newsroom
Selasa, 10 Februari 2009 pukul 15:26:00

IOL PHOTO
VICENTE MOTA ALFARO: Adalah kehendak Tuhan sehingga Islam menjadi pilihan
dan hidup saya.

VALENCIA — Tiga belas tahun lalu Vicente Mota Alfaro adalah penganut
Katholik taat yang rutin berkunjung ke sekolah Minggu dan membaca Injil
setiap hari

Kini ia bukan hanya seorang Muslim melainkan imam sebuah masjid Pusat
Kebudaayaan Islam di Valencia (CCIV)

Dengan demikian ia menjadi orang pertama dalam posisi tersebut di masjid
yang memiliki latar belakang berpindah agama.

Ia kini bahkan menjadi anggota Dewan Direktur CCIV sejak 2005

Para pemimpin komunitas Muslim di Valencia mengatakan Alfaro ditunjuk
memegang posisi tersebut karena kemampuannya yang istimewa.

"Ia dipilih karena pengetahuan keagamaannya yang luas," ujar El-Taher Edda,
sekretaris jenderal Liga Islam untuk Dialog dan Koekistensi.

Ia meyakini penunjukkan Alfaro menyampaikan pesan jelas bagi keterbukaan dan


Muallaf di Spanyol telah meningkat akhir-akhir ini, dengan laporan media
lokal menunjukkan jika tambahan pemeluk Islam datang dari aliran kaum
intelektual, akademisi, aktivis anti globalisme

Spanyol diperkirakan memiliki warga minoritas Muslim sebesar 1,5 juta orang
dari populasi total 40 juta penduduk. Hal itu menjadikan Islam sebagai agama
terbesar kedua setelah Kristiani, dan Islam juga telah diakui sebagai salah
satu agama negara melalui undang-undang kebebasan beragama yang dikeluarkan
tahun 1967.

Perjalanan.

Saat orang-orang bertanya kepada Alfaro apa yang membuat hatinya berubah dan
berjalan dari Kristiani taat menuju Islam, ia akan memberi jawaban
sederhana, "Itu adalah kehendak Tuhan sehingga Islam menjadi pilihan dan
hidup saya,".

"Saya membaca kitab suci Al Qur'an. Saya menemukan kisah asli dan kebenaran
Yesus Kristus, dan lalu saya memeluk Islam," tuturnya.

Mengingat awal perjalanan spiritualnya, Alfaro mengatakan ia dulu adalah
Kristen yang taat di usia muda.  "Ketika teman-teman saya tidak memiliki
ketertarikan mendalami agama, Saya sudah terbiasa pergi ke gereja tiap hari
Minggu dan rutin membaca Al Kitab," kenang Alfaro.

"Saat itu saya belum mengenal Islam sama sekali," imbuhnya.

Adalah percapannya dengan tetangga Muslim dari Aljazair yang kemudian
mengenalkan Alfaro dengan Islam.

"Kami berbincang sekali, dan ia mengatakan jika seluruh manusia adalah
keturunan Adam dan Hawa, dan kita semua adalah anak-anak Nabi Ibrahim,"
tutur Alfaro.

Obrolan itu pun memotivasi penganut Katholik muda untuk menggali informasi
lebih dalam.

"Hal selanjutnya yang saya lakukan adalah pergi ke perpustakaan dan meminjam
versi terjemaah kitab suci Al Qur'an" ungkapnya. Ia membawa buku tersebut
pulan dan mulai membaca kitab suci agama Islam itu dengan seksama.

Titik persimpangan yang membawanya berubah ialah ketika ia sampai pada
cerita Al Qur'an mengenai Yesus Kristus dan kejadian penyaliban.

"Saya dulu membaca dalam Gospel jika Yesus adalah anak Tuhan dan Tuhan
mengirim putranya ke bumi untuk dibunuh dan disiksa demi membawa kebebasan
bagi manusia. Saya selalu memiliki masalah, sulit untuk percaya cerita itu"
ungkapnya panjang lebar.

"Dan saya temukan yang saya cari ketika membaca Al Qur'an. Saya mempelajari
jika Yesus bukan dibunuh atau disalib," imbuh Alfaro.

Dan yang membuat ia semakin yakin, Muslim pun mempercayai keberadaan Yesus,
sebagai salah satu utusan dan Nabi besar Tuhan dan meyakini keberadaan
sucinya.

Cerita Yesus di Kitab Al Qur'an menyentuh hati Alfaro, yang kemudian
mengubah namanya menjadi Mansour.

"Saya langsung menyadari jika Al Qur'an adalah kitab Tuhan sebenarnya. Dan
saya memutuskan saat itu juga saya ingin menjadi muslim," ungkap
Alfaro./iol/it

Reply via email to