Persahabatan

Persahabatan seperti kepompong kata sebuah lagu yang bisa merubah ulat menjadi 
kupu-kupu, atau merubah orang bejat menjadi taat. Persahabatan seperti lebah 
yang bisa memberi madu dan menyengat jika ada yang mengganggu. Persahabatan 
adalah tempat bermuarannya sebuah toleransi dan bukan konspirasi, kata seorang 
teman.

Ada sebuah kata mutiara cukup bermakna dari Rasulullah shallallahu alaihi 
wassallam dalam memilih seorang sahabat.
" Kawan pendamping yang sholeh ibarat penjual minyak wangi. Bila dia tidak 
memberimu minyak wangi, kamu akan mencium keharumannya. Sedangkan kawan 
pendamping yang buruk ibarat tukang pandai besi. Bila kamu tidak terjilat 
apinya, kamu akan terkena asapnya." (HR. Bukhari)

Kalau dibilang sholeh, maka temanku ini tidak termasuk diantaranya karena dia 
terlahir sebagai penganut katolik fanatik. Terlahir dari kedua orang tua yang 
berasal dari suku Batak, Jonathan Marpaung atau lebih akrab di panggil dengan 
sebutan Paung sangat santun dalam bergaul, darah bataknya tidak menyebabkannya 
bersifat kasar seperti anggapan umum terhadap suku ini. Jika ada diantara 
teman-temannya yang terkena musibah maka dialah orang pertama yang memberikan 
bantuan. Sifat toleransinya begitu tinggi pada temannya yang hampir semuanya 
muslim, termasuk saya. Tidak jarang dia selalu mengingatkan kami ketika masuk 
waktu sholat " eh itu sudah masuk waktu sholat ...sana sholat dulu biar tas dan 
sepatu kalian aku yang jaga " katanya kepada kami sewaktu jalan-jalan keluar 
kota.


Berbeda dengan Paung, Yulianto yang terlahir dari suku Jawa dan besar diantara 
penganut Islam fanatik jauh dari ajaran Islam. Minuman keras dan judi sesuatu 
yang biasa dilakukannya, ketika dinasehati dia selalu mengelak " Hidayah itu 
ada ditangan Allah, kalo Dia sudah menyesatkan maka tidak ada  yang bisa 
memberi petunjuk tapi kalau Allah sudah memberi petunjuk maka sebejat apapun 
orangnya  pasti akan jadi baik ....tenang aja pak" katanya sambil terus minum. 
Pernah suatu hari dia hendak mentraktir teman-temannya dengan hasil judi , tapi 
kami tolak , kemudian dia berkata  " Tenang aja semua, yang haramkan 
perbuatannya bukan uangnya, kalo soal haram mah semua uang negara juga uang 
haram, meminjam dari negara kafir dengan sistem ribawi , lalu kemudian 
membangun jalan , instalasi listrik dan lain-lainya , berarti  kita semua  
masuk neraka dong....."  dan banyak lagi ocehannya yang membuat kesal yang 
lain. Mungkin orang masih bisa menerimanya karena sifatnya yang ceria dan 
pandai melawak karena memiliki selera humor yang tinggi.

Walaupun beberapa kali main kerumah Paung, tetapi jika ingin mengajak makan dia 
selalu membawa kami keluar, dia pondai sekali menjaga perasaan kami yang pasti 
akan meragukan kehalalan makanan di rumahnya walaupun dia sendiri mengaku tidak 
pernah mengkonsumsi daging babi. Paung dan Yulianto adalah sosok yang berbeda 
dalam memahami ajaran agamanya. Idealnya tentu berteman dengan sesama muslim 
yang taat, tetapi bersahabat dengan non muslim yang membawa kita kepada 
ketaatan  mengapa tidak,  walaupun pada saat ini mencari orang yang seperti itu 
merupakan sebuah kelangkaan. Dan ini terbukti beberapa tahun kemudian tepatnya 
di penghujung tahun 2005, Jonathan Marpaung meninggal dunia karena sakit yang 
tidak di acuhkannya sewaktu sibuk dalam menggalang dana membantu korban bencana 
tsunami di Aceh.


Dari : www.sebuahtitik.blogspot.com

Kirim email ke