sama2 mohon maaf juga. lha wong ngga ada ganyang timtim...ikutan piye..

From: Ananto 
Sent: Monday, September 28, 2009 12:24 PM
To: keluarga-islam@yahoogroups.com 
Subject: Re: [keluarga-islam] Menunggu Komando Ganyang Malaysia


  
mas exap,

sampeyan mau ikutan ganyang timtim?
mohon maaf lahir dan batin...

salam,
ananto

 
On 9/15/09, Exap <jone...@live.com> wrote: 
    

  kok ngga ada ya, NU ganyang Timtim waktu lepas.....

   
  From: Ananto 
  Sent: Thursday, September 03, 2009 9:33 AM
  Subject: [keluarga-islam] Menunggu Komando Ganyang Malaysia

   
    

  Menunggu Komando Ganyang Malaysia



  Sejak awal NU selalu gigih membela keutuhan bangsa dan negara ini, sejak dari 
rongrongan bangsa sendiri seperti pemberontakan PKI Madiun, pemberontakan 
DI-TII dan Pemberontakan PRRI Permesta. Demikian juga sangat gigih berjuang 
untuk merebut Irian Barat, selanjutnya sangat militan turut aktif dalam 
kesatuan Komando Mengganyang Malaysia, tahun 1960-an, ketika negeri kecil itu 
menjadi sarang imperialis untuk merongrong negeri ini dengan melakukan berbagai 
sabotase politik dan ekonomi, sejak masa PRRI hingga jauh sesudahnya.



  Ribuan kader bangsa ini, terutama dari kalangan nasionalis, kerakyatan dan 
kalangan Islam (NU) yang sudah dilatih untuk melakuan konfrontasi dengan negeri 
itu, tetapi akhirnya gagal dilaksanakan, karena gerakan Bung Karno untuk 
Mengganyang Malaysia itu disabot oleh bangsa sendiri yakni kalangan Angkatan 
Darat dan beberapa kelompok kanan.



  Akibatnya kalau Bung Karno Konfrontasi dengan Imperialis di Malaysia, maka 
rezim Indonesia berikutnya berkolaborasi dengan Imperialis. Mulai saat itu 
kedaulatan Republik Indonesia punah atas nama pembangunan yang dilandasi pada 
utang luar negeri, penanaman modal asing, serta penerapan life style asing, 
sehingga maraklah budaya asing yang kapitalistik dan imperialistic itu dalam 
kehidupan kita sehari-hari.



  Ketika kita sudah terjerumus ke dalam jurang hutang yang tak mungkin ditutup 
lagi, lalau kita menggadaikan seluruh harta kekayaan negara, seluruh martabat 
bangsa untuk ditukar dengan materi. Selanjutkan seluruh cara berpikir kita, 
selera kita, sikap kita, kebijakan kita, ditentukan oleh kaum kolonial yang 
bercokol di semua Departemen, dan semua instansi, yang duduk sebagai konsultan 
asing yang masuk bersama modal yang mereka pinjamkan. Dengan cara itu bangsa 
ini sudah tidak berdaulat lagi, tidak lagi punya kehendak, tak punya kemampuan 
memilih, semuanya harus didekte oleh negara donor.



  Kebijakan negara dengan demikian tidak untuk melayani kepentingan rakyat, 
tetapi untuk melayani kepentingan mereka, akhirnya pembangunan sarana umum 
dilarang, pembangunan berorientasi pemerataan dilarang, orientasi pertumbuhan 
digiatkan, akhirnya hanya sekelompok orang yang kaya, sementara mayoritas 
miskin, lantas negeri ini terjerumus dalam korupsi yan tak terbendung yang 
mengakibatkan krisis dan ambruk. Seluruh asset negara dikorup baik oleh aparat 
negara sendiri, oleh swasta dan dijarah oleh kapitalis asing.



  Persahaabatan dengan kapitaslis-imperialis sejak setelah Konfrontasi itu 
membuat negara kita semakin hancur, sehingga tidak disegani orang lain, malah 
dilecehkan, karena miskin, tidak kreatif dan hanya menghiba-iba bangsa lain 
untuk dikasihani. Melihat kondisi semacam itu Malaysia sebuah negera gurem baik 
dari segi mental, dari segi budaya, berani menghina kita dengan mengusir bangsa 
kita di sana yang telah diperas tenaganya, serta melakukan pencurian kayu dan 
hasil tambang di daerah perbatasasan, seterusnya mereka semakin kurang ajar 
berani mengambil beberapa wilayah Indonesia yang ada di perbatasan.



  Berbeda dengan tahun 1960 lalu dengan heroik semua kita melawan imperialisme 
Malaysia, sementara saat ini kebanyak orang menghindar, sebab semangat bela 
negara telah dilumpuhkan oleh materi yang dijejalkan kaum imperialis. Karena 
itu NU mengeluarkan statemen tegas bahwa Kedaulatan Indonesia harus ditegakkan, 
dengan mengedepankan diplomasi, tetapi kalau hal itu tidak bisa artinya 
Malaysia masih membandel, maka tidak ada cara lain kecuali perang. Banyak kader 
NU yang dulu pernah dilatih dalam Komando Ganyang Malaysia (Kogam) yang siap 
melatih kader NU saat itu menajadi sukarelawan.



  Terhadap kedaulatan bangsa NU memang tidak ada tawar menawar soal PKI, DI, 
PRRI, Irian Barat, dan Malaysia, siapa yang berani menggangu kedaulatan RI baik 
bangsa sendiri apalagi bangsa asing akan diganyang oleh NU. Sebab NU lah yang 
paling banyak berkorban dalam membangun Republik ini, ketika melawan Portugis, 
melawan Belanda, melawan Ingrris, melawan Sekutu dan Jepang.Inilah arti dari 
visi dan komitmen NU sebagai Islam Kebangsaan. Karena itu untuk Mengganyang 
Malaysia, dan dengan strategi apa pengganyangan itu dilaksanakan, saat ini 
warga NU sedang menunggu Komando, dari pimpinan tertinggi NU setelah melihat 
hasil diplomasi, yang bakal dilaksanakan.[]

  Dari berbagai Sumber








Kirim email ke