Tanda-tanda Allah SWT Menyapa

Oleh Nur Faizin M Lc MA


"Lalu, ke manapun kamu menghadap, maka di situlah 'wajah' Allah." (QS 
Al-Baqarah: 115). Allah ada di manapun manusia berada, namun manusia sering 
kali lupa dan tidak mampu merasakan kehadirannya serta tidak bisa melihat 
tanda-tanda kekuasaannya yang terdapat di seluruh alam semesta.

Allah SWT menyapa manusia melalui media ayat-ayat alam semesta ( kauniyyah) dan 
ayat-ayat Alquran (qauliyyah ). Agar manusia menyadari sapaan Allah, manusia 
yang melihat ayat-ayat tersebut harus memahami fungsi alam semesta sekaligus 
mampu mengelaborasikannya dengan Alquran.

Begitu juga ketika membaca Alquran, seharusnya kita mampu memahaminya sesuai 
dengan fungsi-fungsi dan tujuan Allah menciptakan alam semesta. Yaitu, untuk 
kemaslahatan dan memberi manfaat kepada seluruh anak manusia.

Secara tegas, Allah sangat sering menyapa manusia dengan sapaan yang penuh 
makna; "Ya ayyuhal ladzina Aamanu" (wahai orang-orang yang beriman), "Ya 
Ayyuhan Naasu" (wahai manusia),  Ya 'ibaadi (hai hamba-hambaku), dan lain 
sebagainya.

Seruan-seruan Allah yang banyak kita temukan di permulaan ayat-ayat Alquran 
itu, seharusnya mampu menggugah pribadi seorang mukmin untuk meningkatkan 
keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Bukankah kita percaya bahwa ayat-ayat 
Alquran adalah firman Allah, namun mengapa keyakinan itu hanya sebatas pada 
tataran pikiran dan kemantapan hati belaka? Kepercayaan atau keimanan dalam 
pandangan Islam adalah ibarat mesin yang menggerakkan jasad untuk melakukan 
perbuatan baik dan amal saleh sebagai bentuk implementasi.

Imam Al-Ghazali dalam Kitab  Ihya `Ulumud Din menyebutkan tiga tingkatan 
manusia yang membaca ayat-ayat Alquran:  Pertama, merasa sedang membacanya di 
hadapan Allah sehingga khusyuk dan berusaha untuk membacanya dengan benar. 
Kedua, merasa bahwa Allah sedang berkata dan menyapa kepadanya sehingga dia 
akan berusaha untuk memahami ayat-ayat Alquran, lalu melaksanakannya.  Ketiga, 
merasa bahwa Allah sedang hadir dan berdialog bersamanya sehingga ketika ada 
ayat perintah ia merasa Allah langsung memerintahkan padanya. Dan ketika ada 
larangan, dia sadar bahwa Allah sedang hadir melarangnya.

Al-Ghazali tidak menyebutkan tingkatan keempat yang lebih baik dalam membaca 
ayat-ayat Alquran, yaitu membaca ayat-ayat Alquran dengan mengombinasikan dan 
mengelaborasikan kandungannya ke dalam pembacaan terhadap ayat-ayat alam 
semesta raya ( kauniyyah ).

Dengan demikian, ayat-ayat Alquran dapat menyatu dan menghiasi semua perilaku 
manusia pada saat ia diberikan kesempatan mengelola dan memanfaatkan kekayaan 
alam semesta ini. Hanya dengan cara seperti itulah, ayat-ayat Alquran dapat 
memberikan perannya bagi ekosistem dan iklim alam. Wallahu a`lam.

Kirim email ke