Aqidah Dalam Ahlaq

Ilmu seperti gerbang pintu menuju sebuah alam misteri. Munculnya temuan-temuan 
yang bermanfaat bagi kehidupan merupakan pijakan dari ilmu, namun dibalik itu 
ada juga ilmu yang bersifat pengetahuan yang penyingkapannya memerlukan bukti 
atau ilmu tambahan dalam menegaskan keyakinan. Perang opini sering terjadi pada 
ilmu terakhir ini dengan membawa 'perasaan' sebagai embel-embelnya. 

Masih terus terngiang di telinga Bintang suara keributan di masjid tempat dia 
mengaji, berbagai argumen bertebaran dalam memperkokoh ego masing-masing yang 
selalu bersembunyi di balik kebenaran. Semua tampak sholeh dan baik, dengan 
busana-busana ala nabi atau wali yang mereka coba citrakan pada diri mereka. 
Cinta sirna tanpa bekas, menguap dalam panasnya hati, mendidihkan aliran darah 
yang membuat banyak orang terkena penyakit. Penyakit itupun sering di 
celotehkan sebagai ujian padahal bakterinya di produksi sendiri secara sukarela 
oleh hawa nafsu.  

Gelombang air laut terus mengayun perahu tempat ayah dan anak itu mencari 
karunia ilahi. Angin berhembus semilir seperti berbaur dalam menjalankan 
amanah. Anak itu berdiri dekat tiang sampan sambil memandang jauh kedepan, laut 
seperti tidak bertepi. " Ayah, apakah Allah suka berpihak kepada sesuatu ?" 
tanya anak itu kepada ayahnya yang masih sibuk mengatur jala ikan dan membuang 
beberapa terumbu karang yang menempel pada jaring tersebut. 

" Bintang.....bintang tidak percuma kau kuberi nama Bintang dengan harapan 
kelak kau berperilaku dan berfikir setinggi bintang dilangit. Tidak anaku, 
Allah tidak pernah berpihak pada siapapun karena Allah berdiri sendiri, dan itu 
adalah sifat yang melekat pada diriNya" jawab ayahnya tanpa menoleh sedikitpun 
dan tetap sibuk dengan jaring ikannya. Si anak menoleh kepada ayahnya " Loh 
bukannya Allah memihak kepada yang benar yah?" 

" Kelihatannya memang seperti itu tetapi sebenarnya tidak anakku. Allah maha 
berkehendak. Jika Allah berkehendak menciptakan semuanya baik maka siapa yang 
bisa membuatnya menjadi buruk atau jika Allah berkehendak membuat segalanya 
menjadi buruk lalu siapa yang mampu membuatnya menjadi baik ? tidak ada 
kerugian atau keuntungan yang di peroleh Allah atas pilihan manusia. Allah 
membuat aturan untuk kepentingan manusia itu sendiri, dan Allah memberikan 
konsekwensi atas setiap pilihan manusia. Jika berbuat baik dapat pahala dan 
berbuat buruk dapat dosa , jika tidak ada konsekwensi tentu tidak perlu ada 
aturan dan jelas itu tidak mungkin karena salah satu sifat Allah adalah sang 
maha Pengatur segalanya." jawabnya ayah anak itu sambil tersenyum karena 
pertanyaan tersebut sangat berkaitan dengan masalah ketuhanan, masalah tauhid, 
masalah yang paling penting dalam agama.

Bintang terdiam mendengar jawaban ayahnya, dia tidak mau melanjutkan lebih 
jauh, hari telah senja dia hendak bergegas pulang berkebalikan dengan nelayan 
pada umumnya yang kebanyakan mencari ikan di waktu malam, Bintang bersama 
ayahnya mencari ikan mulai pagi hari karena hari itu adalah hari libur,  jika 
hari biasa, ayahnya berangkat sendiri pada malam hari dan terkadang di temani 
oleh paman atau adik ayahnya.

------------------

"Mengapa jika batu di lempar keatas maka batu tersebut akan kembali ke bawah ?" 
tanya Bu Ratmi guru IPA kepada anak-anak dikelas lima sekolah dasar Merpati 01, 
tempat dimana Bintang menuntut ilmu. " Karena adanya daya gravitasi bumi bu " 
jawab Anita dari bangku paling depan. Anak yang memakai kaca mata itu memang 
terlihat suka membaca, tetapi jawaban itu tentu terlalu mudah bagi seorang kutu 
buku. " Karena Allah yang menghendaki seperti itu bu " jawab Bintang dari 
samping kiri kelas. Tentu saja jawaban ini sangat bias dan universal apalagi 
dikaitkan dengan mata pelajaran IPA, tetapi Ibu guru juga tidak bisa 
menyalahkan. 
" Yang benar jawaban Anita bukan kamu Tang ! " kata Rusdi, anak yang selalu 
ingin terlihat pintar dengan rambut kelimis disisir kebelakang.
" Loh kok gitu, teori itu kan yang buat manusia yang bernama Isaac Newton, 
hanya karena apel jatuh di kepalanya, mengapa disebut daya tarik bumi ? mengapa 
tidak disebut daya tolak langit bukankah hasilnya sama-sama kebawah ? lalu 
apakah setiap teori itu tidak ada hubungannya dengan ketetapan dari Allah ?" 
jawab Bintang dengan lantang yang membuat suasana hening. Tentu saja hal ini 
menyiratkan bahwa Bintang bukannya tidak tahu tentang teori itu tetapi dia 
hanya ingin menegaskan sesuatu di balik teori, bahwa ada yang Maha berkehendak. 
Lagi-lagi pelajaran tauhid telah mewarnai setiap mata pelajaran yang di terima 
oleh anak itu yang membuat gurunya merinding mendengarnya.
" Benar Bintang ! semua memang telah ditetapkan oleh yang maha kuasa, dan untuk 
memudahkan setiap ketetapanNYa maka harus di beri nama untuk memudahkan dalam 
mempelajari dan kebetulan yang di bukakan fikirannya untuk memahami masalah ini 
pertama kali adalah Newton jadi penamaan itu hanyalah proses menghagai hasil 
usahanya menerima ilmu Allah" jawab Ibu Ratmi sebijak mungkin, dan hal ini 
mengena dihati Bintang.

Penanaman nilai-nilai aqidah dan ahlak telah sejak dini di rasakan oleh Bintang 
di keluarganya, baginya ayat-ayat kauniyah yang ada pada alam semesta sama 
pentingnya dengan ayat-ayat qauliyah yang telah dibakukan dan di tafsirkan 
bermacam-macam oleh banyak orang. " Tujuan utama Rasulullah itu di utus selain 
untuk mengesakan Allah juga untuk merubah ahlak anakku" kata ayahnya dalam 
beberapa kali kesempatan karena yang belakangan ini berkembang adalah banyak 
orang yang melupakan tujuan utama dan mengedepankan aksesorisnya. Yang terlihat 
adalah topeng-topeng berjalan, bumi pun resah dan gejolak bencana terjadi 
dimana-mana.

------------------------------

Setelah melewati ujian untuk kenaikan kelas , sekolah Bintang mengadakan acara 
dharma wisata ke candi Borobudur. Tabungan siswa selama belajar setahun di 
pergunakan sebagai biaya keberangkatan dan akomodasi. Sebagai siswa kelas lima 
dan akan segera memasuki kelas enam, anak-anak telah mempelajari berbagai 
kebudayaan yang ada di Indonesia, termasuk situs-situs bersejarah bahkan salah 
satunya tercatat sebagai keajaiban dunia seperti Borobudur tersebut. 

Hari itu matahari begitu menyengat kulit. Berdiri diantara patung-patung candi 
yang tinggi membuat beberapa siswa merasa kepanasan dan berlari kearah 
pepohonan di luar area candi. Pedagang nampak hilir mudik menjajakan 
dagangangannya. Seorang bapak penjual barang pajangan menghampiri Bintang yang 
duduk santai di bawah pohon bersama beberapa temannya. " Beli oleh-oleh dek, 
buat di rumah ?" tanya bapak itu. Bintang hanya menggelengkan kepala karena 
memang dia tidak punya uang untuk membeli apapun. Jika bukan karena tabungan 
siswa, belum tentu Bintang bisa ikut serta. Tiba-tiba Bintang teringat dengan 
ayahnya. Dia ingin membelikan sesuatu dan matanya tertuju pada penjual batik 
warna warni dengan bahan kain tipis, mungkin disesuaikan dengan harganya yang 
murah. Tetapi bagi Bintang harga itu tetap mahal karena dia tidak mengantongi 
uang sedikitpun. 

" Pak boleh tau bapak mengambil barang ini dari mana, maksud saya agennya ?" 
tanya bintang kepada bapak yang menawarkan barang pajangan itu.
" Memangnya jamu mau beli banyak, ya udah beli sama saya saja, nanti saya bisa 
sediakan berapapun yang adek mau" sahut bapak itu penuh selidik. Bintang hanya 
menunduk, kemudian menatap kesegala arah , seperti mencari sesuatu.
" Ngga pak justru saya mau jualan seperti bapak, saya ngga punya uang pak, tapi 
saya mau beli oleh-oleh buat ayah dirumah nah mungkin waktu yang sedikit ini 
saya gunakan untuk jualan, siapa tau ada rezeki" balas Bintang. Bapak itu diam 
sejenak, dia melihat mimik keseriusan pada wajah Bintang, ada rasa kasihan 
muncul sehingga bapak tersebut mencoba membantu Bintang. 
" Kalo Agennya jauh dek, kamu gak bakal punya waktu banyak, begini saja , kamu 
jual punya saya ini dan keuntungannya kita bagi dua, saya masih punya banyak 
stok yang belum laku di kardus sana " kata bapak itu sambil menunjuk ke sebuah 
tumpukan karton didekat warung-warung pinggiran.

Selang beberapa waktu kemudian Bintang telah berdagang ke pada teman-temannya 
sendiri benda-benda pajangan seperti ukiran candi mini dari kayu atau 
pernak-pernik lainnya. Temannya bingung, tapi mereka paham dengan karakter 
bintang yang selalu bisa memanfaatkan situasi dengan berusaha atau berkarya. 
Dukungan sebagai bentuk solidaritas membuat dagangan Bintang cepat habis hanya 
dalam beberapa jam oleh teman atau guru-gurunya sendiri disamping sekolah lain 
yang kebetulan mengadakan acara yang sama pada hari itu. Telah terkumpul 
keuntungan sebesar dua puluh lima ribu rupiah setelah di bagi dua dengan bapak 
pemilik dagangan. Uang tersebut cukup untuk membeli sebuah baju batik untuk 
ayahnya. 

Setengah jam menjelang pulang,  tiba-tiba hari menjadi gelap, hujan mulai turun 
dengan deras. Bintang mencoba mencari penjual baju batik yang agak murah dengan 
kualitas yang bagus. Matanya menatap sebuah baju batik dengan corak warna biru 
muda cocok dengan kulit ayahnya yang gelap karena terbakar sinar matahari. " 
Mas beli kue mas, masih hangat" seru seorang anak kecil, kira-kira empat tahun 
dibawahnya atau sekitar kelas satu SD. 
" sssst jangan beli, dia itu beragama hindu" bisik temannya dari samping. " 
Memangnya kenapa ?" tanya Bintang heran. " Ya berarti makannannya tidak 
terjamin, lagi pula kalo mau beli dan aman, beli yang beragama islam saja " 
jawab temannya masih sambil berbisik. Entah mengerti atau tidak, anak pedagang 
kue itu pergi berbalik arah dengan payungnya. Tiba-tiba kaki kecilnya 
tersenggol batu koral yang menancap ketanah, sehingga dia terjatuh dan kakinya 
luka. Kuenya basahnya, benar-benar basah terkena air hujan dan sebagian lagi 
berserakan diatas tanah yang berair. Bintang dan temannya segera menolong, 
beberapa orang yang melihat juga ikut membantu mengangkat barang dagangnnya 
yang masih bisa di selamatkan. 

"Bintang!...Andy!...cepat Bis mau berangkat" teriak temannya dari kejauhan. 
Andy segera berlari diantara air hujan menuju parkiran bis. Bintang menatap 
anak itu dengan iba, hajatnya untuk membeli batik belum terpenuhi, akhirnya 
uang itu di masukan kekantong baju anak itu dengan tiba-tiba sambil berbisik" 
nih ada sedikit bekal unutk membeli obat dan mengganti daganganmu yang rusak "  
. Belum sempat anak itu membalas, Bintang sudah berlari kencang kearah bis.

Didalam Bis guru bercerita tentang kemegahan ibu pertiwi dimasa lalu " 
Anak-anak apa yang kalian lihat tadi adalah prasasti tentang sebuah kejayaan 
kerajaan dimasa lalu, kalian juga bisa membuat prasasti kalian masing-masing di 
muka bumi dengan apaaaaa?" tanya guru tersebut kepada muridnya. "Dengan berbuat 
baik buuuuuu!!!!" jawab anak-anak secara serentak kecuali Bintang yang hanya 
diam sambil memandang keluar jendela, masih terbayang baju batik untuk ayahnya 
yang berwarna biru itu. 
-------------------------------

Setiba dirumah ayah dan ibunya menyambut dengan gembira dan menanyakan 
pengalaman Bintang dalam berwisata ke candi Borobudur. Bintang menceritakan 
semuanya kecuali niatnya untuk membeli batik, takut ayahnya kecewa. " Oh ya 
Bintang tadi ada teman lama ayah yang memberikan baju batik kepada ayah, kami 
sudah lama tidak jumpa , eh dia bawa oleh-oleh rupanya" kata ayahnya sambil 
membuka sebuah bungkusan. Setelah dibuka , Bintang kaget karena baju batik itu 
sama persis dengan baju yang akan dia belikan untuk ayahnya. " Subhanallah !!! 
Aku tahu Engkau Maha Melihat Ya Allah"  teriaknya dalam hati. Keteguhannya akan 
keberadaan Allah semakin kokoh, lewat sikap dan perbuatan.

Salam 

David Sofyan

Kirim email ke