Cinta Itu Pengorbanan

By: Muhamad Agus Syafii

Semakin besar luka dan perih dihati maka semakin besar pula pengorbanan yang 
dibutuhkan. Cinta selalu membutuhkan pengorbanan untuk menerima, memaafkan dan 
mengembalikan pada posisi semula, menerima orang yang gagal seperti tidak 
pernah gagal sebelumnya. Cerita itu berawal dari seorang ibu yang menerima 
telpon dari seorang perempuan dengan mengatakan bahwa dirinya tidak lagi berhak 
atas suaminya. Setelah merebut suaminya bahkan menteror dan menghancurkan 
hatinya. Kehancuran hatinya justru bertekad untuk mempertahankan rumah tangga, 
suami dan anak-anaknya. Sebagai seorang ibu dan istri seolah mendapatkan 
kekuatan yang begitu besar untuk tetap menjaga dan merawat anak-anaknya. Meski 
hatinya pilu dan tercabik-cabik, ia tak ingin orang tuanya tahu apa yang sedang 
terjadi di dalam rumah tangganya. Ditengah kesibukan mencari nafkah dengan 
bekerja keras demi keberlangsungan hidup, ditengah kesendirian dan perjuangan 
membesar anak-anaknya tidak membuat dirinya
 menjauh dari Allah malah semakin mendekat diri kepada Allah memohon agar 
mendapatkan kekuatan, kesabaran dan pertolonganNya.

Keyakinan akan kekuatan doa itulah yang menyebabkan dirinya berkenan untuk 
hadir ke Rumah Amalia. Tekadnya untuk mempertahankan rumah tangga, suami dan 
anak-anaknya merupakan impian indah yang sangat menjadi harapan, dengan sedikit 
menyisihkan rizkinya untuk bershodaqoh berharap untuk mengharap keridhaan Allah 
agar menjaga keutuhan rumah tangganya. Perih luka dan pilu dihatinya tidak lagi 
bisa ditutupinya. Air matanya yang bening mengalir. Anak-anaknya berlarian tak 
mengerti kegalauan hatinya. Hatinya telah berserah sepenuhnya kepada Allah, 
apapun yang telah menjadi ketetapan Allah, dirinya menerima dengan penuh 
syukur. 'Apapun yang Allah telah tetapkan pada kami, ujian, cobaan adalah wujud 
kasih sayang Allah kepada kami.' tutur beliau. 'Saya bersyukur dengan ujian dan 
cobaan ini membuat saya dan anak-anak semakin mendekatkan diri kepada Allah.' 
lanjutnya.

Sampai pada suatu hari, ditengah kesibukannya menyelesaikan tugas kantornya 
tiba-tiba ada satu peristiwa yang tidak pernah diduganya sama sekali, dering 
hapenya berbunyi. Terdengar suara yang membuatnya terkejut tak percaya. 'Mah, 
maafin aku ya..aku khilaf, sudah menyakiti hatimu.' Langsung saja mematikan 
hapenya. Bagai tersambar petir disiang bolong, hati dan pikirannya kacau, suara 
itu adalah suara suaminya yang sudah setahun telah meninggalkan dirinya dan 
anak-anaknya. Beberapa menit kemudian hapenya berdering kembali, mengenali 
betul bahwa itu adalah nomor yang sama, sampai dering bunyi hapenya mati dengan 
sendirinya. Air matanya mengalir. Hatinya dikuatkan ketika hapenya berbunyi 
kembali, dengan bercampur baur semua perasaan ditumpahkan. 'Sebenarnya ayah mau 
apa? Setahun sudah ayah terlantarkan istri dan anak-anakmu? Minta maafmu tidak 
bisa menghilangkan rasa perih dihatiku dan derita anak-anakmu? Kamu kejam Mas, 
Kejam!' Suara itu terdengar penuh
 dengan isak dan tangis. Terdengar suara parau laki-laki menjawab. 'Mama, aku 
memang salah. aku bertaubat mah. Aku menyesal. Beri kesempatan untuk 
memperbaiki kesalahan menjadi ayah dan suami yang baik.' Dihatinya perih 
terluka, tidak ada sedikitpun tersimpan kebencian pada laki-laki yang telah 
menjadi suami dan ayah bagi anak-anak sekalipun telah disakiti hatinya. Lama 
terdiam, akhirnya dia menjawab, 'Mas, pulanglah..aku dan anak-anak 
merindukanmu.'

Malam itu juga suaminya pulang ke rumah. melihat ayahnya yang berpeluh air 
mata. Ketiga anak-anaknya segera mendekat dan tanpa disuruh mereka berpelukan 
dengan ayahnya, menangis sejadi-jadinya. Ayahnya meminta kepada anak-anak dan 
istrinya agar memaafkan dirinya. Dirinya berjanji akan lebih menyayangi 
keluarga dan tidak akan pergi meninggalkan rumah lagi. Pernyataan sang ayah 
begitu sangat tulus disambut dengan ledakan tangis ketiga anak-anaknya dan isak 
tangis istrinya. Malam pun berlalu dengan rentetan permintaan maaf dan peluk 
cium, yang saling mengasihi dan penuh kasih sayang. Begitu indahnya, mereka 
tentang keluarga bahagia karena cinta selalu membutuhkan pengorbanan.

'Ujian yang menimpa seseorang pada keluarga, harta, jiwa, anak dan tetangganya 
bisa dihilangkan dengan puasa, sholat, sedekah dan amar ma'ruf nahi mungkar.' 
(HR. Bukhari & Muslim).

Wassalam,
Muhamad Agus Syafii
--
Sahabatku..Yuk, tebarkan cinta & kepedulian pada sesama dg hadir pada kegiatan 
"Secercah Harapan Untuk Amalia (CERIA)", Ahad, 15 April 2012. Jam 8 s.d 12 pagi 
di Rumah Amalia. Bila  berkenan berpartisipasi dlm bentuk buku2, Majalah, 
Komik, Novel, Cerpen,Kaset VCD, CD, DVD ( ISLAMI ), IPTEK, buku Pelajaran, 
peralatan sekolah, paket sembako, konsumsi silahkan kirimkan ke Rumah Amalia, 
Jl. Subagyo IV blok ii, No. 24 Komplek Peruri, Ciledug, Tangerang 15151. 
Dukungan & partisipasi anda sangat berarti bagi kami. Info: 
agussya...@yahoo.com atau SMS 087 8777 12 431, 
http://www.twitter.com/agussyafii, http://agussyafii.blogspot.com/

Kirim email ke