Momentum Mengevaluasi Perilaku****

** **

[image: 034.jpg]****

** **

Judul                : Membuka Pintu Langit****

Penulis             : A. Mustofa Bisri****

Penerbit            : Penerbit Buku Kompas****

Cetakan                        : Pertama, Agustus 2011****

Tebal halaman   : viii + 216****

Peresensi          : Yayan Rubiyanto****


Moral dan etika masyarakat tampaknya menjadi hal penting yang perlu
mendapat perhatian. Berbagai kasus kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini
mengindikasikan bahwa negara kita terjangkit penyakit degradasi moral.
Banyak media mensoroti kasus-kasus kekerasan yang terus saja terjadi, sebut
saja kasus ‘Mesuji’, kasus ‘Bima’, kasus freepot, dan lain sebagainya. ****


Terlepas dari sudut pandang hukum, ternyata ‘masyarakat atas’ seakan dengan
seenaknya menerapkan kebijakan yang menimbulkan keresahan dikalangan
‘masyarakat bawah’ sehingga muncul protes dari pihak yang merasa dirugikan.
Namun bukan hati nurani yang dikedepankan sebaliknya kekuatan ditunjukan
disana, akibatnya bentrok tidak dapat dihindarkan. Masyarakat bawah mudah
sekali marah. Begitu pula masyarakat atas telah mengabaikan peran mereka
yang seharusnya mengayomi masyarkat yang dibawahnya.****


Bukan hanya hal-hal tersebut, di negeri yang berpenduduk mayoritas muslim
ini ternyata umat beragamanya masih dengan mudah mencela bahkan berbuat
anarkis terhadap orang atau kelompok agama lain yang berbeda. Tidak
berhenti sampai disitu, kekerasan antar kelompok dalam satu agama pun kerap
terjadi di negeri ini. Seperti kasus kekerasan terhadap penganut Ahmadiyah
yang terjadi berulang-ulang dan yang terkini yaitu kasus penyerangan
terhadap penganut Syiah di Sampang.****


Hanya karena beda interpretasi terhadap suatu pemahaman keagamaan, bukannya
pendekatan dialog cerdas yang digunakan namun lagi-lagi kekerasan yang
ditempuh. Kekerasan seakan-akan dianggap menjadi cara untuk menegakkan
kebenaran. Mereka menggunakan bahasa kasar, mencela orang lain, menggunkan
cara yang tidak sesuai dengan norma dan moral untuk menyampaikan suatu
kema’rufan, kebaikan, dan kebenaran -menurut pandangan mereka-. Mereka
tidak menyadari bahwa suatu kebaikan hendaknya disampaikan dengan baik,
bukan dengan cara-cara yang melanggar moral dan etika. Masih banyak sisi
lain dalam kehidupan masyarakat di bangsa ini yang mengabaikan moral dan
etika.****


Buku yang ditulis oleh Gus Mus -panggilan akrab A. Mustofa Bisri- ini
menyoroti berbagai hal terutama yang berkaitan dengan moralitas masyarakat.
Baik itu masyarakat yang duduk di kursi kekuasaan (pemerintah), wakil
rakyat, politikus, pengusaha, umat beragama bahkan rakyat biasa. Dengan
gaya bahasa yang lugas dan sederhana, dalam buku yang terdiri dari beberapa
sub judul ini penulis menuangkan keperihatinan akan perilaku segenap elemen
masyarakat yang mengindikasikan degradasi moral yang kerap dilupakan oleh
kebanyakan orang. Sekaligus memberikan pencerahan dan membeningkan hati
kita.****


Seperti yang diungkapkan di halaman 102: Begitu fanatiknya terhadap
kepentingan diri sendiri atau paling banter kelompoknya sendiri,
sampai-sampai tega merugikan kepentingan pihak lain, bahkan kepentingan
bersama. Malah ada yang berani dengan enteng menggunakan firman Tuhan untuk
mendukung kepentingannya itu. Di halaman 17: Lihatlah mereka yang berebut
mencium hajar aswad. Apakah sebenarnya yang mendorong mereka begitu
semangat? Apakah mereka ingin mencari ridla Allah atau untuk menyenangkan
diri sendiri? Kalau untuk mencari ridla Allah, mengapa tega menyikut
hamba-hambaNya yang lain yang notabene saudara mereka sendiri?. Di halaman
81: Di rumah keluarga bertikai, bahkan ada yang saling bantai. Di jalan
anak-anak sekolah atau para demonstran serta aparat bertengkar dan tawuran.*
***


Semoga kita belum lupa akan pemberitaan tentang beberapa politikus sanayan
yang melakukan hal yang tidak beretika dan bermoral seperti ketika sidang
resmi berkata dengan perkataan kotor dan saling pukul. Tindakan mereka
tersebut tidak jauh berbeda dengan tindakan sebagian rakyatnya. Dalam
bukunya halaman 82 Gus Mus menulis : “untunglah” wakil-wakil rakyat kita
begitu jeli melihat “aspirasi” rakyat yang mereka wakili dan begitu
profesional dalam menyalurkan bahkan amarah rakyat.****


Latar belakang penulis yang tidak lain adalah seorang kiai, budayawan dan
cendekiawan muslim meneguhkan kepiawaian penulis dan keunikan isi buku ini.
Buku ini memandang persoalan dari berbagai sudut pandang, setidaknya sudut
pandang yang sesuai dengan latar belakang penulis tersebut.****


Di beberapa bagian buku ini, penulis mencantumkan pesan-pesan agama untuk
menguraikan masalah yang penulis kutip dari Al Quran, Al Hadith, atsar
sahabat, bahkan hikmah-hikmah ulama yang tertuang dalam kitab-kitab
religius yang jarang dikaji orang. ****


Di bagian salah satu sub judul, penulis mengulas tentang pemimpin yang
rendah hati dengan mengutip sebagian isi kitab Nihayat Al Arab karya Syeikh
Ahmad Ibn Abdul Wahab An Nuwaery yang menceritakan akhlak Rasulullah ketika
tangan beliau dicium oleh seseorang lantas beliau menolak. (halaman 8). ****


Penulis juga mencantumkan unsur kebudayaan dengan menukil nama-nama
punakawan, tokoh-tokoh dalam cerita dongeng Jawa yang hampir selalu ada di
sekeliling raja untuk menyoroti keberadaan orang-orang di sekitar Presiden
Gus Dur pada waktu itu yang disindir penulis dengan pertanyaan apakah
diantara mereka ada juga punakawan yang arif dan ikhlas seperti Semar?
(halaman 124). Di bagian lain penulis mengutip analogi yang pernah
dilontarkan mendiang WS Rendra saat penulis menyoroti bangsa Indonesia ini
yang mudah marah. Jangan main-main dengan bangsa Indonesia yang menurut
Rendra sudah seperti rumput kering yang mudah terbakar ini. Jangankan pulau
diserobot, gara-gara sepuluh ribu rupiah saja, orang Indonesia bisa
membunuh mertua atau kakeknya sendiri.(halaman 81-82).****


Buku ini memberikan kita wawasan, pembelajaran, pencerahan, dan mengajak
kita untuk menengok moral serta perilaku masing-masing. Ia mengajak diri
kita untuk muhasabah (mengevaluasi) perilaku kita dalam hubungannya dengan
antar sesama, lingkungan maupun dengan Tuhan.****


* Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga dan Santri Ma’had Aly PP. Al Munawwir
Krapyak Yogyakarta****



-- 
http://harian-oftheday.blogspot.com/

"...menyembah yang maha esa,
menghormati yang lebih tua,
menyayangi yang lebih muda,
mengasihi sesama..."

<<image001.jpg>>

Kirim email ke