Membrane di Bawah Bulan Purnama Kapat****

Senin, 01 Oktober 2012****

 ****

Bulan purnama lagi mejeng dengan sangat menornya di atas langit ladang
penggaraman yang luas di selatan Sampang, Madura. Orang-orang Bali
merayakannya sebagai purnama kapat dengan sembahyang di pura. Orang
Tionghoa sedunia merayakannya sebagai zhong jiu yue dengan saling membagi
kue bulan yang terkenal itu.****

 ****

Tapi, di Madura, di ladang garam ini, para petani sedang meradang: Harga
garam mereka sedang jatuh-jatuhnya. “Di satu pihak harga garam turun
drastis, di lain pihak ongkos angkutnya naik,” ujar Haji Ulum, seorang
petani garam di situ. “Tahun ini kami seperti terpukul dari kanan dan
kiri,” tambahnya.****

 ****

Malam Minggu kemarin itu, di bawah sinar bulan purnama kapat yang menor
itu, saya memang lagi weekend di Sampang. Kombinasi pancaran sinar bulan
yang terang dengan langit biru yang cerah dan hamparan luas putihnya garam
yang mengkristal membuat suasana malam itu seperti lagi di alam maya: tidak
siang, tidak malam, tidak pagi, dan tidak senja.****

 ****

Pencipta puisi seperti Taufiq Ismail pasti akan bisa menggambarkan kemayaan
suasana malam itu sebagus puisinya tentang padang savana Sumba yang
dibacakan penyair Umbu Landu Paranggi itu!****

 ****

Sayangnya, kelompok-kelompok petani garam di Madura ini bukan seperti
bait-bait puisi. Mereka justru seperti lagi kompak menyenandungkan tanya:
Mengapa di saat panen garam seperti ini, impor garam terus terjadi!****

 ****

Memang secara teori, garam luar negeri itu hanya untuk industri. Tapi,
semua bersaksi bahwa garam impor itu juga masuk ke pasar konsumsi. Maka,
panen raya garam yang luar biasa tahun ini (berkat kemarau yang terik),
yang semula menimbulkan harapan besar untuk penghasilan yang lebih,
berakhir dengan hampa.****

 ****

Tentu bukan berarti tidak ada hope. Menteri Perdagangan Gita Wirjawan sudah
memutuskan menghentikan kebijakan lama. Mulai tahun depan, tugas
mendatangkan garam untuk industri hanya bisa dilakukan oleh BUMN PT Garam
(Persero). Dengan demikian bisa lebih terkontrol. Hanya, memang harus
menunggu tahun depan. Izin-izin lama impor garam itu baru berakhir
pertengahan 2013.****

 ****

Hope yang lain adalah ini: membranisasi ladang garam. Program yang saya
promosikan tahun lalu itu kini sudah mulai ada hasilnya. Saya sengaja ke
Sampang malam itu memang khusus untuk melihat dan mengevaluasi percobaan
penggunaan membrane tersebut. Saya ingin tahu keadaan yang sebenarnya. Yang
tidak hanya berbentuk laporan di atas kertas.****

 ****

Diam-diam dan agak mendadak saya meluncur ke Sampang. Kesimpulannya
-meminjam istilah pelawak Tukul- ruaarrrr biasa!****

 ****

PT Garam sudah mencoba geomembrane itu di tiga lokasi: Sampang, Pamekasan,
dan Sumenep. Semuanya di Madura, Jawa Timur. Di Sampang, geomembrane
dipasang di area seluas 30 ha. “Hasilnya naik 40 persen,” ujar Yulian
Lintang, Dirut PT Garam yang malam itu mendadak saya ajak ke Sampang.****

 ****

Bukan hanya jumlah produksi yang meningkat, tapi juga kualitas garamnya.
Dengan geomembrane, tidak ada lagi garam kualitas dua atau kualitas tiga.
Semuanya kualitas satu. Bahkan dengan geomembrane itu, PT Garam sudah mulai
bisa menghasilkan garam pada bulan Mei. Tanpa geomembrane, panen pertama
baru terjadi di bulan Juli.****

 ****

Geomembrane seperti lembaran plastik tipis yang sangat lebar, selebar
petak-petak ladang garam. Ukurannya sekitar 30 meter x 60 meter. Lembaran
membrane tersebut dihampar di dasar ladang. Seperti tambak udang. Lalu, air
laut yang akan dijadikan garam dialirkan ke petak tersebut. Dalam waktu
lima hari, kristal-kristal garamnya sudah mulai terlihat dan mengendap.****

 ****

Itu beda dengan cara tradisional yang dasar ladangnya adalah tanah. Dua
bulan lamanya petani harus membuat dasar ladang garam. Yakni dengan cara
membiarkan dan meratakan garam-garam awal musim berkali-kali. Setelah itu,
barulah bisa membuat garam yang sebenarnya. Itu pun ketika panen masih saja
ada yang tercampur dengan tanah. Itulah yang menyebabkan munculnya garam
kualitas dua dan tiga.****

 ****

Begitu PT Garam sudah bisa panen di bulan Mei, petani garam di sekitar
lokasi tambak BUMN itu terperangah. Bagaimana mungkin di bulan Mei sudah
bisa panen. Mereka pun berbondong-bondong melihat teknologi baru itu.
Apalagi ketika melihat seluruh garam di atas membrane itu berkualitas satu,
para petani pun terpana.****

 ****

“Saya langsung mendaftar untuk mendapatkan geomembrane itu,” ujar Haji
Taufik, seorang petani yang malam itu berbincang dengan saya.****


“Mendaftar ke mana?” tanya saya.****


“Ke Dinas Perindusterian Sampang,” jawab Taufik.****


“Memangnya akan ada pembagian geomembrane?” tanya saya lagi.****


“Saya dengar begitu. Tapi, entahlah,” jawab Taufik.****

 ****

Bukan hanya Taufik yang tergiur dengan teknologi geomembrane BUMN. “Saya
juga sudah mendaftar,” ujar Haji Wasil, 43 tahun, petani garam yang lulusan
FISIP Universitas Muhammadiyah Malang.****

 ****

Bagaimana dengan Haji Ulum, 37 tahun, yang juga bertani garam di situ”
“Saya pun sudah mendaftar,” katanya.****


“Lho! Semuanya sudah mendaftar?” tanya saya.****


“Iya, Pak. Total ada lima kelompok yang sudah mendaftar. Kira-kira 50
orang,” ujar Ulum, yang mengaku hanya tamat madrasah ibtidaiyah (setingkat
SD), namun berkat ketekunannya bertani garam kini sudah memiliki sebuah
Honda Jazz, satu pikap, dan dua truk.****

 ****

Melihat hasil penggunaan geomembrane yang begitu nyata, saya memutuskan
agar PT Garam menggunakan geomembrane 100 persen tahun depan. Yulian, Dirut
PT Garam yang asli Lintang, Lahat, Sumsel, dan baru menjabat mulai Juli
lalu, bertekad akan melaksanakan keputusan itu. Bukan saja untuk BUMN
sendiri, tapi juga untuk memberikan contoh kepeloporan bagi petani garam
secara keseluruhan.****

 ****

“Dari mana uangnya?” tanya saya kepada Yulian Lintang.****


“Bisa dari pinjaman bank, Pak,” jawab Yulian.****


“Bisa mengembalikan bunga dan pokoknya?” tanya saya lagi.****


“Dalam dua tahun pinjaman sudah bisa lunas. Asal, musimnya sebagus tahun
ini,” jawab dia dengan tegas.****

 ****

Mendengar dialog tersebut, para petani garam juga tersulut. Mereka bertekad
menempuh cara yang sama. “Kalau memang tidak ada pembagian, saya juga mau
lewat kredit,” ujar Haji Taufik, petani garam tamatan sekolah pendidikan
guru agama 6 tahun yang sehari-hari naik Honda CR-V. Taufik yang pernah
diangkat menjadi guru agama tapi mengembalikan surat pengangkatannya itu
memang petani garam yang cerdas.****

 ****

Taufik tidak hanya berladang garam. Dia juga mendirikan pabrik garam. Dia
beli garam-garam kualitas tiga dari para petani sekitar. Dia beli mesin
pencuci garam seharga Rp 500 juta. Dia cuci garam tersebut sehingga bisa
naik menjadi kualitas dua. Atau dia cuci garam kualitas dua untuk bisa
menjadi kualitas satu.****

 ****

Bahkan, Taufik sebenarnya tidak ingin menunggu pembagian atau kredit.
“Kalau saja harga garam tahun ini tidak jatuh, saya akan langsung membeli
geomembrane,” ujarnya.****

 ****

Haji Ulum punya pikiran yang sama. “Sayangnya, harga garam tahun ini jatuh.
Saya lagi mikir lagi bagaimana bisa mendapatkan geomembrane,” katanya.****

 ****

Dengan geomembrane, peningkatan suhu air laut memang bisa lebih cepat. Suhu
air laut yang disedot dan dimasukkan ke ladang garam hanya 3 derajat. Suhu
itu harus terus dinaikkan. Caranya: Air diputar-putar (dialirkan) dari satu
petak ke petak lain sampai suhunya mencapai 20 derajat. Semua itu karena
panas matahari.****

 ****

Dalam proses pindah-memindah air laut itulah terjadi juga pengendapan
unsur-unsur kimia seperti Fe, CaCO3, dan Ca sulfat. Zat-zat itu harus
ditinggal agar mutu garam bisa lebih baik. Artinya, dengan mengurangi
zat-zat tersebut, NaCl dalam garam bisa sangat tinggi.****

 ****

Setelah mencapai suhu 20 derajat itulah, air dimasukkan (dialirkan) ke
petak/kolam terakhir. Hanya petak terakhir itulah yang perlu dilapisi
geomembrane di dasarnya. Di petak terakhir itu air akan dibiarkan mencapai
suhu 25 sampai 28 derajat. Itulah suhu yang bisa menghasilkan garam.
Penggelaran geomembrane di dasarnya ikut membuat peningkatan suhu tersebut
lebih cepat.****

 ****

Dalam lima hari, air laut di atas membrane tersebut sudah berubah menjadi
kristal-kristal garam. Saat itulah ditentukan apakah garam yang dihasilkan
akan dibuat menjadi kristal-kristal kecil atau kristal-kristal besar.
Sesuai dengan keinginan pasar.****

 ****

Melihat tumpukan garam hasil dari ladang ber-geomembrane itu rasanya
seperti melihat mutiara-mutiara yang indah. Apalagi diterpa sinar bulan
purnama yang sempurna.****

 ****

Maka, seandainya BUMN dan semua petani garam di Madura sudah menggunakan
geomembrane, Madura saja akan mampu memproduksi 1,2 juta ton garam setahun.
Tinggal kurang 200.000 ton lagi untuk bisa mencukupi kebutuhan garam
konsumsi secara nasional. Kekurangan itu bisa diperoleh dari Cirebon,
Indramayu, dan Medan. Itu kalau semua petani di tempat-tempat tersebut juga
ketularan menggunakan geomembrane.****

 ****

Kalau semua kebutuhan garam konsumsi sudah bisa dipenuhi, tinggal kita
memikirkan kebutuhan garam untuk industri. Sayangnya, kebutuhan garam untuk
industri itu jauh lebih besar daripada kebutuhan garam untuk konsumsi: 1,8
juta ton. Itulah yang masih harus diimpor.****

 ****

Sampai kapan?****

 ****

Harapan satu-satunya adalah NTT. Ada 5.000 ha lahan yang bisa dipergunakan
untuk ladang garam di Kabupaten Kupang. Hampir sama dengan luas seluruh
ladang garam Madura. PT Garam sudah siap ekspansi ke sana. Namun, lahan
tersebut masih harus diselesaikan.****

 ****

Menyelesaikannya pun mungkin tidak mudah. Sebab, pemerintah telanjur
memberikan izin hak guna usaha (HGU) kepada sebuah perusahaan dari Jakarta.
Perusahaan itu ingin membuat ladang garam raksasa dengan cara modern.****

 ****

HGU itu sudah diberikan 27 tahun yang lalu. Tapi, sampai 27 tahun kemudian,
hari ini, lahan tersebut masih tetap sama dengan 27 tahun yang lalu.****

 ****

Garam rasanya memang asin. Tapi, kalau jumlahnya sudah mencapai 3,2 juta
ton, manisnya bukan main. (*)****

 ****

Dahlan Iskan, Menteri BUMN****

 ****

Sumber:****

http://dahlaniskan.wordpress.com/2012/10/01/membrane-di-bawah-bulan-purnama-kapat/
****



-- 
http://harian-oftheday.blogspot.com/

"...menyembah yang maha esa,
menghormati yang lebih tua,
menyayangi yang lebih muda,
mengasihi sesama..."

Kirim email ke