Muhaimin Iskandar: Kampus di Indonesia Ketinggalan Zaman, Bisanya hasilkan
Penganggur 23-10-2012 08:08

*Menakertrans, Muhaimin Iskandar *

Kampus di Indonesia Ketinggalan Zaman
Selasa, 23 Oktober 2012 00:05 WIB

Jumlah sarjana yang menganggur di Indonesiaterus meningkat dari tahun ke
tahun. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, awal tahun 2006 jumlah
sarjana yang belum bekerja mencapai 385.400 orang. Tahun 2011 jumlahnya
diperkirakan telah melebihi angka satu juta orang. Hal ini mengingat setiap
tahunnyaIndonesiamemproduksi sekitar 300.000 sarjana dari sekitar 2.900
perguruan tinggi. “Jumlahnya mungkin sudah sekitar 11,78 persen dari total
angka pengangguran di Indonesia,” kata Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (Menakertrans) A Muhaimin Iskandar, di Jakarta.

Menurut Muhaimin, kondisi ini sangat ironi. Pasalnya, alokasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk sektor pendidikan paling tinggi
dibandingkan sektor-sektor lain, yakni 20 persen dari total anggaran APBN.
“Tetapi istilah pengangguran intelektual masih kerap kita dengar, bahkan
cenderung terus meningkat,” ujarnya.

Dibandingkan dengan zaman orde baru, ketika Menteri Pendidikan Fuad Hasan
menerapkan sistem link and match, kondisi saat ini sangat memprihatinkan.
Dulu, jumlah pengangguran tinggi karena Indonesia kurang orang-orang yang
terdidik, tetapi sekarang jumlah pendidikan tinggi semakin banyak,
pengangguran juga semakin tinggi. Dibandingkan dengan Malaysia atau
Singapura, masih terlalu jauh. “Karena itu kampus semestinya harus kembali
ke basic, yakni mendidik mahasiswa untuk memiliki keterampilan di luar
kemampuan utamanya sebagai intelektual. Sehingga ketika lulus nanti, mereka
siap memasuki dunia kerja,” kata Muhaimin.

Menakertrans melihat, perguruan tinggi-perguruan tinggi yang ada sekarang
masih kurang memberi ruang kepada mahasiswa untuk memiliki keterampilan
praktis yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Kampus masih cenderung mencetak
mahasiswa yang memiliki intelektual tinggi, tetapi sulit diserap oleh pasar
kerja. Sementara yang diperlukan dunia kerja tidak hanya intelektual
tinggi, tetapi juga keterampilan praktis. “Jadi tolong kampus dijadikan
tempat pencetak sarjana-sarjana pintar dan tenaga kerja yang siap pakai.
Dengan demikian, kampus tidak lagi menjadi penyumbang tingginya angka
pengangguran di Indonesia,” ujarnya.
http://www.tribunnews.com/2012/10/23...inggalan-zaman<http://www.tribunnews.com/2012/10/23/kampus-di-indonesia-ketinggalan-zaman>

Quote:
"Tak Bisa Bahasa Inggris, Kok Jadi Menteri"
*Itulah kritikan Wakil Ketua DPD La Ode Ida terhadap Muhaimin yang diplot
jadi Menaker*.
Senin, 19 Oktober 2009, 15:11

VIVAnews - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah, La Ode Ida, menilai 50
persen nama-nama yang muncul untuk mengisi kabinet pemerintahan
SBY-Boediono tidak sesuai kompetensi. Bahkan ada menteri yang tak bisa
berbahasa Inggris, ditaruh sebagai menteri yang juga mengurusi tenaga kerja
Indonesia di luar negeri. "Pos ini harus diisi orang yang bisa bahasa
Inggris. Calonnya tidak bisa bahasa Inggris," kata La Ode dalam diskusi di
Pulau Dua, Senayan, Jakarta, Senin 19 Oktober 2009.

Helmy Faisal, yang mendapat posisi Menteri Percepatan Pembangunan Daerah
Tertinggal juga dikritik. Helmy dinilai La Ode tidak tepat mengisi pos
tersebut. "Indonesia Timur menanti gebrakan dari kementerian ini. Sejak
awal ada, tidak ada gebrakan. Dia (Helmy) tidak tepat," katanya. Kemudian,
Djoko Kirmanto dan Sudi Silalahi juga tidak layak lagi menjadi menteri
karena usia dan problem kesehatan. "Harusnya pensiun saja," ujar La Ode.

Selain mereka, La Ode berpendapat Hatta Rajasa (Menteri Koordinator
Perekonomian), Agung Laksono (Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat),
Patrialis Akbar (Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia), Tifatul Sembiring
(Menteri Komunikasi dan Informatika) dan Zulkifli Hasan (Menteri Kehutanan)
juga tidak tepat menjabat bidang menteri yang disiapkan untuk mereka.
Harusnya posisi menteri "Tidak boleh sembarangan, harus sesuai dengan
kriteria yang dibutuhkan departemen dan kementerian tersebut," ujar La Ode.
http://politik.news.viva.co.id/news/..._jadi_menteri_<http://politik.news.viva.co.id/news/read/98209-_tak_bisa_bahasa_inggris__kok_jadi_menteri_>



-------------------------



*Sekiranya para sarjana itu punya TOEFL atau IELTS bagus atau sejenisnya,
serta bisa nyerocos bahasa Inggris saja, maka bekerja di luar negeri
sebagai TKI Skill, cukup luas lowongannya di negeri asing. Masalahnya,
mereka payah bahasa inggrisnmya, seperti juga halnya Pak menteri satu ini,
yang bisa diangkat jadi menteri padahal kagak bisa bahasa inggris ... *


-- 

*isi waktu senggang kamu sambil klik iklan, cuma pake account gratisan,
dapet duit? daftar aja disini <http://goo.gl/YImB1>** yukk ..cepetan tempat
terbatas*

untuk info lengkap & petunjuk lebih lanjut silahkan hubungi saya di
FaceBook : hanja...@gmail.com
YM           : desat...@yahoo.com
Gtalk        : hanja...@gmail.com

Kirim email ke