Ketika Kanker Ganas Menggerogoti Hati (1)Aku Lahir dari Keluarga Miskin
*KISAH* ini dialami oleh Rey Syifa, seorang gadis belia yang periang, rajin
bersekolah dan senang berlatih bulu tangkis. Ia terserang penyakit
tumor/kanker ganas di hati dan osteoporosis. Jiwanya terpukul dan tak
percaya bahwa umurnya akan pendek. Tetapi dia bangkit dan yakin Allah akan
menyembuhkannya. Berkat dorongan orangtuanya, sang kakak, guru, dan teman
sekolahnya, ia mampu melewati masa kritis dan coba menatap masa depannya.
Lalu, bagaimana kisah sesungguhnya? *D. Ruspiyandy* mengisahkannya untuk
anda. Semoga ada manfaatnya.
*AKU* dilahirkan dari keluarga miskin yang banyak kekurangannya. Tetapi
harus kuakui, Ibuku yang bernama Sumiyati dan ayahku yang bernama Cucu
Mulyana yang kini menjadi penjual kayu bakar di Jalan Pasirkoja daerah
Babakan Ciparay, Kota Bandung adalah sosok yang membuatku merasa bahagia.
Curahan kasih sayang dari keduanya membuatku nyaman menjalani kehidupanku.
Hidup boleh kurang karena tak memiliki materi lebih, namun dalam kondisi
itu ternyata cinta dari kedua orangtuaku tidak pernah kurang, itulah harta
berharga yang tak bisa kulupakan.

Sewaktu sekolah di SD yang aku ingat, aku sekolah tak pernah dikasih uang
bekal karena memang kehidupan orangtuaku yang kekurangan materi tadi. Hanya
saat sekolah aku tetap bersemangat karena dengan sekolah aku berharap bisa
mengubah kehidupanku dan bisa membahagiakan kedua orangtuaku. Itu
kuharapkan bisa menjadi baktiku kepada mereka berdua padahal bila
dibandingkan dengan kasih sayang dari keduanya, sulit bagiku untuk
membalasnya. Namun dalam hal ini aku berusaha paling tidak, bisa
menyenangkan hati mereka.

Kendati aku tak diberi uang bekal saat sekolah di SD Pasundan 3, setiap
hari dari rumah aku berangkat ke sekolah dengan berjalan kurang lebih satu
kilometer. Pulangnya pun sama. Aku tak pernah kecewa dengan hal itu sebab
aku harus menerima keadaan yang terjadi dengan keluargaku. Sulit bagiku
untuk menuntut seperti anak yang lain yang orangtuanya kaya. Tak
mengherankan bila buku dan alat-alat sekolah pun terbatas. Itu tak bisa
kupungkiri, semuanya membuatku sedih tetapi mesti apa lagi, aku harus bisa
menerima semua itu dengan ikhlas. Tetapi hal itu tak membuat diriku malas
untuk belajar. Kalaupun aku tidak selalu menjadi ranking namun yang utama
dan wajib adalah belajar karena dengan belajar siapa tahu hal itu bisa
mendorongku untuk mampu meraih cita-cita yang ingin kuraih yaitu ingin
menjadi guru.

Beruntung walau kekurangan ternyata orangtuaku tetap mampu membayar SPP
tiap bulannya. Uniknya biar tak ranking juga aku sempat berprestasi di mana
aku bisa juara antar kelas saat ada lomba tumpeng, juara menari dan juga
sempat ikut kegiatan cerdas cermat. Hal ini pulalah yang membuatku dikenal
para guru dan menjadi akrab dengan teman-temanku. Dan bila tak sakit, aku
selalu berusaha untuk terus sekolah tiap hari. Semua itu cukup
menyenangkanku karena tiap hari bisa bertemu dengan teman-teman dan guruku.
Ah indahnya melewati masa sekolah di sekolah dasar itu.

Ternyata waktu enam tahun berjalan begitu cepat hingga akhirnya lulus dari
sekolah itu. Ada keinginan untuk melanjutkan ke sekolah negeri. Sayang,
kata Ibu sudah saja masuk SMP swasta biar gampang urusannya karena NEM yang
kumiliki untuk masuk negeri tampaknya kurang. Aku menurut saja terhadap
keinginan Ibu. Ibu lebih tahu yang terbaik bagi diriku dan semuanya
diuruskan Ibu sampai tuntas. Pokoknya kata Ibu, kamu tinggal sekolah saja,
untuk urusan biaya dan lain-lain itu urusan Ibu dan Ayah. Yang terpenting
bagiku, katanya adalah belajar dan belajar sebaik mungkin untuk bisa meraih
yang terbaik dalam hidup.

Setahun kulalui sekolah di SMP dan aku dinyatakan naik ke kelas VIII. Saat
itu pun sesungguhnya aku pun ikut berlatih bulu tangkis karena sewaktu SD
ada teman yang ngajak berlatih bulu tangkis karena orangtuanya jadi
pelatih. Awalnya sih aku ikut sekedar coba-coba saja. Ternyata rupanya
karena enjoy dan rutin melakukannya, aku diminta oleh sang pelatih untuk
mengikuti turnamen yang diselenggarakan di UPI karena kemampuan bermain
bulu tangkis cukup lumayan dan aku harus berlatih dengan keras. Uniknya,
saat pertama kali berlatih aku menggunakan raket milik temanku namun di
kemudian hari perlahan aku menabung dan bisa membeli raket walaupun bukan
raket yang terbilang bagus. Tetapi bagiku itu sudah lumayan karena aku bisa
bermain bulu tangkis.
(bersambung)**


-- 

*isi waktu senggang kamu sambil klik iklan, cuma pake account gratisan,
dapet duit? daftar aja disini <http://goo.gl/YImB1>** yukk ..cepetan tempat
terbatas*

untuk info lengkap & petunjuk lebih lanjut silahkan hubungi saya di
FaceBook : hanja...@gmail.com
YM           : desat...@yahoo.com
Gtalk        : hanja...@gmail.com

Kirim email ke