Ketika Kanker Ganas Menggerogoti Hati (2)Ibu Bilang Aku Hanya Kecapekan
*SEBELUMNYA* diceritakan Rey Syifa yang lahir di tengah-tengah keluarga
tidak mampu mempunyai keinginan yang keras untuk berprestasi. Meski nilai
akademiknya tidak terlalu bagus, namun ia mempunyai talenta dalam olah raga
bulu tangkis. Setiap hari ia berlatih, sehingga ia sempat mewakili
sekolahnya mengikuti kejuaraan. Suatu saat ia merasa letih dan hampir
pingsan. Beberapa hari ia tidak sekolah. Hanya over training atau ada
penyebab lain? Ikuti kisahnya yang ditulis *D. Ruspiandy*. Semoga ada
manfaatnya.
*TIBA-TIBA* saja dalam sebuah kesempatan aku merasakan tulang di pinggangku
terasa sakit. Aku pikir saat itu mungkin aku terlalu kecapekan setelah
berlatih keras. Saat itu pun badan lemas dan kepala menjadi pusing. Pikirku
saat itu mungkin aku harus berisitirahat guna mengembalikan kebugaranku.
Rupanya apa yang kualami semakin parah hingga aku harus beristirahat sampai
dua minggu dan aku pun tidak sekolah. Sewaktu diperiksa ke dokter bersama
Ibu, kata dokter aku memang benar kecapekan dan harus banyak istirahat.

Alhamdulillah aku kembali sembuh dan bisa bersekolah lagi. Saat itu pun
terus terang selain sakit, aku harus menerima kenyataan yang pahit. Ayahku
harus masuk penjara. Karena kami tinggal di areal tanah sengketa yang
hendak digusur oleh Satpol PP maka para bapak yang ada di sana mencoba
mempertahankan dengan cara melawan petugas karena di pengadilan mereka yang
menempati rumah di sana semuanya kalah. Aku benar-benar terpukul karena
ayahku tercinta harus masuk penjara karena mempertahankan haknya.

Kemudian sekitar bulan Oktober 2010, aku dan keluargaku benar-benar kembali
mendapat ujian. Malam itu, bagi kami adalah malam yang mencekam. Setelah
melaksanakan salat isya berjamaah, semua pengisi rumah langsung ke
peraduannya masing-masing. Namun sekitar pukul 01.00 WIB tiba-tiba
terdengar ada orang yang mengetuk pintu dengan kerasnya untuk menyelamatkan
keluarga kami. Kami semua terkaget-kaget termasuk aku tatkala melihat api
mulai menghanguskan rumah yang sedang ditempati. Tanpa pikir panjang ayah
menarikku yang hampir terbakar api dan berusaha keluar menyelamatkan diri.
Warga masyarakat yang ada di sana hanya mampu melihat rumah dan segala
isinya hangus terbakar. Kami semua hanya pasrah dan tak bisa apa-apa
menerima nasib.

Dengan segala keterbatasan, akhirnya keluarga kami pindah ke rumah nenek
--yang tanahnya pun termasuk areal sengketa-- dengan hidup
berdesak-desakan. Tetapi hanya itu yang bisa dilakukan. Mau ke mana lagi
kami berteduh kalau bukan ke sana. Aku dan keluarga memulai kehidupan itu
dengan segala harapan besar setelah peristiwa kebakaran itu.

Aku pun tak menduga bahwa penyakit yang pernah kuderita kambuh lagi. Saat
aku sedang sekolah, tiba-tiba saja badanku lemas, seluruh tubuh panas
sekali dan aku pun berjalan sempoyongan seperti tak memiliki tenanga hingga
membuatku tak konsentrasi dalam belajar. Sehingga guru menyuruhku untuk
segera pulang dan diam saja dulu di rumah sebelum sembuh. Tetapi aku tetap
ingin sekolah kasihan karena guru setiap hari mengajar. Namun kondisiku
semakin menurun dan ibu menyuruhku untuk istirahat lagi.

Hal itu terjadi saat aku duduk di kelas VIII SMP. Saat aku sakit, Uwakku,
Dede Rahmat, mantan atlet tinju, mengatakan bahwa penyakit yang kuderita
itu hampir persis sama dengan apa yang telah dialaminya bahkan sampai 2
tahun. Dia mengatakan itu sepertinya kecapekan karena berlatih dengan
kerasnya.

Tadinya aku pun menyangka begitu karena memang tubuhku serasa seperti atlet
yang sudah lama tidak berlatih merasa sakit dan pegal-pegal di tubuh.
Sayang lama kelamaan apa yang kualami ternyata semakin sakit saja.
Puncaknya dalam sebuah kesempatan saat aku pulang sekolah, tulang di
punggungku seperti patah. Kejadian itu membuatku terjatuh di pintu rumah,
kemudian Ibu menolong memapah untuk ke kamar. Saat itu aku menjerit-jerit
karena saking sakitnya sampai terasa sesak.

Melihat kondisi ini, ibu menjadi khawatir dan segera membawa ke dokter
terdekat. Seperti saat awal sakit pada pemeriksaan pertama dokter
mengatakan kecapekan saja dan dokter menyuruh untuk memeriksa darah dan air
seniku. Setelah mendapatkan hasil laboratorium dengan menggunakan uang
pinjam sana pinjam sini dari tetangga dan saudara, ibu menemui dokter
kembali dan mendapatkan kabar tentang penyakit yang kuderita itu. Ibu
justeru tampak tegar dan mengatakan kepadaku bahwa aku sekadar kecapekan
saja, sebentar lagi juga sembuh, katanya.

Rupanya, di balik semua itu, ibu berusaha menyembunyikan sesuatu yang berat
apabila harus kusampaikan kepadaku. Maklum seorang Ibu, mana mungkin dia
akan mengatakan sesuatu yang bisa membunuh harapan anaknya. Ibu memang
kuakui sebagai wanita yang cukup tangguh. Dulu sewaktu kecil, kakakku yang
pertama sempat dibawa ke rumah sakit karena tak sengaja menelan setengah
silet. Kakak keduaku pernah jatuh dari tangga sebanyak dua kali dan tulang
punggungkunya sempat patah. Kakakku yang ketiga, adalah anak yang memiliki
IQ tinggi. Sayang usianya hanya sebentar karena memiliki penyakit kanker
selaput otak dan mengidap 8 jenis kejang dan kini aku mengida penyakit ini.
Belum lagi saat ayah di penjara dan rumah pun kebakaran. Ah Ibu kau
benar-benar menjadi teladan bagi diriku.
(bersambung)**


-- 

*isi waktu senggang kamu sambil klik iklan, cuma pake account gratisan,
dapet duit? daftar aja disini <http://goo.gl/YImB1>** yukk ..cepetan tempat
terbatas*

untuk info lengkap & petunjuk lebih lanjut silahkan hubungi saya di
FaceBook : hanja...@gmail.com
YM           : desat...@yahoo.com
Gtalk        : hanja...@gmail.com

Kirim email ke