Yang jadi sunan gunung Sinabung siapa ya

On Wednesday, April 2, 2014 9:17 AM, Ananto <pratikno.ana...@gmail.com> wrote:
 
  
Gus Dur Dipanggil Sunan Gunung Jati 
 
Sesungguhnya para kekasih Allah tidaklah
mati, mereka hanya meninggalkan wujud fisik yang fana, tetapi jiwa mereka
abadi. 

Al Qur’an dalam surat Ali Imron ayat ke 169 menegaskan “Janganlah kamu mengira
bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. bahkan mereka itu hidup
di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.”

Kisah tentang “kehidupan” para wali yang sudah meninggal ini bisa diantaranya
dialami oleh Gus Dur yang sering berkomunikasi dengan sejumlah wali yang telah
lama meninggal, diantaranya dengan Sunan Gunung Jati. 

Mantan sekretaris jenderal PBNU H Arifin Junaidi mengisahkan, suatu ketika, ia
dherekke Gus Dur ke Cirebon untuk bertemu dengan KH Fuad Hasyim, pengasuh 
pesantren
Buntet. Usai pertemuan yang berlangsung sampai larut malam tersebut, mereka
bergerak menuju Pekalongan untuk mengunjungi Habib Lutfi bin Yahya.

Di tengah perjalanan, tepatnya di daerah Losari, sekitar pukul 1 malam. Gus Dur
meminta sopirnya untuk kembali lagi, menuju ke makam Sunan Gunung Jati yang
berada di kompleks Astana Gunung Sembung Cirebon.

“Saya baru saja dipanggil Sunan Gunung Jati” kata Gus Dur menjelaskan alasannya
kembali ke Cirebon. 

Anggota rombongan yang lain semuanya terdiam saja, tanpa komentar. Dan
perjalanan pun berlanjut sampai di kompleks makam. Herannya, ditengah malam
buta tersebut, para juru kunci yang ada semuanya berkumpul, lengkap, menyambut
kedatangan Gus Dur tersebut dengan memakai seragam kebesarannya yang biasa 
dipakai
ketika menerima tamu istimewa, seolah-olah sudah ada yang memberi tahu, padahal
waktu itu belum ada HP sebagai alat komunikasi yang canggih.

Mereka pun langsung menuju pemakaman. Sebagaimana tradisi Nahdliyin, ketika
berziarah, mereka pun memanjatkan dzikir dan tahlil serta mendoakan Sunan
Gunung Jati yang telah berjasa menyebarkan Islam di Jawa Barat. 

Usai tahlil, Gus Dur tertunduk dan diam saja. Ia lalu keluar dari ruangan
tempat dzikir menuju halaman. Arifin masih penasaran kok para juru kunci sudah
pada siap menerima kunjungan Gus Dur, padahal sebelumnya tidak ada rencana
berziarah. 
 
Ia lalu bertanya kepada seseorang tentang
kejadian ini. “Kok sudah pada siap dan siapa yang memberi tahu?” Dijawabnya,
semua juru kunci dibangunkan malam-malam itu juga oleh koordinatornya, dan
disuruh bersiap oleh Kanjeng Sunan dengan pesan “Cucuku mau datang ke sini.”

Ia pun hanya bisa manggut-manggut keheranan akan fenomena luar biasa ini. 

Setelah dirasa cukup ziarahnya, mereka pun kembali melanjutkan perjalanan ke
Pekalongan sebagaimana rencana semula. Karena masih penasaran, ia lalu bertanya
kepada Gus Dur, kapan dipanggil oleh Sunan Gunung Jati.

“Ya tadi, waktu perjalanan baru dipanggil, disuruh mampir. Ke Cirebon kok ngak
mampir.” 

Gus Dur juga menjelaskan, waktu dirinya terdiam seusai tahlil, ia sedang
berdialog dengan Sunan Gunung Jati, membincangkan berbagai masalah yang
dihadapi oleh umat. []

Penulis: Mukafi Niam


-- 

http://harian-oftheday.blogspot.com/
 
"...menyembah yang maha esa,
menghormati yang lebih tua,
menyayangi yang lebih muda,
mengasihi sesama..."

Kirim email ke