selamat menyimak...


salam,

ananto

---------- Forwarded message ----------
From: bambangsoesa...@yahoo.com
Date: 2014-06-22 10:12 GMT+07:00
Subject: OPINI: Penyelundup BBM



Penyelundup BBM itu Juga Koruptor

Bambang Soesatyo
Anggota Komisi III DPR RI
Fraksi Partai Golkar/
Presidium Nasional KAHMI 2012-2017

PENYELUNDUPAN bahan bakar minyak (BBM) adalah indikator atau penjelasan
versi lain tentang birokrasi yang korup. Aneh, karena baik pemerintah
maupun penegak hukum selama ini tak berdaya menyikapi persoalan yang satu
ini. Sudah tumbuh kesan bahwa penyelundupan BBM konspiratif alias korupsi
berjamaah. Mudah-mudahan, presiden terpilih peduli masalah ini.

Soalnya, kalau diakumulasi, total kerugian negara dari penyelundupan BBM
sangatlah besar. Mencapai bilangan belasan hingga puluhan triliunan rupiah
per tahunnya. Ekses lainnya adalah tekanan terhadap anggaran pendapatan dan
belanja negara (APBN) yang luar biasa, apalagi kalau dikaitkan dengan
penyelundupan BBM bersubsidi.

Ketika pemerintah dan DPR meradang karena pagu subsidi BBM berpotensi
terlampaui alias nyaris jebol, yang dijadikan kambing hitam adalah
peningkatan volume atau gelembung konsumsi masyarakat.  Argumentasi ini,
selain tak berdasar atau ngawur, juga tak lebih dari pembelaan diri untuk
menutupi kegagalan. Ada dua penyebab gelembung BBM bersubsidi. Pertama,
kegagalan manajemen pemerintah mendistribusikan BBM bersubsidi ke sasaran
yang tepat. Kedua, tingginya intensitas penyelundupan BBM, termasuk BBM
bersubsidi.  Itu sebabnya, antrian konsumen di SPBU menjadi pemandangan
rutin di sejumlah kota kabupaten.

Lalu, sebelum pagu subsidi benar-benar terlampaui, digagaslah penambahan
pagu subsidi. Ini adalah jalan pintas mengatasi masalah karena pemerintah
tak mampu mendistribusi subsidi ke sasaran yang tepat. Mudah ditebak bahwa
pemerintah dan DPR ujung-ujungnya bersepakat menambah anggaran subsidi.

Banyak kalangan sudah lama curiga bahwa mekanisme Ini seperti modus
konspiratif atau korupsi berjamaah. Sebab, di satu sisi pemerintah dan
penegak hukum cenderung minimalis atau melakukan pembiaran terhadap
penyelundupan BBM yang nyaris sudah menjadi sebuah rutinitas di lapangan.
Dan,  di sisi lain, pemerintah serta DPR berulang-ulang menempuh cara
pintas untuk mengatasi jebolnya pagu subsidi BBM di APBN-P.

Mengapa konspirasi penyelundupan BBM itu tak pernah jera? Logika atau alur
berpikir konspirasi itu sederhana dan mudah dipahami. Mereka terus mencuri
atau menyelundupkan BBM bersubsidi. Toh, sebelum pagu BBM bersubsidi jebol,
pemerintah akan berinisiatif mengajak DPR untuk menambah subsidi BBM.
Konspirasi itu sangat yakin bahwa Pemerintah dan DPR tak berani membiarkan
stok BBM bersubsidi habis. Sebab, kalau risiko itu yang diambil, pemerintah
dan DPR akan berhadapan dengan rakyat yang sudah pasti sangat marah.

Contoh terbaru bisa disimak pada APBN-P 2014. Baru-baru ini, Pemerintah dan
Panitia Kerja RAPBN-P 2014 Badan Anggaran DPR bersepakat menaikkan anggaran
subsidi BBM tahun 2014 menjadi Rp 246,494 triliun. Dengan volume yang
disepakati dalam APBN-P itu, subsidi BBM 2014 ditambah sebesar Rp Rp 35,759
triliun dari sebelumnya Rp 210,735 triliun.

Jadi, pagu subsidi BBM di APBN sudah dicuri sehingga harus ditambah agar
rakyat tidak marah. Dan, pagu tambahan subsidi BBM dalam APBN-P pun dicuri
lagi, sehingga antrian konsumen di SPBU pada sejumlah daerah selalu
terjadi. Agar warga setempat tidak marah, dikemukakan alasan tentang
masalah angkutan atau gangguan cuaca. Padahal, persoalan sebenarnya adalah
alokasi untuk daerah bersangkutan boleh jadi sudah sangat tipis karena
sebagian jatah daerah itu sudah diselundupkan atau dicuri. Terpaksa, jatah
distribusi harian untuk daerah itu dikurangi. Maka, konsumen pun harus
antri panjang untuk bisa mendapatkan satu-dua liter bensin premium atau
solar.

Siapa saja yang menikmati hasil dari penyelundupan BBM itu? Mereka adalah
oknum birokrat dari sejumah institusi lintas sektoral.  Dan, sudah barang
tentu wewenang para oknum itu berkait langsung dengan tata kelola
pengadaan, pendistribusian, pengawasan dan pengamanan BBM bersubsidi. Kalau
para oknum itu tidak menikmati untung, penyelundupan BBM tak akan menjadi
sebuah rutinitas.

Di permukaan, tampak bahwa pengawasan atas pendistribusian BBM memang
difungsikan, tetapi pengawasan itu sengaja dibuat tidak efektif. Begitu
juga dengan pengamanan dalam distribusi BBM. Pokoknya, hampir semua fungsi
satuan kerja sengaja tidak dibuat efektif agar para oknum itu bisa
mendapatkan bagian dari pencurian atau penyelundupan BBM itu.

Tipikor

Baru-baru ini, Bea dan Cukai Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau, bersama
pihak terkait lainnya menggagalkan usaha penyelundupan minyak mentah dan
BBM dari kapal MT Jelita Bangsa. Kapal yang disewa PT Pertamina itu memuat
minyak mentah 59.888 metrik ton bernilai Rp 450 miliar. Mungkin karena
nilainya itu, beberapa kalangan melukiskan kasus penyelundupan BBM ini
sebagai yang terbesar dalam sejarah.  Tetapi, tangkapan besar ini bukanlah
sebuah kejutan.

Memang, keberhasilan menangkal penyelundupan BMM ini patut diapresiasi.
Namun, beberapa pihak curiga bahwa pelakunya kemungkinan coba bermain
sendiri, atau tidak berkonspirasi dengan para oknum yang selama ini
berwenang mengatur, mengawasi dan mengamankan aksi-aksi penyelundupan itu.
Kalau pelakunya kooperatif dan mau berkonspirasi, bukan tidak mungkin
penyelundupan itu akan berlangsung mulus. Bukankah seperti itu metode kerja
mafia?

Penyelundupan BBM idealnya dikategorikan sebagai tindak pidana korupsi
(Tipikor) karena merugikan negara. Bahkan penyelundupan BBM bersubsidi
memenuhi unsur Tipikor karena subsidi BBM untuk rakyat dibiayai dengan
APBN.  Ia adalah proyek subsidi BBM. Maka, penyelundupan BBM bersubsidi
praktis sama dan sebangun dengan kasus-kasus yang bernuansa manipulasi
proyek-poryek APBN. Dengan begitu, tambahan pagu subsidi BBM dalam APBN-P
pun bukan tidak mungkin berlatarbelakang rekayasa penggelembungan atau mark
up.

Karena itu, institusi Penegak harus memberi respons maksimal terhadap
konspirasi penyelundupan BBM. Jika terus minimalis seperti selama ini,
masyarakat akan curiga bahwa oknum pimpinan institusi penegak hukum menjadi
bagian dari konspirasi itu.

Masyarakat sudah meyakini bahwa ada konspirasi besar yang mengotaki
penyelundupan BBM selama ini. Ada beberapa indikasi mengenai konspirasi
itu. Pertama, para pelaku tak pernah jera sehingga penyelundupan terus
terjadi. Kedua, pelaku yang  tertangkap hanya didenda, dan tak pernah
diganjar sanski pidana. Ketiga, identitas penyelundup tak pernah
dipublikasikan.

Kalau penegak hukum responsif, kasus kapal MT Jelita Bangsa itu layak
dijadikan momentum mengungkap konspirasi penyelundupan BBM itu. Sebaliknya,
jika minimalis seperti selama ini, kasus besar ini akan segera dilupakan.
Para pelakunya hanya diganjar sanksi denda, dan setelah itu persoalan
dianggap selesai. Dengan respons yang begitu minimalis, bisa dipastikan
bahwa penyelundupan BBM akan terus terjadi.

Rutinitas penyelundupan BBM sudah mempermalukan pemerintah dan institusi
penegak hukum. Penyelundupan BBM sudah berlangsung tahunan dengan total
kerugian negara yang sangat besar, tetapi pemerintah dan penegak hukum tak
mampu mengatasinya.  Karena itulah masyarakat meyakini penyelundupan BBM
dilakukan oleh konspirasi yang melibatkan oknum birokrat lintas sektoral.

Pertamina mengaku punya catatan tentang 89 anak buah kapal (ABK) yang sudah
masuk  'daftar hitam' (blacklist) karena upaya melakukan penyelundupan.
Sebagian besar ABK yang masuk daftar hitam itu adalah nahkoda dari kapal
yang disewa Pertamina dan berbendara Indonesia.

Daftar hitam versi Pertamina tentang perilaku 89 ABK itu bisa menjadi pintu
masuk bagi penegak hukum mendalami masalah penyelundupan BBM. Bagaimana
pun, upaya membongkar sekaligus mereduksi penyelundupan BBM harus dimulai.
Mudah-mudahan pemerintah baru peduli masalah ini.  Sebab, memerangi
penyelundupan BBM bersubsidi berkorelasi langung dengan upaya menyehatkan
APBN.

Dan, karena ada muatan Tipikor dalam kasus-kasus penyelundupan BBM
bersubsidi, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) hendaknya juga mulai
menyentuh masalah ini. []


Sent from my BlackBerry® via Smartfren EVDO Network



-- 
http://harian-oftheday.blogspot.com/

"...menyembah yang maha esa,
menghormati yang lebih tua,
menyayangi yang lebih muda,
mengasihi sesama..."

Kirim email ke