Rakyat Kecil, Islam, dan Politik di Indonesia





[image: Rakyat Kecil, Islam, dan Politik di Indonesia]




Judul                : Rakyat Kecil, Islam dan Politik


Penulis             : Martin Van Bruinessen


Penerbit            : Gading Publishing


Terbitan            : I, Agustus 2013


Tebal                : xx + 482 hlm.; 14,5 x 21 cm


ISBN                 : 978-979-16776-2-2


Peresensi          : Junaidi Khab, *Pecinta Baca Buku dan Tercatat Sebagai
Mahasiswa Jurusan Sastra Inggris Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan
Ampel Surabaya.*






Sejak awal sekitar pada tahun 1950-1960-an antara politik dan Islam di
Indonesia tidak bisa menyatu. Hal ini karena sering didengungkannya sebuah
fatwa oleh para kiai dan ulama yang anti politik. Mereka memandang bahwa
politik itu najis dan tidak boleh berdekatan dengan agama yang menurut
pandangan mereka Islam itu suci. Sehingga tidak mengherankan jika politik
diharamkan oleh para ulama bagi umat Islam pada saat itu.




Selain itu pula, salah satu pengharaman dan penajisan politik tak lain
karena dalam pandangan umum bahwa politik itu sama saja dengan melakukan
tumbal bagi kebohongan untuk mendapat legitimasi dan pengaruh publik dengan
cara-cara yang curang dan licik. Bahkan politik itu diibaratkan dengan
membelah bambu, satu diinjak dan satunya diangkat. Sungguh tragis!




Melihat perjalanan antara Islam dan politik yang seakan berbenturan itu,
Martin Van Bruinessen mencoba untuk mengkaji dan menelusuri seluk-beluknya
melalui buku ini. Dia menyebutkan bahwa hubungan antara ulama dan umara
(pemimpin) selalu bersifat ambivalen. Pada satu sisi, ulama paling tidak
dalam tradisi Sunni senantiasa memberikan legitimasi keagamaan kepada
pemegang kekuasaan *de facto* (alias *waliul amri bisy syaukah*, menurut
istilah ulama Indonesia tahun 1950-an). Di sisi lain, juga ada pandangan
umum bahwa kekuasaan itu selalu korup dan berdekatan dengan mereka yang
sedang berkuasa akan merusak harkat moral ulama dan integritas ajarannya.




Ada sebuah hadis populer yang menganjurkan sikap menghindar dari penguasa,
yang sering dikutip dalam berbagai khotbah: *“Seburuk-buruk ulama adalah
mereka yang pergi menemui umara, sedangkan sebaik-baik umara adalah mereka
yang pergi menemui ulama*”. Berdasarkan penelitian hadis ini sebenarnya
“lemah” *(dha’if)*, tidak benar-benar meyakinkan keasliannya. Namun,
kenyataan bahwa hadis ini seringkali dikutip oleh para ulama dan da’i
populer di Indonesia menunjukkan bahwa kutipan di atas mengungkapkan
sesuatu yang mereka rasakan secara mendalam (Hal. 133).




Meskipun demikian – ulama mengharamkan politik – pada kenyataannya, seiring
perjalanan roda zaman banyak para ulama dan kiai yang bergelut dengan dunia
perpolitikan dan mendatangi para penguasa atas undangannya. Secara
analitik, Martin mencoba untuk menyatakan dalam buku ini bahwa para ulama
atau kiai lambat laun turun dan ikut berbaur dalam dunia politik meski pun
sebelumnya para ulama atau kiai sempat melarangnya. Hal ini tidak dapat
dimungkiri lagi, di berbagai parlemen dan birokrasi kenegaraan sudah banyak
mandat yang dipegang oleh para kiai yang memiliki legitimasi di mata
masyarakat.




Adanya analisis tentang aliran-aliran dan sempalan berbagai organisasi di
dunia dan Indonesia khususnya, mencerminkan sebuah ketimpangan dan
ketidakadilan atas kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Seperti
halnya Kartosoewirjo yang kecewa dengan keputusan Piagam Jakarta pada 22
Juni 1945 dengan penghapusan kalimat “*dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya*” oleh Soekarno tanpa sepengetahuan dirinya.




Sehingga terjadilah pemberontakan oleh Kartosoewirjo dengan mendirikan
Negara Islam Indonesia (NII). Kemudian NII dianggap sebagai pembangkang
bagi negara Indonesia. Namun, seandainya NII benar-benar terbentuk, lalu
negara demokrasi mencoba untuk mengubah bentuk NII, maka pendirian negara
demokrasi juga akan dicap sebagai pemberontak terhadap NII.




Kelemahan dalam analisis buku perjalanan rakyat kecil, Islam dan politik
oleh Martin tampak pada bagian awal bab buku ini yang hanya menceritakan
masyarakat Sukapakir. Padahal kajian masyarakat Sukapakir tidak banyak
dibutuhkan dalam analisis Islam dan perpolitikan untuk bagian-bagian
berikutnya. Selain itu, ketidakmampuan dan ketidakpekaan Martin dalam
menganalisis terhadap suatu hadis (2013:164) yang berbunyi:




*“Barang siapa menyaksikan kemungkaran, hendaklah ia mengoreksinya dengan
tindakan; jika tidak dapat berbuat demikian, hendaklah dia melakukannya
dengan kata-kata (yakni memberi peringatan atau menyampaikan protes); dan
jika hal ini pun tidak dapat dilakukan, hendaknya ia melakukannya dengan
hatinya (yakni, penolakan dengan diam atau, menurut sebagian, dengan berdoa
kepada Allah)”. H*adis ini sering menjadi pegangan Islam radikal, FPI,
Front Pembela Islam di Indonesia.




Satu di antara yang menjadi senjata aliran Islam radikal yang mengklaim
dirinya paling kuat dengan melakukan pengrusakan ketika melihat
kemungkaran. Padahal hadis tersebut dalam teks aslinya, yang termasuk
kategori paling lemahnya iman yaitu jika mengubah kemungkaran dengan
tindakan. Ingat saja kisah nabi Muhammad Saw. yang ditawari oleh malaikat
Jibril untuk memusnahkan kaumnya yang jahat dan sering melakukan maksiat
dengan menimpakan gunung Uhud pada mereka. Namun beliau menolak atas
tawaran Jibril. Inilah paling kuatnya iman yang dicontohkan oleh beliau.




Meskipun ada sejumlah kekuarangan dan kelemahan dalam buku ini, utamanya
dalam kajian teori, namun dengan cara yang menarik dan universal Martin
berhasil mengkombinasikan antara politik Indonesia dan politik yang
berkembang di luar negeri. Sehingga pandangan yang luas terkait
perkembangan politik dan Islam serta penyebab kemunculan aliran sempalan
bisa dilihat secara menyeluruh dalam kajian politik dan keislaman di
Indonesia. Maka dari itu, kita akan menemukan wajah baru tentang aliran
Islam, pemimpin, dan arus perjalanan politik di Indonesia. []






--
http://harian-oftheday.blogspot.com/


"...menyembah yang maha esa,
menghormati yang lebih tua,
menyayangi yang lebih muda,
mengasihi sesama..."

Kirim email ke