selamat menyimak...





salam,


ananto


---------- Forwarded message ----------
From: bambangsoesa...@yahoo.com
Date: 2014-07-01 0:47 GMT+07:00
Subject: OPINI: Pemimpin Baru






Pemimpin Baru di Bulan Ramadhan


Bambang Soesatyo

Anggota Komisi III DPR RI/
Presedium Nasional KAHMI 2012-2017
dan Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia


REPUBLIK Indonesia kembali hamil tua. Dari rahimnya, segera lahir pemimpin
baru dalam hitungan hari. Tidaklah mengada-ada untuk mengatakan bahwa
kehadiran pemimpin baru Indonesia itu sebagai berkah dan rida Allah SWT,
karena dia sudah bisa menampakan dirinya di Bulan Suci Ramadhan 1435
Hijriah ini.


Rakyat akan menentukan pilihannya pada 9 Juli 2014, atau hari kesepuluh
ibadah puasa Ramadhan tahun ini. Berkat mekanisme hitung cepat (quick
qount), petang hari itu juga, atau paling lambat 10 Juli 2014 esok harinya,
pemimpin terpilih sudah bisa diketahui. Perkiraan ini tentu saja tidak
bermaksud mendahului. Namun, mengacu pada pengalaman Pilpres terdahulu,
pemenang Pilpres 2014 mestinya sudah bisa ditetapkan petang hari itu juga,
 saat puluhan juta keluarga Indonesia sedang menyiapkan hidangan buka puasa
 pada 9 Juli 2014 itu.


Berkah Yang Maha Kuasa memang berlimpah untuk bangsa ini. Ketika kampanye
Pilpres kian memanas  dan mulai membuat gelisah banyak orang, bulan suci
Ramadhan datang menghampiri negeri dengan jumlah penduduk Muslim terbesar
di dunia ini. Sisi lain dari bulan Ramadhan adalah perintah kepada setiap
muslim untuk kembali fokus kepada Sang Pencipta dalam ritual puasa, menahan
dahaga dan lapar. Dahaga dan lapar tidak menyebabkan umat Muslim lemah,
sebab kekuatan  itu sejatinya bersumber dari Allah SWT.


Maka, ingar bingar kampanye Pilpres sudah mencapai puncaknya di penghujung
Juni 2014. Hari-hari sepanjang bulan suci Ramadhan di bulan Juli ini adalah
waktunya menahan diri dan menghalau semua nafsu dan berfikir jernih.
Memang, selain fokus beribadah, umat diwajibkan untuk tetap melaksanakan
semua kegiatan yang menjadi tugas dan tanggung jawab masing-masing
individu. Namun, semua kegiatan harus semata-mata bertujuan memuliakan
Allah SWT.


Karena masih dalam persiapan menuju pelaksanaan Pilpres, bisa dipastikan
bahwa banyak komunitas akan berinisiatif menyelenggarakan doa bersama,
memanjatkan harapan agar bangsa ini diberi pemimpin yang amanah. Kalau
suasana kebatinan masyarakat sudah seperti itu, kampanye hitam, fitnah,
hujatan serta sumpah serapah di ruang terbuka tidak boleh bergema sepanjang
bulan  suci ini.


Tidak berarti kampanye Pilpres harus dihentikan. Dengan sisa waktu yang
tidak banyak lagi, kampanye memang harus berlanjut dan diintensifkan.
Tetapi, mengikuti azas kepatutan di bulan Ramadhan, cara berkampanye tentu
saja harus berubah total. Mengumpulkan massa dan orasi di ruang terbuka

tampaknya tidak memadai lagi. Idealnya, yang dikedepankan kepada konstituen
adalah pendekatan dialogis berlandaskan Ukhuwah Islamiah (Persaudaraan
dalam Islam). Jika pendekatannya dialogis, baik Capres-Cawapres maupun
konstituen akan tergiring membahas hal-hal konkret, dan terhindar dari
keinginan menyerang kandidat lain.


Juga karena dialogis, tema yang dibahas lebih pada program-program konkret
yang berkait dengan kepentingan dan kebutuhan rakyat kebanyakan. Misalnya
tentang politik pangan, papan, pendidikan hingga kesehatan. Tentu saja
program-program besar seperti pembangunan infrastruktur dan mewujudkan
pusat pertumbuhan baru di luar Jawa juga perlu didiskusikan.


Momentum bulan Ramadhan  hendaknya dimanfaatkan Capres-Cawapres untuk lebih
mengampanyekan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan, serta menerima
perbedaan sebagai anugerah.


Dengan pola kampanye yang mengikuti azas kepatutan di bulan Ramadhan,
Pilpres 2014 akan berjalan mulus dan damai. Semua elemen rakyat pada
hakikatnya memang menginginkan Pilpres berlangsung sebagaimana mestinya dan
mencerminkan derajat keadaban. Jadi, jangan nodai bulan Ramadhan dengan
kepentingan sempit  tak terpuji yang berkait Pilpres. Sebaliknya, gelisah
dan cemas yang sempat tumbuh akibat kampanye yang kurang beretika bisa
terhapuskan berkat kekuatan bulan Ramadhan.


Kegembiraan Ramadhan


Kalau Pilpres sudah dipersepsikan sebagai kegemberian politik, yang
ditandai dengan tingginya aktivitas ribuan relawan, maka keterpilihan
pemimpin baru di bulan suci ini pun layak dijadikan kegembiraan ramadhan.
Utamanya karena Indonesia telah merampungkan salah satu agenda strategis
dengan selamat. Juga karena rakyat Indonesia semakin dewasa melakoni
demokrasi. Pemimpin terpilih pun akan tampil elegan karena dia lahir dari
suasana kondusif di bulan suci. Siapa pun dia pasti akan diterima sebagai
anugerah.


Tak banyak negara di kawasan Asia yang bisa mengaktualisasikan demokrasi
seperti yang dijalani Indonesia. Indonesia tidak mungkin lagi mundur dari
pencapaian yang tercermin dari Pilpres 2014. Demokrasi akan terus
bertumbuh. Ini sudah menjadi pilihan rakyat, sehingga semua potensi
gangguan yang coba mereduksi pencapaian itu akan kalah dengan sendirinya.


Belakangan ini, beberapa kalangan sering bertanya apakah suasana pasca
Pilpres 2014 akan kondusif? Pertanyaan ini menjadi sebuah kewajaran karena
pihak berwenang pun memprediksi kemungkinan terjadinya gangguan keamanan.
Apalagi, beberapa peristiwa berskala kecil sudah mendahuluinya, sebagaimana
yang terjadi di Yogyakarta.


Isu tentang potensi rusuh pasca Pilpres 2014 memang mulai menimbulkan
ekses. Kecenderungan yang menggelisahkan ini mestinya tidak ditolerir.
Karena itu, jajaran TNI, Polri dan BIN perlu memberi  jaminan atau
memastikan bahwa situasi pasca Pilpres 2014 tetap kondusif.


Dalam beberapa pekan terakhir ini, pergunjingan mengenai kemungkinan
terjadinya rusuh pasca Pilpres semakin marak. Boleh jadi karena Polri pun
sudah memprediksi kemungkinan terjadinya benturan fisik antarpendukung
pasangan calon presiden-calon wakil presiden di beberapa kota.


Situasi seperti ini menggelisahkan, dan mestinya tidak ditolerir. Eksesnya
sangat nyata. Pada pekan terakhir Juni 2014, depresiasi rupiah berlanjut.
Nilai tukar rupiah sudah tembus Rp 12.000, tepatnya Rp 12.103 per
dolar AS. Sepanjang pekan itu, rupiah sudah terdepresiasi 1,56 persen
terhadap dolar AS.


Di Bursa Efek Indonesia (BEI), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari
transaksi terakhir, Jumat (27/6), terkoreksi 27,28 poin.Faktor utama yang
memengaruhi situasi pasar valuta dan saham akhir-akhir ini adalah dinamika
politik menuju Pilpres yang terkesan tidak kondusif.


Kegelisahan sebagian masyarakat itu setidaknya telah disuarakan oleh mantan
Presiden Megawati Soekarnoputri, dalam konferensi pers di Hotel Horison,
Bekasi, Jumat (27/6). "Akhir-akhir ini, saya dengar rumor akan terjadi

huru-hara, saya sendiri tidak tahu siapa yang pertama menyebarkan rumor
itu," ungkap Megawati .


Kalau isu itu dibiarkan menjadi kenyataan, demokrasi Indonesia dipaksa
melangkah mundur. Hal ini mestinya tidak boleh terjadi. Syukur bahwa Polri,
TNI dan Badan Intelijen Negara (BIN) siaga dan terus memantau dinamika
publik.


Memantau keadaan saja barangkali belum cukup. Sebagai langkah preventif,
pihak berwenang tampaknya perlu berinisiatif membangun komunikasi dengan
tim pemenangan masing-masing kubu Capres-Cawapres. Tak sekadar
berkomunikasi, mereka diajak bekerjasama mewujudkan suasana kondusif dan
damai. Masing-masing kubu harus menyadari pentingnya menjaga stabilitas
politik dan keamanan dalam negeri. Mudah-mudahan, niat baik yang digagas di
bulan suci ini mendatangkan beribu manfaat.


Selamat Menunaikan Ibada Puasa.


*)Dimuat di Koran Sindo (30/6/14)
Link: http://m.koran-sindo.com/node/400735
Sent from my BlackBerry® via Smartfren EVDO Network






--
http://harian-oftheday.blogspot.com/


"...menyembah yang maha esa,
menghormati yang lebih tua,
menyayangi yang lebih muda,
mengasihi sesama..."

Reply via email to