al faatihah...

salam,
ananto




2014-07-19 21:59 GMT+07:00 Ade Hernowobroto hernowobr...@yahoo.ca
[keluarga-islam] <keluarga-islam@yahoogroups.com>:


>
>
> KH Idham Chalid dan Filosofi AirOleh Heru Budhiarto | Plasadana – Sen, 30
> Jun 2014
>
>
> Organisasi Nahdlatul Ulama (NU) kerap lekat dengan anggapan miiliknya
> orang Jawa, terutama Jawa Timur. Bahkan, muncul pula stereotip yang
> menyatakan ada syarat khusus agar bisa menduduki posisi puncak di salah
> satu organisasi muslim terbesar itu. Yakni, mesti berdarah biru alias
> keturunan langsung ulama besar tanah Jawa.
>
> Adalah KH Idham Chalid yang berhasil merobohkan pandangan itu. Pada 1952,
> Idham dipercaya menjabat Sekretaris Pengurus Besar NU. Bahkan empat tahun
> berselang, tokoh kelahiran 27 Agustus 1922 ini terpilih sebagai ketua umum
> menggantikan KH Hasan Gipo.
>
> Idham sendiri lahir di Setui, dekat kecamatan Kotabaru, bagian tenggara
> Kalimantan Selatan. Ketika berusia enam tahun, keluarganya pindah ke
> Amuntai, sekitar 200 km dari Banjarmasin.
>
> Ayahnya, H Muhammad Chalid, hanya berprofesi sebagai penghulu di pelosok
> Amuntai. Jika melihat latar belakangnya, Idham jelas-jelas tidak memenuhi
> syarat untuk menjadi pejabat teras NU, baik secara garis keturunan maupun
> tempat kelahiran.
>
> Namun berkat kepandaian dan kerja kerasnya, mantan Anggota Dewan
> Pertimbangan MUI itu mampu memegang posisi kunci di organisasi
> kemasyarakatan itu. Idham memang politisi air. Menyesuaikan diri dengan
> lingkungan adalah keahliannya. Karena itu, Idham mudah diterima semua
> kalangan.
>
> Menurut Idham, seperti ditulis Ahmad Muhajir dalam buku berjudul "Idham
> Chalid: Guru Politik Orang NU", politisi yang baik mestilah memahami
> filosofi air. Apabila air dimasukkan di dalam gelas, ia akan berbentuk

> gelas. Bila dimasukkan ke dalam ember, ia berbentuk ember. Sedangkan bila
> dibelah dengan benda tajam, ia akan terputus sesaat dan cepat kembali ke
> bentuk aslinya.
>
> Selain itu, kata Idham, air juga selalu mengalir ke tempat yang lebih
> rendah. Jika disumbat atau dibendung, ia bisa bertahan, bergerak elastis
> mencari resapan. Apabila dibuatkan kanal, air mampu menghasilkan tenaga
> penggerak turbin listrik serta mengairi sawah dan tanaman sehingga berguna
> bagi kehidupan makhluk di dunia.
>
> Kelihaian Idham dalam membangun argumentasi dan retorika, sebenarnya telah
> muncul sejak remaja. Saat belajar di Sekolah Rakyat Amuntai, Idham gemar
> berpidato di hadapan teman-temannya. Meski belum genap berusia 13 tahun,
> Idham telah memiliki teknik dan bekal kepercayaan diri yang tinggi.
>
> Setelah lulus dari sekolah rakyat, pada 1935, Idham melanjutkan
> pendidikannya ke sebuah lembaga pendidikan Islam bernama Madrasah al
> Rasyidiyyah. Tiga tahun kemudian, atas usulan pihak madrasah, Idham
> disarankan menyebrang ke tanah Jawa guna mendalami ilmu agama di Pondok
> Pesantren Gontor, Jawa Timur.
>
> Saat berguru di pondok tersebut, Idham kembali menunjukan kecerdasannya.
> Ia lulus lebih cepat dua tahun dibanding teman-teman seangkatannya.
> Walhasil, setelah lulus, Idham langsung direkrut dan ditugaskan
> pesantrennya untuk mengajar di Madrasah Pesantren Gontor Ponorogo bagian
> Tinggi (Bovenbouw Kweek School Islam).
>
> Karier di NU baru dimulai pada 1950, ketika dia aktif dalam Gerakan Pemuda
> Ansor, sebuah organisasi kepemudaan sayap NU. Sejak itu, Idham hanya
> membutuhkan waktu enam tahun hingga mencapai posisi puncak dari organisasi
> yang didirikan oleh Kiai Hasyim Asy’ari itu.
>
> Bahkan, kepemimpiman Idham selama menjadi Ketua Umum NU merupakan yang
> terlama selama ini, yaitu mencapai 28 tahun. Catatan itu membuktikan bahwa
> NU bukan saja milik kiai Jawa Timur, melainkan Indonesia secara keseluruhan.
>
> Sementara di pemerintahan, Idham tercatat pernah menduduki beberapa
> jabatan strategis, seperti: Anggota Konstituante, Wakil Perdana Menteri,
> Menteri Utama Bidang Kesejahteraan Rakyat, Ketua Badan Pertimbangan
> Penanggulangan Bencana Alam Nasional dan Keluarga Berencana. Selain itu,
> Idham juga pernah menempati posisi Menteri Sosial , Ketua DPR RI, Ketua MPR
> RI, dan Ketua Dewan Pertimbangan Presiden.
>
> Dalam perjalanan karirnya, satu hal yang identik dengan sikap Idham adalah
> selalu mampu menyesuaikan diri dengan zaman. Filosofi air benar-benar
> djalankan, termasuk pada masa pemerintahan Soekarno. Saat sebagian kiai NU
> menolak gagasan demokrasi terpimpin dan Nasakom (Nasionalisme, Agama, dan
> Komunis), Idham justru mendukungnya.
>
> "Komunisme seperti halnya anjing adalah najis. Akan tetapi, Soekarnoisme
> itu tidaklah najis karena dia bukan komunisme. Paling banter Soekarnoisme
> itu adalah seperti anjing laut," ujar Idham seperti dinukil dari buku
> "Kesaksian Wakil Komandan Tjakrabirawa: Dari Revolusi 45 sampai Kudeta 66"
> karangan H. Maulwi Saelan. "Dan sebagaimana Anda ketahui, anjing laut
> menurut Islam tidaklah najis."
>
>
>






--
http://harian-oftheday.blogspot.com/


"...menyembah yang maha esa,
menghormati yang lebih tua,
menyayangi yang lebih muda,
mengasihi sesama..."
  • [keluarga-islam] K... Ade Hernowobroto hernowobr...@yahoo.ca [keluarga-islam]
    • Re: [keluarga... Ananto pratikno.ana...@gmail.com [keluarga-islam]

Kirim email ke