JELANG MUKTAMAR Ke-33 NU

Inilah Kekhasan Aswaja NU


Selasa, 31/03/2015 13:01






[image: Inilah Kekhasan Aswaja NU]






Jakarta, *NU Online*
Peserta bahtsul masail pra muktamar NU di pesantren Krapyak, Yogyakarta,
membuat sejumlah rumusan perihal penanda khas Aswaja yang dipahami dan
dipraktikkan NU. Sidang yang dipimpin KH Muqsith Ghozali dari Situbondo ini
menampung pendapat peserta yang didasarkan pada rujukan kitab dan
praktiknya oleh walisongo.


Pada kegiatan yang berlangsung Sabtu hingga Ahad dini hari (28-29/3),
Muqsith membuka sidang dengan penetapan gambaran konsep khosois Awaja yang
sudah jelas secara syariah ialah *Ma ana alaihi wa ashhabi*. Sedangkan
secara isthilah merujuk pada salah satu dari empat mazhab di bidang fiqih,
di bidang aqidah mengikuti Asy’ari dan Maturidi, dan di bidang tasawuf
mengikuti Junaid Al-Baghdadi dan Al-Ghozali.


“Padahal kalau kita merujuk pada Irsyadus Sari, Mbah Hasyim menyebut Abul
Hasan As-Syazili dan Al-Ghozali. Tetapi tidak masalah, kita konsisten pada
yang sudah maklum saja,” kata Muqsith.


Menambahkan poin penanda kekhasan Aswaja NU dari kelompok lain, Ketua LBM
PWNU Yogyakarta KH Muzammil mengajak para kiai untuk merujuk pada sejarah
masuknya Islam di Indonesia dan walisongo. NU dengan bintang 9 itu
diartikan sebagai walisongo.


“Aswaja NU tidak cukup sekadar ‘*Ma ana alaihi wa ashabi*’, tetapi juga
mengikuti cara-cara Walisongo dalam mempraktikkan dan mendakwahkan Islam di
tengah masyarakat. Termasuk khosois Aswaja an-Nahdliyah ialah menempatkan
ulama sebagai panutan baik sebagai pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara,” kata Muzammil.


Ia juga menyebut keramahan terhadap budaya lokal sebagai penanda khas
Aswaja NU. “Yang dilakukan para wali ialah tidak melakukan pemberangusan
tetapi mengisi budaya lokal sesuai nilai Islam, bukan pembumihangusan.
Mengedepankan maslahat, membangun harmoni. Secara garis besar, khosois
Aswaja NU mengacu pada cara beragama para wali.”



Sementara Kiai Aniq Muhammadun dari Pati menyebut Aswaja ala NU itu sudah

tertuang pada Qanun Asasi yang dikonsep oleh Mbah Hasyim. “Sebab yang di
luar NU, itu tidak mau bermadzhab dan bertasawuf. Menurut saya, itulah
khosois Aswaja bagi NU,” kata Kiai Aniq.


Di akhir sidang, Muqsith menyebutkan kembali secara umum bahwa aqidah
ushuliyah merupakan titik temu NU dengan kelompok Islam lainnya. Sementara
aqidah furu’iyah seperti tahlil, tawassul, ziarah kubur, talqin, fidyah,
tarekat, manaqib, menjadi penanda khas NU. “Aqidah furuiyah ini menjadi
titik beda NU dengan yang lainnya. Kalau yang di sini tahlil, yang di sana
tidak maka yang di sana tidak mesti kafir,” ujar Muqsith.


Di bidang politik, kekhasan Aswaja NU terletak pada penerimaan Pancasila
dan NKRI. Demikian juga dalam bidang ekonomi, Aswaja NU tidak mendukung
kapitalisme atau komunisme. Bahan-bahan ini akan disempurnakan pada forum
bahtsul masail di Muktamar NU Agustus mendatang. Kekhasan ini sengaja
diangkat mengingat kini banyak kelompok yang juga mendaku sebagai kelompok
ahlus sunnah wal jamaah, kata Muqsith. (*Alhafiz K*)






Sumber:


http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,58539-lang,id-c,nasional-t,Inilah+Kekhasan+Aswaja+NU-.phpx






--
http://harian-oftheday.blogspot.com/


"...menyembah yang maha esa,
menghormati yang lebih tua,
menyayangi yang lebih muda,
mengasihi sesama..."

Kirim email ke