Pondok Pesantren Bustanul Ulum, Mlokorejo, Puger, Jember – Jawa Timur





[image:
http://2.bp.blogspot.com/-VZWYHkayNKI/U67dceFA9yI/AAAAAAAAAF8/aMZPRL-T4vU/s1600/DSC04443+blog.jpg]






*Sejarah Berdiri dan Keberlangsungan Pondok Pesantren Bustanul Ulum
Mlokorejo*






Pada pertengahan abad ke-18 di desa Mlokorejo berdiri sebuah tempat yang
dijadikan sebagai pusat pembelajaran al-qur’an dan kajian daftar ilmu agama
Islam lainnya tempat ini didirikan oleh penyiar agama Islam yang bernama
KH. Harun bersama istrinya Ny. Hj. Khodijah salah seorang pedagang dari
Madura, KH. Harun mempunyai tiga orang putra dan satu putri, putri KH.
Harun bernama Habibah yang dikenal dengan Ny. Hj. Maimunah dan di kemudian
hari di nikahkan dengan pemuda yang bernama Hasyim atau KH. Irsyad hasyim
salah santru santri Syaikhona KH. Moch. Kholil Bangkalan dengan bekal ilmu
pengetahuan, kepandaian dan keistiqomahannya KH. Irsyad hasyim terus
berupaya mengembangkan tempat pengajian tersebut hingga terwujud sebuah
pesantren, pasangan KH. Irsyad hasyim dan Ny. Hj. Maimunah mempunyai tujuh
orang putra yaitu Ny. Hj. Hamidah Hasyim, Moch. Kholil beliyau wafat muda,
KH. Hasan Basri Hasyim, KH. Khotib Hasyim, Ny. Hj. Khoiriyah Hasyim, KH.
Abdul karim Hasyim dan Ny Hj. Juwariah Hasyim. Setelah salah satu putri KH.
Irsyad Hasyim yang bernama Ny. Hj. Hamidah Hasyim menikah kepemimpinan
pesantren ini diserahkan kepada menantu beliau yang bernama KH. Hj.
Abdullah Yaqien alumni PP. Darul Ulum Banyu Anyar dan PP. Al Wafa Tempurejo
seiring dengan bertambahnya para santri dan semakin banyaknya santri yang
berminat untuk menetap, pada tahun 1940 atas saran KH. Ali Wafa Tempurejo
(pengasuh PP. Al Wafa Temporejo).






KH. Abdullah Yaqien memberi nama pesantren dengan nama pondok pesantren
Bustanul Ulum, dalam rangka turut berpartisipasi mencerdaskan anak bangsa
dan adanya angapan bahwa seorang santri juga harus memahami berbagai ilmu,
pada tahun 1950 Pondok Pesantren Bustanul Ulum membuka sekolah formal.
Sekolah formal tersebut dibuka dari lembaga yang paling rendah yaitu
roudatul Atfal sampai lembaga tinggi pada saat itu yaitu Pendidikan Guru
Agama (PGA) setelah berbagai lembaga formal didirikan pada tahun 1956 KH.
Abdullah Yaqien mendirikan Yayasan Wakaf Pendidikan Islam (YWPI). Pendirian
yayasan ini dimaksudkan untuk memayungi berbagai lembaga formal dan
non-formal kemudian turut bergabung dengan Pondok Pesantren Bustanul Ulum
Mlokorejo. Sejak didirikannya Yayasan Wakaf Pendidikan Islam (YWPI)
perjalanan Pondok Pesantren Bustanul Ulum semakin berkembang. Perkembangan
ini ditandai dengan dibukanya beberapa cabang madrasah atau sekolah dan
persantren di luar pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo. Sebagai Ketua
Yayasan KH. Abdullah Yaqien berkeinginan agar yayasan tidak hanya mengurusi
masalah diberbagai Pendidikan .Tetapi, juga turut berkiprah dan
mensejahterakan masyarakat khususnya masyarakat disekitar pesantren. Pada
tahun 1979 Yayasan Wakaf Pendidikan Islam (YWPI) dirubah atau disempurnakan
menjadi Yayasan Wakaf Sosial Pendidikan Islam (YWSPI) dengan akta pendirian
nomor 35 tanggal 14 Maret 1979.






Pada tahun 1988, KH. Abdullah Yaqien kesehatannya sudah mulai terganggu
sebab senjanya usia beliau sehingga pucuk kepemimpinan dipegang Oleh KH.
Syamsul Arifin Abdullah (putra pertama beliau) yang telah tuntas
menyelesaikan jenjang pendidikan di Umm Qura Mekkah dengan bimbingan
halaqah mudarris Masjidil Haram dibawah asuhan ulama` terkemuka pada
zamannya seperti: Sayyid Muhammad bin Alawi, Syekh Ismail Zain Al-yamani,
Syekh Abdullah Dardum dan Masyaikh madrasah Shalutiyah*.*






Maka pada tahun 1989 lembaga pendidikan Formal di lingkungan Pondok
pesantren Bustanul Ulum di non-aktifkan. Hal ini sangat tepat mengingat
saat itu lembaga pendidikan formal kurang maksimal karena kurang
tersedianya sumber daya manusia yang memadai. KH. Syamsul Arifin Abdullah
memutuskan untuk mengembalikan pesantren ini pada bidang salafiyah dengan
harapan para santri menjdai generasi yang *tafaqquh fi addin* yaitu
generasi yang menjalani kehidupan sesuai dengan syariat Islam. Seiring
dengan berkembang zaman dan pembelajaran non-formal saja belum cukup. Para
sesepuh, pengurus dan wali santri mengaharapkan agar di lingkungan Pondok
Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo didirikan kembali sekolah formal. Setelah
melalui proses musyawarah yang panjang akhirnya pada tahun 2000 SMP Plus
Bustanul Ulum didirikan. Melihat keberminatan santri yang semakin tingggi
terhadap ilmu formal, tiga tahun kemudian didirikanlah SMA Sultan Agung
Filial Mlokorejo yang dua tahun kemudian berganti nama menjadi SMA Plus
Busatanul Ulum pada awal 2007. Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo
bekerja sama dengan Universitas Islam Jember (UIJ) untuk membuka kelas
filial di lingkungan Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo.










*Sistem dan Dinamika Pendidikan Di Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo*






Pada awal sistem pendidikan yang diajarkan, para pengajar di PP. Bustanul
Ulum mengunakan paradigma lama yaitu sorogan yang berupa halaqah di
mushalla sesuai dengan *tren mode* *education* saat itu, serta pengaruh
dari pesantren tempat belajar para pendiri pesantren. Namun, seiring
berputarnya roda perkembangan zaman yang menuntut agar setiap *insan*
memiliki dua aspek ilmu yaitu ilmu *duniawi* yang memberikan gambaran
tentang kesuksesan hidup dan ilmu *ukhrawi* yang lapangan operasi efeknya
mencakup pada kehidupan setelah kematian. Maka Pondok Pesantren Bustanul
Ulum menggelar pendidikan formal dan non-formal yang terdiri dari:






LEMBAGA NON FORMAL


§  TPQ Bustanul Ulum (Khusus Anak Dari Luar Pesantren)


§  Madrasatul Qur’an Al-Lailiyah


§  Madrasah Ibtidaiyah (Ula)


§  Madrasah Tsanawiyah (Wustho)


§  Madrasah Aliyah (Ulya)


§  Tahassus Pesantren


§  Halaqah Kitab Kuning






LEMBAGA FORMAL


§  R.A Al Musthafa


§  MI Bustanul Ulum (Terakreditasi B)



§  Smp Plus Bustanul Ulum (Terakreditasi A)


§  Sma Plus Bustanul Ulum (Terakreditasi A)


§  Universitas Islam Jember filial Mlokorejo dengan dua jurusan, yaitu
Bahasa Inggris dan


§  Matematika






Sebutan bagi santri yang sudah mengenyam pendidikan perguruan tinggi adalah
mahasantri, yang mayoritas meneruskan di Universitas Islam Jember kelas
filial Mlokorejo, UNEJ, STAIN Jember, UNMUH Jember, UIN Syarif Hidayatulah
Jakarta, UNJ, UIN Sunan Kalijaga, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, UNAIR,
UNESA, IAIN Sunan Ampel Surabaya, Jami`ah Al – Ahqaff Hadramaut Yaman
bahkan juga pada perguruan tinggi tertua Universitas Al – Azhar Cairo Mesir.










*Peranan Sosial, Ekonomi, Budaya, dan Politik Pondok Pesantren Bustanul
Ulum Mlokorejo*






Sosial






Telah kita ketahui, bahwa Pondok Pesantren Bustanul Ulum ini berada dibawah
naungan yayasan wakaf sosial pendidikan Islam atau yang lebih akrab dikenal
YWSPI. Jadi peranan sosial yang ada dalam lembaga maupun pribadi masyayikh
tercurahkan pada yayasan dengan bentuk bermacam – macam. Salah satunya
adalah diadakannya* ijtima`* masyarakat yang tinggal di lingkungan sekitar
area pesantren dan para alumni serta *elemen* masyarakat yang peduli setiap
bulan sekali dalam rangka *silaturrahim* dengan pengasuh sebagai cermin
hubungan sosial yang kuat serta setiap minggu bagi kaum muslimat.


Peran sosial yang tampak juga bisa dilihat dari organisasi ekstra pesantren
yang senantiasa melakukan bakti sosial kepada masyarakat, seperti :


- IKABU (Ikatan Keluarga dan Alumni Bustanul Ulum), dengan program kerja
membangun kemajuan masyarakat desa masing masing komisariat desa, baik dari
ahwal maupun yang lain – lain.


- FKSBU (Forum Komunikasi Santri Bustanul Ulum), yang setiap tahun sekali
mengadakan pengajian umum disetiap daerah asal santri dengan mengundang
masyayikh pondok pesantren bustanul ulum.


- Markaz lughatain (Pusat studi bahasa Arab dan Inggris), lembaga yang
selalu siap mempresentasikan bahasa asing disekolah – sekolah dengan tajuk
memarakkan pendidikan. Sehingga melahirkan terangsangnya sekolah yang
dikunjungi memasukkan para tamatan terbaiknya ke pondok pesantren bustanul
ulum.






Ekonomi






Sebagai lembaga besar yang memiliki tanggung jawab besar, baik dari segi
sarana dan prasarana. Maka pondok pesantren yang pernah dikunjungi oleh
tokoh – tokoh Nasional maupun Internasional ( seperti: Dr. M. Natsir,
Jendral Basofi Sudirman, Letjen Rahmat Kertakusuma, Prof. Dr. Syarif
Thayyib, Muhid Muzadi, Syeikh Ismail Az zain Al yamani, Syekh Muhammad
Dardum hingga Sulthanul Ilm al Habib Salim bin Abdullah As – Syathiri
Hadramaut). Ini tentunya memiliki sumber dana yang diharuskan cukup
memenuhi biaya operasional dan pemasukan. Maka sampai saat ini ada beberapa
bentuk bisnis yang dilakukan diantaranya adalah:






- Perikanan


Terdiri dari ternak ikan Gurami, Mujair, Lele dan Nila


- Pertokoan


Mencakup koprasi pusat, kantin makanan, warnet dan wartel


- Pertanian


Mengikuti arus musim, seperti padi, jagung, dan melon


- Pengembangan aneka bibit bunga


- Jati garden area






Budaya






Ada beberapa budaya menarik, yaitu setiap kali berpapasan dengan muallim
maka mayoritas santri maupun masyarakat akan bersalaman dengan sang guru.
Konon, budaya ini merupakan pelestarian dari budaya yang dilakukan oleh
para sahabat terhadap Nabi Muhammad SAW. selain itu ada juga budaya terlalu
berlebihan dalam memberikan ta`dzim bahkan sampai menundukkan kepala ketika
melihat keluarga *dalem. *Hal ini disebabkan budaya masyarakat masih
terkontaminasi budaya hindu – budha, karena diyakini keluarga besar pondok
pesantren bustanul ulum ini masih mempunyai garis keturunan dengan kerabat
Majapahit jika dilihat dari garis keturunan KH. Abdullah Yaqien sampai
bertemu pada pangeran Batu Putih Sumenep, sedangkan dari garis keturunan
Ny. Hj. Karimah Aschal keluarga besar pondok pesantren bustanul ulum ini
sampai pada Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan hingga ke Syarif
Hidayatullah atau yang lebih dikenal dengan Sunan Gunung Jati.






Politik






Sampai saat ini Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo merupakan salah
satu lembaga yang tidak begitu menggubris ke arena politik karena dinilai
terlalu merugikan beberapa pihak.






Padahal jika dilihat dari sesepuhnya, pesantren ini memiliki posisi
strategis jika berpartisipasi ke ranah politik (sebab dulu, KH. Abdullah
Yaqien adalah salah satu anggota penasehat syari`ah Masyumi namun KH.
Syamsul Arifin Abdullah tidak tertarik pada dunia politik yang cenderung
menipu, sedangkan mertua beliau KHS. Abdullah Schal adalah tokoh
kharismatik NU bahkan termasuk salah satu dari tim 17 pendiri PKNU)










*Analisa Buku Wajib*






Berikut skema buku wajib dari semua marhalah (jenjang pendidikan)






Ibtida`iyah


§  Ahlaq lil banin / lil banat Hadis budi luhur


§  Hadis Arba`in li an nawawi Aqidatul awam


§  Safinatunnajah Amtsilatuttashrif



§  Tariekh islam juz I – 4 Jurmiyah


§  Imrithi Kailani



§  Maqsud Ta`limul muta`allim


§  Fathul qarib Risalatul mustaihadzah






Tsanawiyah


§  Husnussiyaghah Sullamul munawwaraq


§  Kifayatul akhyar Assullam


§  Bulughul maram Rubu`


§  Alfiyah ibnu malik Alfiyah ibnu aqil


§  Ainul yaqien Attibyan


§  Riayadusshalihin Sullamuttaufiq


§  Nasaihuddiniyah Durratunnashihin






Aliyah


§  Pendalaman terhadap kitab – kitab :


§  Ihya` ulumuddin Alfiyah ibnu malik


§  Maqsud Ainul yaqien


§  Kifayatul akhyar Bidayatul mujtahid






Sedangkan bagi siswa pendidikan formal selain buku – buku kurikulum
departemen pendidikan nasional yang di gabung dengan metode ala Timur
Tengah, area pendidikan agamanya mengikuti kelas masing – masing pada
tingkat non-formal atau sering pula disebut diniyah.











*Alamat*






Jl. KH. Abdullah Yaqin 1-5 Mlokorejo Puger Jember Kode Pos 68164 Telp. 0336
721234 - 721444 – 721555






Sumber:


http://mlokorejo.blogspot.com/






--
http://harian-oftheday.blogspot.com/


"...menyembah yang maha esa,
menghormati yang lebih tua,
menyayangi yang lebih muda,
mengasihi sesama..."

Kirim email ke