Buya Leter, Sosok Pemegang Teguh Agama dengan Adat





[image: Buya Leter, Sosok Pemegang Teguh Agama dengan Adat]






Tidak banyak ulama yang mampu memahami pertautan agama dengan adat
Minangkabau di Sumatera Barat. Di tengah mencuatnya Islam Nusantara yang
mengakar dan tumbuh di tengah masyarakat Indonesia, di Sumatera Barat
dikenal ungkapan Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS SBK).




Ungkapan ini menempatkan bagaimana adat Minangkabau yang sudah ada di
tengah masyarakat Minangkabau dapat diselaraskan dengan nilai-nilai agama
Islam. Adat yang sudah duluan ada di tengah masyarakat, tidak
dipertentangkan dengan Islam. Namun bagaimana  adat tersebut dapat dijiwai
dengan nilai-nilai agama. Buya Leter adalah sosok pemegang teguh perpaduan
tersebut.




Sosok A'wan PBNU Buya Drs. H. Tuanku Bagindo Mohammad Leter, yang masuk
dalam daftar 39 ulama yang diusulkan sebagai calon anggota Ahlul Halli wal
Aqdi merupakan ulama Minang yang mampu memadukan adat Minang dengan
nilai-nilai Islam yang ada di Sumatera Barat.  Buya Leter kelahiran
Pakandangan 16 April 1934, diangkat menjadi tuanku di Surau (Pesantren)
Mato Aia, Pakandangan, Kabupaten Padangpariaman, Sumatera Barat tahun 1971.
Itu artinya  Leter sudah diakui sebagai tamatan pesantren dan memiliki
pengetahuan agama.




Sebelumnya, Buya Leter sudah belajar di Madrasah MIT Pakandangan tahun
1948. Melanjutkan pendidikan ke SMP Persatuan Guru Indonesia Bukittinggi
(1948) dan menamatkannya di SMP IPP Bukittinggi tahun 1953. Masuk Sekolah
Guru dan Hakim Agama (SGHA) Negeri tahun 1956 di Yogyakarta. Dari sana,
Leter menamatkan sarjana muda IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 1964
Fakultas Tarbiyah. Sedangkan sarjana lengkap diselesaikan tahun 1970 di
tempat yang sama.




Pada masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan dari kolonial Belanda,
tahun 1947-1948 Leter bekerja di bengkel senjata Mobil Brigade (sekarang
Brimob) di Bukittinggi. Dari sana, menjadi Tentara Pelajar (1948-1949) di
Bukittinggi. Tamat SGHA, Leter diangkat menjadi PNS di Kabupaten Bengkalis,
ditempatkan di Bagansiapi-api menjabat Kepala Sekolah Pendidikan Guru Agama
Pertama (PGAP) Alwashliyah (1957-1961).




Ketika di Yogyakarta tahun 1954, Leter turut aktif dalam pendirian Ikatan
Pelajar Nahdlatul Ulama bersama Prof.Dr. KH Chatibul Umam (sekarang salah
seorang pengurus PBNU). Di tengah sibuk menyelesaikan kuliah tahun 1966,
dipanggil mengikuti wajib militer untuk SEPACAD-AD di Bandung. Setelah
mengikuit latihan 6 bulan, muncul kebimbingan antara ingin meneruskan karir
militer, menyelesaikan sarjana lengkap IAIN dengan kembali ke PNS.
Akhirnya, melalui SK Menteri Agama, 31 Agustus 1967 ditugaskan menjadi
Penilik Pendidikan Agama di Kabupaten Padangpariaman. Hanya dua bulan
kemudian, Bupati Padangpariaman Mohammad Noer memintanya jadi anggota
DPRDGR Padangpariaman dari Partai Nahdlatul Ulama, terpilih menjadi Wakil
Ketua I DPRDGR Padangpariaman hingga 1971.




Dari Padangpariaman, Leter pindah bertugas ke Departemen Agama Sumatera
Barat. Sebagai ulama, dipercaya sebagai Sekretaris Majelis Ulama Indonesia
(MUI) Sumbar (1975-1991). Tahun 1979 Leter diminta menjadi pengurus Golkar.
Leter menolak karena semua orang tahu ia dari Partai NU dulunya.




"Kalau Buya tidak masuk, tidak ada ulama di Golkar. Siapa yang akan
memberikan nasehat jika dibutuhkan. Jangan-jangan orang lain yang tidak
jelas keulamaannya. Setelah berkonsultasi dan restu dari tokoh NU di
Sumatera Barat, saya pun bersedia. Karena tujuannya juga untuk berdakwah,
menegakkan Islam Ahlussunnah Waljamaah. Ternyata langsung ditempatkan di
jajaran Wakil Ketua DPD Golkar Sumatera Barat," kenang Buya Leter, yang dua
periode menjadi anggota DPRD Sumatera Barat, kepadaNU Online Selasa
(14/7/2015) di kediamannya, kawasan Ulakkarang Padang.




Setelah tidak di politik, aktifitas Leter tidak pernah sepi. Berdakwah ke
berbagai masjid, surau,  majelis taklim. Belum lagi berbagai pertemuan
ilmiah, seminar, pelatihan, workshop dan diskusi. Sebagai Wakil Ketua
Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) periode 2005-2010, Leter
semakin memiliki ruang memadukan adat Minangkabau dengan agama Islam. Leter
paham betul bagaimana perpaduan adat Minang  dan Islam sebagaimana
 ungkapan  Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS SBK). Dengan
jejak rekam itu, nyaris tidak ada masyarakat di Sumatera Barat yang tak
kenal dengan Buya Leter ini. Banyak tokoh nasional yang datang ke Sumatera
Barat, Buya Leter turut mendampinginya.




Penulis buku, Tuntutan Rumah Tangga Muslim dan Keluarga Berencana ini,
belakangan sering mengisi dakwah di Stasiun TVRI. "Materi yang disampaikan
Buya Leter menarik, simpel dan mudah dipahami. Saya senang dan sering
nonton," tutur Pengurus PP Lesbumi M. Dinal kepada NU Online  beberapa
waktu lalu di Jakarta.




Aktivitas organisasi yang dilalui  Leter diantaranya, Sekretaris  Ikatan
Pemuda Pelajar Indonesia Bukittinggi (1950-1952), Ketua Umum Persatuan
Pelajar Sekolah Guru (PPSG) Daerah Istimewa Yogyakarta (1955-1957),
Pengurus Cabang PII (Pelajar Islam Indonesia) Cabang Yogyakarta
 (1954-1956), Sekretaris Dewan Mahasiswa IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
(1964-1966), Wakil Ketua Presiden MMI (Majelis Mahasiswa Indonesia)
Yogyakarta (1965-1967), Ketua Koordinator Dema/Sema Universitas dan
Perguruan Tinggi Islam  DI. Yogykarta ( 1965 - 1967), Pengurus Ex. Tentara
Pelajar/ Pelajar Pejuang Sumatera Tengah Komisaris Daerah Sumatera Barat
(1980), Anggota LAKSUSDA Penanggulangan Bahaya Komunis Kodam III/ 17
Agustus (1981-1983), Wakil Ketua PKBI Prop. Sumatera Barat (1981-1989),
Wakil Sekretaris Panitia MTQ tingkat Nasional ke XIII  di Sumatera Barat
(Padang) (1982-1983), Wakil Ketua PDK Kosgoro Prop. Sumatera Barat
(1986-1991), Ketua Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Propinsi
Sumatera Barat (1988-1993), Ketua Satkar Ulama Prop. Sumatera Barat
 (1994-1999), Wakil Ketua I PMI  (Palang Merah Indonesia) Prop. Sumatera
Barat  (1994-sek.), Wakil Ketua LPTQ (Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran)
Prop. Sumatera Barat ( 1999-sek.), Ketua Umum Ikatan Mubaligh Sumatera
Barat (2002-sek.), Musytasar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Sumatera
Barat (2003 – 2004), Wakil Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama
Sumatera Barat (2005 – 2010) dan sekarang A'wan PBNU (2010-2015). []






(Armaidi Tanjung)






--
http://harian-oftheday.blogspot.com/


"...menyembah yang maha esa,
menghormati yang lebih tua,
menyayangi yang lebih muda,
mengasihi sesama..."

Kirim email ke