Semoga kita tidak tergolong pada hal yang tidak sesat :-))

      salam - l.meilany
     


     ------------------------------------------
      Aliran Sesat atau Gangguan Delusi?
      Jakarta, Kompas , Jum'at 6 Januari 2006


     

     Oleh: Nalini Muhdi Agung Psikiater di RSU Dr Soetomo/ FKUnair, Surabaya

      Komunitas Eden. Komunitas surga ala Lia Aminuddin telah disikapi dengan 
dua cara pendekatan. Pendekatan keamanan sudah dilakukan lewat penahanan Lia 
dengan alasan mengganggu serta meresahkan masyarakat. Dengan pendekatan agama, 
MUI menstempel komunitas Lia sebagai aliran sesat.

      Tidak adakah wajah lain yang bisa dilihat dari aktivitas "komunitas Eden" 
tersebut? 
     

Padahal, kalau kita mau menyimak lebih luas, semestinya pihak keamanan, kaum 
agamawan, serta masyarakat bisa lebih arif menyikapi dan komprehensif dalam 
melihat permasalahan ini.

Tak cuma kasus Lia yang baru saja terjadi. Ingatan kita masih segar dengan 
kasus sekte Hari Kiamat di Bandung lebih dari setahun lalu. Atau kasus aliran 
Madi di Palu, sinkretisme Islam dengan animisme.

Tidak hanya di Indonesia, di Amerika pun pernah heboh oleh kasus People's 
Temple-nya Jim Jones yang berbunuh diri ria bersama 900 pengikutnya dengan 
menenggak soft drink "rasa" sianida di Guyana pada tahun 1978. Begitu pula pada 
tahun 1997, masyarakat di sana dikejutkan dengan kasus Heaven's Gate yang 
melakukan tindakan serupa. Masih banyak lagi kelompok sewarna yang luput dari 
pemberitaan.

Gejala delusi

Masalahnya, tak dapat dimungkiri bila tidak sedikit komunitas seperti itu 
dipelopori oleh pemimpin yang sejatinya sedang menampilkan gejala psikiatrik 
berupa suatu delusi atau waham kebesaran (delusions of grandeur atau 
megalomania) yang melekat sebagai gejala gangguan delusional. Jadilah mereka 
pemimpin kelompok keagamaan yang sangat karismatik bagi pengikutnya, atau 
menjadi dukun, paranormal, atau orang yang punya kesaktian. Meskipun bukannya 
menuduh semua orang yang mempunyai "kelebihan" ini mengidap gangguan jiwa.

Waham kebesaran yang kebetulan berisi "pesan religius" bisa berupa keyakinan 
absolut bahwa mereka mendapatkan wahyu lewat bisikan atau mimpi (yang tak lain 
adalah halusinasi ataupun ilusi) yang mengatakan mereka adalah titisan orang 
suci, malaikat, nabi, bahkan Tuhan atau mereka diberi kekuatan linuwih untuk 
bisa menyembuhkan orang sakit atau menyelamatkan umat manusia. Lantas didukung 
oleh lingkungan yang kebetulan kondusif bagi mereka dan kian menetap menjadi 
suatu delusi kebesaran. Tanpa suatu intervensi psikiatrik yang memadai, gejala 
tersebut menggelinding bagai bola salju, kian besar dan aneh, makin menguatkan 
sistem delusinya, tetapi uniknya kian diminati oleh pengikutnya.

Gangguan delusional oleh DSM-IV-TR (Diagnostic and Statistical Manual of Mental 
Disorders) dianggap sebagai suatu gangguan psikiatrik dengan gejala utama 
adalah delusi atau waham. Umumnya pengidapnya tak menampakkan adanya 
disintegrasi kepribadian atau adanya keanehan pada aktivitas kesehariannya. 
Mereka tampak "baik-baik" saja, kecuali menyangkut sistem wahamnya semata yang 
abnormal. Tak heran, lingkungannya tak menganggap mereka sebagai "orang sakit", 
tetapi justru orang yang sakti mandraguna dan dipuja. Banyak dari mereka ini 
lalu mengisolasi diri dari lingkungan dan hidup secara eksklusif dengan 
kelompoknya.

Kerentanan psikologis

Yang menjadi pertanyaan, kenapa ada saja bahkan kian banyak yang rela menjadi 
pengikutnya atau memercayai hal-hal yang kerap tak masuk akal ini. Bila 
dicermati, umumnya pengikut yang mempunyai kepatuhan luar biasa ini adalah 
mereka yang membawa potensi kerentanan psikologis tertentu. Mereka umumnya 
sangat penurut (submissive) dan suggestible.

Ciri lain adalah orang-orang yang sedang mencari "ketenteraman hati" untuk 
mengatasi kecemasan, tekanan hidup, ketegangan, labilitas emosi, keterasingan, 
dan serba ketidakpastian dalam memandang masa depan. Mereka juga rentan menjadi 
pengikut setia dari kelompok "aliran sesat" maupun yang dianggap "tidak sesat" 
(coba amati fenomena maraknya kondisi saat ini dengan munculnya "kelompok 
warna-warni" mulai dari kelompok dzikir nasional yang sampai menangis-nangis 
histeris, meditasi, tenaga dalam "jarak jauh", terapi ruqyah, pelatihan 
kepribadian, dan sederet lain yang banyak menyedot penonton maupun peminat).

Beberapa pemimpin kelompok menyodorkan tawaran yang kerap tidak memberi solusi 
yang holistik, bahkan mungkin solusi yang hanya dirasakan "sesaat" akan 
terciptanya kondisi emotional well-being yang sedang diburu pengikutnya ini. 
Tak jarang-dalam konteks "aliran sesat"-bila pemimpinnya betul-betul menderita 
gangguan delusi, pengikutnya juga menjadi rentan untuk terinduksi oleh sistem 
waham yang dipunyai pemimpin kelompoknya. Kondisi yang sebetulnya lebih 
melibatkan cara pendekatan kesehatan mental.

Munculnya banyak aliran atau kelompok yang dianggap sesat ini tentu ada faktor 
pemicu lainnya selain masalah psikiatrik dan psikologis, yaitu masalah ekonomi, 
ketidakadilan, ketidakseimbangan sosial, pendidikan, dan kultural. Masalahnya, 
mampu dan maukah masyarakat (termasuk pemerintah, perangkat hukum, serta para 
pemuka agama) melihat permasalahan kasus Lia Aminuddin dan sederet lainnya 
bukan semata-mata permasalahan yang hanya dilihat dari "bahasa permusuhan dan 
penghakiman" semata (Komaruddin Hidayat, Kompas, 3/1/2006)?

Kelompok yang langsung direaksi MUI dengan fatwa "aliran sesat" dan dihakimi 
masyarakat itu sebetulnya mesti dikaji lebih jernih dulu. Lebih komprehensif 
dan tidak emosional. Apakah hal ini memang disengaja serta disadari risikonya 
oleh si pendiri kelompok sehingga harus diatasi lewat pendekatan keamanan serta 
agama, atau sebenarnya tidak sengaja terbentuk karena "berangkat" dari masalah 
mental yang diidap pemimpinnya yang memang sering kali sangat karismatik, 
terutama dari pancaran sinar matanya yang menyorot tajam dan mampu membius 
pengikutnya!

Mari semua komponen duduk satu meja, untuk masalah apa saja, senyampang masih 
bisa bicara..




     


[Non-text portions of this message have been removed]



 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/keluarga-sejahtera/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke