Jakarta (pengalaman seorang karyawati)
Saya ingin membagi pengalaman ngeri plus menegangkan yg baru saja
menimpa saya. Kejadiannya begitu cepat, tapi saya pastikan 'bekasnya' akan
melekat kuat sampai akhir hayat. Sepulang dari 'bergaul' di sebuah cafe
yang terletak di daerah bilangan Karet Setia Budi pada pkl 22.30 wib, saya
mengambil inisiatif untuk menyewa jasa ojek motor yang banyak mangkal di
bawah jembatan layang dekat Gd. Danamon Aetna. Saya perhatikan banyak
berjajar tidak rapi motor2, kebanyakan motor varian bebek keluaran Honda.
Meskipun ingin segera sampai ke tempat kost di daerah Palmerah, tapi bathin
saya mengatakan untuk tetap memilih satu ojek yg 'aman'. Setelah 5 menitan
menilai, pilihan saya jatuh pada seorang tukang ojek yg terlihat cukup
bersih dengan motor hitamnya. Saya langsung datang mendekatinya, menanyakan
ongkos ke Palmerah. "Sepuluh ribu, neng!" jawabnya datar tanpa melihat ke
arah saya. Menghormati etika, saya mencoba menawar, "lima ribu, deh."
Tukang ojek itu tiba2 mengangkat mukanya dan berujar, "oke!" sambil
menyiapkan motornya dg bersemangat. Mat anya tampak seram dan tajam. Entah
mengapa saat itu saya mendapat firasat kurang baik dan hati kecil saya
berulang2 berkata, "sudah, naik taksi saja!". "Oh maaf, tidak jadi deh
Bang!" ujar saya sambil dg gerak cepat ngeloyor dan segera menghentikan
sebuah taksi yg melintas pelan. Begitu sampai di dalamnya, saya perhatikan
tukang ojek itu mengepalkan tinjunya ke tangannya sendiri. Rupa2nya sopir
taksi yg saya tumpangi memperhatikan dan berkata bahwa saya beruntung tidak
naik ojek itu. Ia langsung menunjukkan sehelai foto yg katanya ia dapat
dari penumpang sebelumnya. "Dia berbahaya, non! Untung non tidak
diapa-apakan," katanya.
Untuk teman2 yg sering memakai jasa ojek motor di bawah jembatan layang
Danamon Aetna, mohon perhatikan gambar tukang ojek yg sudah saya scan dan
saya attach di email ini. Jangan ambil risiko, lebih baik pilih saja tukang
ojek berjaket dekil dg motor bebek lainnya. Kejahatan di Jakarta
makin parah!