Note: forwarded message attached.
__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around
http://mail.yahoo.com
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
You received this message because you are subscribed to the Google Groups
"kissmiss" group.
To post to this group, send email to kissmiss@googlegroups.com
To unsubscribe from this group, send email to [EMAIL PROTECTED]
For more options, visit this group at http://groups.google.com/group/kissmiss
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---
--- Begin Message ---
very very very touch............
----- Original Message -----
Subject: bagi yang sayang ibu..
Kisah Nyata - Kebesaran Jiwa Seorang Ibu.
Kejadian ini terjadi di sebuah kota kecil di Taiwan, tahun berapaan
gue udeh lupa. Dan sempat dipublikasikan lewat media cetak dan
electronic.
Ada seorang pemuda bernama A be (bukan nama sebenarnya). Dia anak yg
cerdas, rajin dan cukup cool. Setidaknya itu pendapat cewe2 yang
kenal dia. Baru beberapa tahun lulus dari kuliah dan bekerja di
sebuah perusahaan swasta, dia sudah di promosikan ke posisi manager.
Gaji-nya pun lumayan.
Tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dari kantor. Tipe orangnya yang
humoris dan gaya hidupnya yang sederhana membuat banyak teman2 kantor
senang bergaul dengan dia, terutama dari kalangan cewe2 jomblo.
Bahkan putri owner perusahaan tempat ia bekerja juga menaruh
perhatian khusus pada A be.
Dirumahnya ada seorang wanita tua yang tampangnya seram sekali.
Sebagian kepalanya botak dan kulit kepala terlihat seperti borok yang
baru mengering. Rambutnya hanya tinggal sedikit dibagian kiri dan
belakang. Tergerai seadanya sebatas pundak. Mukanya juga cacat
seperti luka bakar. Wanita tua ini betul2 seperti monster yang
menakutkan. Ia jarang keluar rumah bahkan jarang keluar dari kamarnya
kalau tidak ada keperluan penting. Wanita tua ini tidak lain adalah
Ibu kandung A Be.
Walau demikian, sang Ibu selalu setia melakukan pekerjaan routine
layaknya ibu rumah tangga lain yang sehat. Membereskan rumah,
pekerjaan dapur, cuci-mencuci (pakai mesin cuci) dan lain-lain. Juga
selalu memberikan perhatian yang besar kepada anak satu2-nya A be.
Namun A be adalah seorang pemuda normal layaknya anak muda lain.
Kondisi Ibunya yang cacat menyeramkan itu membuatnya cukup sulit
untuk mengakuinya. Setiap kali ada teman atau kolega business yang
bertanya siapa wanita cacat dirumahnya, A be selalu menjawab wanita
itu adalah pembantu yang ikut Ibunya dulu sebelum meninggal.
"Dia tidak punya saudara, jadi saya tampung, kasihan." jawab A be.
Hal ini sempat terdengar dan diketahui oleh sang Ibu. Tentu saja
Ibunya sedih sekali. Tetapi ia tetap diam dan menelan ludah pahit
dalam hidupnya. Ia semakin jarang keluar dari kamarnya, takut anaknya
sulit untuk menjelaskan pertanyaan mengenai dirinya.
Hari demi hari kemurungan sang Ibu kian parah. Suatu hari ia jatuh
sakit cukup parah. Tidak kuat bangun dari ranjang. A be mulai
kerepotan mengurusi rumah, menyapu, mengepel, cuci pakaian,
menyiapkan segala keperluan sehari-hari yang biasanya di kerjakan
oleh Ibunya. Ditambah harus menyiapkan obat-obatan buat sang Ibu
sebelum dan setelah pulang kerja (di Taiwan sulit sekali cari
pembantu, kalaupun ada mahal sekali).
Hal ini membuat A be jadi BT (bad temper) dan uring-uringan dirumah.
Pada saat ia mencari sesuatu dan mengacak-acak lemari Ibunya, A be
melihat sebuah box kecil. Didalam box hanya ada sebuah foto dan
potongan koran usang. Bukan berisi perhiasan seperti dugaan A be.
Foto berukuran postcard itu tampak seorang wanita cantik. Potongan
koran usang memberitakan tentang seorang wanita berjiwa pahlawan yang
telah menyelamatkan anaknya dari musibah kebakaran. Dengan memeluk
erat anaknya dalam dekapan, menutup dirinya dengan sprei kasur basah
menerobos api yang sudah mengepung rumah. Sang wanita menderita luka
bakar cukup serius sedang anak dalam dekapannya tidak terluka
sedikitpun.
Walau sudah usang, A be cukup dewasa untuk mengetahui siapa wanita
cantik di dalam foto dan siapa wanita pahlawan yang dimaksud dalam
potongan koran itu. Dia adalah Ibu kandung A be. Wanita yang sekarang
terbaring sakit tak berdaya. Spontan air mata A be menetes keluar
tanpa bisa di bendung. Dengan menggenggam foto dan koran usang
tersebut, A be langsung bersujud disamping ranjang sang Ibu yang
terbaring. Sambil menahan tangis ia meminta maaf dan memohon ampun
atas dosa-dosanya selama ini. Sang Ibu-pun ikut menangis, terharu
dengan ketulusan hati anaknya.
" Yang sudah-sudah nak, Ibu sudah maafkan. Jangan di ungkit lagi".
Setelah sembuh, A be bahkan berani membawa Ibunya belanja
kesupermarket. Walau menjadi pusat perhatian banyak orang, A be tetap
cuek bebek. Kemudian peristiwa ini menarik perhatian kuli tinta
(wartawan). Dan membawa kisah ini kedalam media cetak dan elektronik.
Ketika membaca kisah ini dimedia cetak, saya sempat menangis karena
tidak sempat bersujud di hadapan Mamaku. Mamaku telah meninggal 3 th
lebih saat itu.
Teman2 yang masih punya Ibu (Mama atau Mami) di rumah, biar
bagaimanapun kondisinya, segera bersujud di hadapannya. Selagi masih
ada waktu.
--- End Message ---