Saya ingin menjawab dengan Yes-but.
1. Statement Muladi : Saya pikir positioningnya bagus, dan mencerminkan dia reformis,
walaupun Golkar. Beberapa orang Golkar, seperti Kiki,Soleh Solahudin, Yunus Yosfiah
(kalau boleh digroupkan disini), dan mungkin ada lainnya memang benar reformis.
Sementara beberapa hasil polling menunjukkan Golkar masih leading dalam "perolehan
suara", ditambah lagi kenyataan bahwa "massa ragu" cukup besar (55%??), sehingga bisa
saja kita harus legowo melihat perolehan suara Golkar nanti cukup signifikan.
Ini salah satunya disebabkan partai reformis tidak kunjung bersatu (PDI-P,PAN, PKB),
dan ada upaya nyata dari "partai-partai satelit Golkar" yang sekitar 40 biji itu
dirancang untuk mengacau.
Kalau ini terjadi, semoga yang akan mewakili Golkar dalam Pemerintahan setara Muladi,
Kiki dan Yunus.
2. Galib memang fatal, sebagai Jaksa Agung dari ABRI, seharusnya dia tidak bicara
"best effort", karena kita butuh hasil nyata. Saya yakin Tommy pun akan bebas murni,
apabila Jaksa Fahmi tidak mampu memaksimalisir pertanyaan "Mengapa pinjaman Goro ke
Bukopin dijamin dengan Deposito Bulog?", dan "Apa hubungannya dengan Hokiarto?".
Tetapi Andi Galib juga benar dengan fakta bahwa GJA dan Dr. Amien Rais memang tidak
(berani) datang ke Kejagung untuk buka-bukaan. Sebaliknya Galib mestinya tahu bahwa
dia berhak memanggil keduanya atas statementnya tentang korupsi. Juga sinyalemen
Kejagung tentang pemerasan kepada Bankir nakal.
Alangkah indahnya kalau SCTV atau lainnya mampu mengkonfrontir Andi Galib dan Dr Amien
Rais dalam talk show yang dimoderatori Wilmar Witular. Apalagi dengan GJA.
--
On Tue, 4 May 1999 07:33:37 eg wrote:
>Berita mengenai peringkat Korupsi Indonesia mencuat lagi.
>
>Dua pejabat yaitu Muladi dan Galib ketika diwawancarai oleh pers
>memberikan komentar yang membedakan integritasnya.
>
>Muladi mengatakan bahwa "kita harus menerima itu dan UU korupsi yang
>baru sedang dipersiapkan"
>
>Lain halnya dengan Galib yang mengatakan "kalian (pers) harus
>obyektif, kita telah bekerja keras. Hati-hati dengan pihak luar yang
>ingiun menjelek-jelekkan bangsa ini"
>
>Pernyataan itu jelas memberi gambaran mengenai posisi masing-masing
>dalam situasi reformasi saat ini.
>
>Bila Muladi bersikap arif dan dinamis untuk tidak bersikap negatif
>maka sebaliknya Galib justru sangat defensif dan sangat reaktif
>(terlihat dari nada bicara dan raut mukanya).
>
>Tanggapan seperti yang dikemukakan oleh Galib sudah banyak dikemukakan
>oleh para pejabat semasa Orba. Ambil contoh misal mengenai tanggapan
>Murdiono atau pejabat lain yang sangat defensif dan reaktif terhadap
>masalah korupsi di Indonesia. Oleh karena itu, tidak salah bila Galib
>dikatakan sebagai bagian dari Orba karena kemiripannya dalam bersikap
>terhadap sebuah kritik.
>
>Galib boleh saja mengatakan bahwa ia telah bekerja keras. Namun ia
>hendaknya menyadari bahwa KKN di Indonesia bersifat sistemik. Berita
>penyuapan terhadap pejabat di Indonesia oleh pengusaha Jepang dan
>kebocoran bantuan Bank Dunia apakah mungkin ia tangani dalam masa
>jabatannya? Seandainya saja Allah memberi manusia waktu 36 jam sehari
>maka ia belum tentu bisa menyelesaikannya karena sifat yang sistemik
>itu.
>
>Oleh karena itu, kita memang tidak bisa berharap banyak terhadap
>penyelesaian kasus-kasus KKN itu oleh pemerintahan Habibie. Harapan
>kita memang tergantung kepada pemerintahan hasil pemilu yad dimana
>saya sebagai bagian dari anak bangsa berharap k e b e n a r a n akan
>muncul dengan pengorbanan seminimum mungkin. Ibarat sel-sel kanker,
>sisakan seminimum mungkin sel-sel Orba itu dan kemudian di isolasi
>agar budaya KKN yang sistemik itu tidak menjadi epidemi di Indonisia.
>
>eg
>
>
>
>
>
>______________________________________________________________________
>To subscribe, email: [EMAIL PROTECTED]
>To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
>
>Indonesia Baru: berkeadilan tanpa kekerasan!
>
>
>
>
Get your FREE Email at http://mailcity.lycos.com
Get your PERSONALIZED START PAGE at http://my.lycos.com
______________________________________________________________________
To subscribe, email: [EMAIL PROTECTED]
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Indonesia Baru: berkeadilan tanpa kekerasan!