From: Amin Riza <[EMAIL PROTECTED]>


Pernyataan Prof  Dr Amien Rais  untuk menyikat feodalisme Yogya
setelah  membereskan Soeharto telah ditanggapi Sultan dengan
mempersilahkan. Dalam kultur Jawa jawaban Sri Sultan ini  adalah cara
memuji kekeliruan Prof Amien. Sayang memang tokoh sekaliber Prof Amien
menunjukkan sikap konfrontatif kepada semua pihak, sehingga dapat
memunculkan kesan arogan.
================================

Saya dan banyak masyarakat Yogya terkejut dengan pernyataan AR
tersebut. Sayang memang, karena hal itu bisa menjadi point negatif di
Yogya bagi masyarakat yang tadi bersimpati kepadanya.

Feodalisme Yogya memang unik dan berangkat dari sebuah jiwa
pemberontakan  Mangkubumi setelah perjanjian Gianti 1775 yang akhirnya
mendirikan kasultanan Yogyakarta dengan gelas Sultan Hamengkubuwono I.
Pemberontakan terhadap budaya Jawa (Solo) ditandai dengan cara dan
model pakaian, cara menabuh dan harmoni gamelan, cara dalang mewayang
yang  menggambarkan citra pribadi yang lugas dan bersahaja.

AR mestinya mengetahui bahwa visi HB IX   t a h t a   u n t u k  r a k
y a t   yang tercermin dalam artifak budaya dan pemerintahan di Yogya
telah  mencerminkan bagaimana keberpihakan beliau terhadap rakyat.
Ketika beliau tidak bersedia menjadi Wapres iuntuk kedua kalinya
meskipun sudah diminta oleh Soeharto juga menunjukkan bagaimana
konsistensi jiwa pemberontakan itu.

AR mestinya juga mengetahui bahwa UGM tidak akan pernah ada kalau
tidak ada pemberontakan beliau terhadap tatanan keraton Mataram dimana
Siti Hinggil menjadi tempat kuliah mhs UGM (baca:menjadi jak-jakan).
Padahal tempat itu selama turun temurun sejak HB I  menjadi tempat
yang dikeramatkan.

AR mestinya juga mengetahui bahwa poros I Amal UGM- HB X Keraton yang
memungkinkan "pemberontakan" masyarakat Yogya dalam pisowanan ageng di
alun-alun pada 20 Maret 98 untuk menuntut Soeharto mundur.

AR mestinya juga mengetahui bahwa berkat campur tangan keraton maka
modernisasi di Yogya tidak menggusur keberadaan rakyat kecil seperti
terjadi di kota-kota lain yang ingin mendapat award dari presiden 32
tahun itu.  Sekarang kita bisa melihat di Malioboro andong - becak dan
mobil mewah berjalan bersama.  Tahun 2000 nanti Malioboro tidak boleh
dilewati kendaraan bermotor.

AR juga mestinya mengetahui bahwa di Kota Gede dimana cikal bakal
Mataram disemayamkan akan dilestarikan budayanya menjadi kota Islam
Internasional. Bahkan proteksi untuk melindungi adat istiadat dan
budaya Yogya agar tidak tergusur oleh modernisasi yang dimotori oleh
orang berduit namun tidak kenal lingkungan sedang berjalan. Jangan
sampai masyarakat dan Budaya Mataram tergerus dan tersisih oleh arus
modernisasi itu seperti budaya dan masyarakat Betawi yang kini semakin
tersisih keberadaanya.

Kasultanan Mataram memang sisa-sisa feodalisme. Namun ada yang
membedakan membedakan feodalisme Mataram dari feodalisme yang lain.
Harap diketahui saja bahwa Kasultanan Mataram yang memiliki teritori
tertentu adalah yang pertama kali menyerahkan kekuasaan kerajaan dan
teritorinya kepada Negara Republik Indonesia yang diproklamirkan oleh
Soekarno-Hatta.

Belajarlah sejarah karena sejarah dibentuk oleh kekuatan-kekuatan,
pelajarilah sejarah yang membentuk kekuatan-kekuatan itu agar engkau
tidak mengulanngi kesalahan. [Soekarno]

.-


______________________________________________________________________
To subscribe, email: [EMAIL PROTECTED]
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]

Indonesia Baru: berkeadilan tanpa kekerasan!


Kirim email ke