----- Original Message ----- 
From: "Ki Denggleng Pagelaran" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]>; "Minna Minkum 
Nusantara" <[EMAIL PROTECTED]>; "asu" <[EMAIL PROTECTED]>; "wojoseto" 
<[EMAIL PROTECTED]>
Cc: <[EMAIL PROTECTED]>; "Ahmad Yunus" <[EMAIL PROTECTED]>; "Asep 
Setiawan" <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Wednesday, June 06, 2001 7:27 AM
Subject: Re: [indonesia_damai] Problema GD: soal kapolri, niat dan ekonomi


Kang, aku masih ingat tulisan Sampeyan kemarin yang mengajak
berfikir jernih. Maka dalam hal kayak gini ini sebenarnya aku hanya ingin
bertindak sebagai 'penyedia' data untuk berfikir jernih itu. Lain tidak,
wong masalah politik aku ya nol-puthul, masalah ekonomi modalku
cumak faham 'asal mangan wareg mlaku jejeg', soal militer apa lagi wong
dulu aku ini kalau ngelihat pak-tara pada baris langsung ngumpet takut
sama 'bedhil-2-nya'.

Pertama aku kasih komentar untuk kenaikan gaji PNS, soale aku juga 
PNS yang setiap bulan selalu rajin mengamati apa-apa saja komponen
lembaran duit yang aku terima setiap bulan. Ada gaji pokok yang secara-
ajaib hanyalah 1/3 total gaji. Ada tunjangan 'fungsional' yang juga ajaib
cumak 1/2 gaji pokok, ada tunjangan peningkatan penghasilan yang 
bim-salabim 90% gaji pokok. Ada tunjangan keluarga yang cuman 10%
gaji pokok per GUNDUL (aku dapat 3 gundul soalnya hehehe.... lha satu bini dan 2 
cindil kok yaaa..), ada beras yang oleh HBB dulu dijadikan duit.
Lah, apa artinya to Kang, pemerintah menaikkan gaji pokok sampai 250%
pun bila segala macam tunjangan (kecuali 'fungsional' lho, karena masih
pada berfungsi haha) di'setip'. Itu itungan rinci dah masuk di KOMPAS,
bahwa untuk pegawai IA, ternyata kenaikan penghasilan bulanan total
tak lebih dari HANYA 5%. 

Yang paling senang kemungkinan besar memang golongannya Ayahanda
Bung Piliang yang dapat dikatakan yang diterima per bulan hanyalah
sebagian dari GAJI POKOK-nya dulu ketika masih berfungsi. Gitu lho
Kang. Maka aku kemarin 'kepingkel-pingkel' sendiri ketika baca posting
yang menyatakan bahwa kenaikan gaji PNS adalah untuk menarik hati
atau simpati PNS. Wong jumlahnya cuman sekitar 4 juta sak Indonesia?
Yang itupun ngumpul ngupleg di Jawa-Bali thok oblok. Habisnya toh 
mereka secara riil cuman menerima kenaikan LIMA PROSEN saja.
Aku jadi ragu-ragu, bahwa para komentator kenaikan gaji PNS itu
tidak faham 'sistem manajerial gaji kecil' dari PNS yang bersangkutan
dan apalagi para PEMBAYAR gajinya. Sebab - kalaupun komentator
itu adalah PNS juga - mereka adalah yang masuk golongan III atau IV.

PNS dengan pangkat dan jabatan pada golongan itu, kalau di daerah
dah pasti jadi para hartawan hehehe... sumpah nih... emang gitu kok,
kalau di kota-kota dah pasti kemampuan 'loby ekonomi' dengan
para pemilik dana, proyek, 'unthetan', colongan, dll cukup lumayan.
Jadi apa kenaikan gaji pokok mereka sebagai PNS akan terlalu
mempengaruhi penghasilan mereka? Ndak Kang... ndak karena sekali
lagi yang dinaikkan adalah GAJI POKOK dengan penyetipan berbagai
angka TUNJANGAN. Mohon para ahli penggajian memahami ini, jangan
ikut-ikutan menjadi PROVOKATOR, biarlah angin 'Entut-Beirut' itu sedikit
menghasilkan rasa 'syukur' PNS-PNS kecilan yang bersangkutan. Yakin
aku kalau kita jernih berfikir, itu akan lebih baik hasilnya bagi NKRI bukan
buat GD, Ramli, Prijadi atau siapa saja yang ngurusin gaji. Juga tidak
mempengaruhi eksistensi Sri Muljani, Syahrir atau siapapun para komen-
tator ekonomi dan kenaikan GAJI. Aku menuntut ajakan Kang Babat
untuk berfikir JERNIH! hehehe... bukannya marah Kang... sekadar
menghaturkan 'pepeling' kan aku dah brani pakai gelar Ki... hahaaaa.

Hahaha.... aku seneng menyebut ekonom UI yang manis dan CANTHAS
bernama mBak Sri Mulyani daripada Ton-katsu Syahrir. Sebab aku yakin
mbak ayu itu juga PNS. Apalagi umurnya sak babag.. heheeh untung
dulu waktu kecil bukan teman maen-ku... kalau iya bisa jadi nggeblak
tak kilik-kilik.... hahah..  jujur-jujuran saja tanyakan ke mBak Mul, apa
beliau terpengaruh hidupnya seandainya gaji PNS di UI-nya itu dikasih
kepada 'wong mbambung'? Atau tanyakan kepada Tong-katsu Syahrir
yang piawai menyusunkan bahan pidato politik MW dulu (3 tahun lalu?)
yang terus dipujinya sendiri bahwa pidato MW BAGUS... hahaha,
apakah kenaikan gaji PNS juga ikut mengguncang PENGHASILAN
dia? Dus.. makanya cengengesan aku bilang bahwa para ekonom
itu sekedar ngamatin dikit, nulis dikit,  ngomong dikit dan serba dikit
tapi bikin SAKIT sak bukit. Dan peran mereka untuk INDONESIA
seperti yang sering Kang Babat gugat juga NOL POTHOL (ndak cukup
cumak puthul), kecuali sebatas mencari dan memanfaatkan POPULARI-
TAS (bahasanya mBin adalah NGETOF) juga buat apa... untuk DUIT.

Kedua, aku sengaja dengan cengengesan menyajikan data yang dapat
dicandra, dicitra dan dirasakan akan kenyataan lapangan di desa-desa,
di lereng-lereng gunung sana yang masih ayem-tentrem. Atau di pedesaan
panas Gorang-Gareng atau nJiwan, bahwa rakyat sudah ndak ambil
pusing dengan Jakarta. Mereka juga sadar siapa sebetulnya GD, MW,
AR, AT, AP, AMF, PA, AL, AK dan sekitar 393 'cingur dan uteg' di Sena-
yan.  Maka ndak lucu kan berita ngamuknya Santri Merdeka Malang yang
cuman 100 biji melalap jutaan rakyat MALANG yang ndak terpengaruh
Sidang Paripurna kemaren? nDak nyambung kan ramai-ramai kota
nJombang dan Kediri yang hanya beberapa ribu atau ratus orang
menutup aktifitas keseharian jutaan rakyat bekas Karesidenan
Kediri? Dan lain-lain.....

Suatu potensi besar bila ada yang mengelola menjadi kekuatan yang
membebaskan diri sendiri dari 'Jakarta'. Lihat di Batu-Selekta-Pujon sana.
Di Cihideung-Lembang, Ciwideuy. Sapalah mereka di Pakem, Tamansari
Projo. Ya mereka-mereka yang lebih banyak memiliki SDM kere
yang terpaksa ngere ke kota-kota. Anak-anak mereka menjadi Urban
dan sekedar Ngijeg atau mburuh di bengkel Ketok Magic (kelihatan
mejik). 

Tapi siapa Kang yang mau dan mampu memimpin mereka? Lha wong 
kita yang di cyber ini rata-rata di rumah bagus di kota-kota. Bahkan
mungkin gratisan memakai fasilitas KANTOR... akui saja.. tak hanya
DPR/MPR yang mengatasnamakan rakyat. Kritikus parlemen pun
juga begitu kan? Cumak sisi pandang saja yang lain... Termasuk aku
ding... hehehe.

Ah, dah ah.. kepanjangan ndak sempat ngantor aku.. hahaha.. ambil
gaji dulu ah....


    Ki Denggleng Pagelaran
--------------------------
apa bedane uwong ambek
manungsa?


----- Original Message ----- 
From: "babat" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Wednesday, June 06, 2001 3:05 AM
Subject: [indonesia_damai] Problema GD: soal kapolri, niat dan ekonomi


Kenaikan gaji PNS ini adalah 'teori GD' soal 'menaikkan biaya2 hidup -
 bbm, telpon dan listrik, pajak - ditimpali dengan menaikkan income' 
semua dilakukan secara 'nominal' artinya cash-basis tanpa konsiderans 
atas multiplier dan feedback effects - atau bodon2an.
Ini adalah tindakan drastis yang dilakukan tanpa studi yang memadai --
> implementasi di buru2 supaya 'sekali pukul dua-tiga pulau 
terlampaui' tapi efek jangka panjang blas ndak dipikiri!
Tanpa 'sounding' yang memadai atas akibat dan konsekuensi --> hajar 
saja ! 

Dikiranya ekonomi negara itu kayak cashflownya haji masnuh aja : ada 
masuk ada keluar beres !!  
Approachnya cari enaknya saja --> tanpa usaha riil dekrit sini dekrit 
sana - ngumbar abab --> moga2 hasil!  Gagal ya kersaning allah !!

Banyak dari kita memang tidak punya bayangan apa2 tentang akibat2 
yang bisa ditimbulkan dari seorang presiden ngamuk - kayak saddam di 
irak, ahah iran di iran, ngamuknya pakai bedil, jadi misuhinya 
gampang.
Lha GD ini ngamuk pakai ilmu2 mbelis gini - hasilnya memang tidak 
mayat ber-darah2 tapi sebentar lagi ekonomi ambrol --> mayat2 HO dan 
pelacur2 cilik dijalanan itu hasilnya ....

------



...........Menuju Indonesia yang Demokratis dan Berkeadilan............
Untuk bergabung atau keluar dari Milis, silakan anda lakukan sendiri
Bergabung: [EMAIL PROTECTED]
Keluar: [EMAIL PROTECTED]

->Cake, parcel lebaran & bunga2 natal? Di sini, http://www.indokado.com<--

Kirim email ke