Terbenarkan Ki,

Susilo sudah mengtakannya sendiri bahwa ini adalah bagian dari
strategi politik GD untuk menghadapi SI.

Wis polll...Ki, ajaran simbah bahwa kita harus berhati-hati
bersikap da tidak grusa-grusu ing tindak lan tanduk harus dipegang
teruus....

Ini masih proses pembelajaran. Sarwono mengatakan bahwa kalau kita
berpikir untuk melangkah 10 langkah maka GD berpikir untuk
melangkah 20 langkah.


----- Original Message -----
From: Ki Denggleng Pagelaran <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]>
Cc: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Tuesday, June 05, 2001 6:43 PM
Subject: [Kuli Tinta] Re: [asu] Re: [indonesia_damai] KAPOLRI


fwd dari solo....


----- Original Message -----
From: "Ahmad Yunus" <yunus@........>
To: "Ki Denggleng Pagelaran" <[EMAIL PROTECTED]>
Cc: <[EMAIL PROTECTED]>;
<[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Tuesday, June 05, 2001 7:42 PM
Subject: Re: [asu] Re: [indonesia_damai] KAPOLRI



Iya memang kenyataan di lapang, hampir semuanya terpengaruh DPR
yang serba
bernafsu dan ambisius ya....

Makanya benar kata Pak Mahfud MD, kalau DPR ngotot secara
inkonstitusi,
kepresidenan ya inkonstitusi juga, kalau DPR menggelar SI,
Presiden yang
mengeluarkan DEKRIT, kan sama dong dengan Bung Karno, waktu
mengeluarkan
DEKRIT 5 Maret 1960, Bubarin DPR, habis APBN nya Bung Karno
ditolak terus
sampek elek...he..he... terus kepegelen bubarkan saja...
makanya GD juga yen kepegelen ya bubarin aja itu para ambisius
bernafsu
itu....wong nggak punya morak aja kok ngaku sesuai dg UU.

Itu aja ya.
Salam dari Solo.




On Sun, 3 Jun 2001, Ki Denggleng Pagelaran wrote:

> Wis tah lah Cak.....
> Mau diapa-apakan GD pasti akan jatuh atau dijatuhkan, terserah
> rumusannya apa dan legalisinya apa. Itu adalah tujuan utama
bahkan
> sejak GD diangkat dan diangkat-angkat dulu. Bahkan sekarang yang
> berkembang di masyarakat (perlu diketahui bersama kemarin
> ketika SP DPR, aku sedang sampai di sekitaran pergolakan di
> Jatim (kab. Malang) jadi tahu dikit lah kondisi lapangnya) bahwa
> GD itu adalah super Culas, Licik dan itu tadi, maunya sendiri.
> Sungguh suatu prestasi besar bagi para pendamba runtuhnya
> pemerintahan GD.
>
> Buktinya? Silakan rajin-rajin mengikuti berita dari Pro-3 RRI,
media
> berita yang lumayan fair. Jauh lebih fair dari liputan 6 atau
macam
> apapun di TV  maupun media cetak. Satu contoh berita tentang
> keluarnya massa pendukung GD (`GD) dari Ring-2 MPR/DPR, yang
> di TV-2 hanya diberitakan mundur begitu saja atau paling banter
> sampai adanya 'negosiasi' antara kapolda dan korlap massa PGD.
> Berita tentang ajakan 'SHALAT MAGRIB' dari jajaran keamanan,
> BLAS tidak dimuat. Peristiwa pembakaran gedung DPD Golkar
> SUMENEP hanya pada massa pendukung GD saja, sedang berita
> tentang peranan para ulama Sumenep, dan datangnya 'massa-lain'
> yang memprovokasi pembakaran tidak terdengar. (di RRI jelas
> ada dialog antara ulama sumenep dan pandangan mata peliput-nya;
> sampai-sampai reporter lapangan RRI di ruang sidang DPR/MPR
> menyebut rekan-2 sekerjanya (TV dan media cetak) sebagai media
> PROVOKASI dan ingin membuktikan ucapannya itu betul adanya).
>
> Peristiwa ledakan bom (molotov) di TK-Asyiyah Purwokerto, hanya
> diliput 'peledakannya' saja. Sementara jenis bom dan ketidak
tahuan
> para murid TK yang memang tidak tahu bahwa sekolahannya di
> pasangi bom, tidak terdengar. Reporter lapangan RRI Purwokerto
> lengkap menceritakan bahkan dengan sindiran-2 'sengak'.
> Kerusuhan Pasuruan demikian juga. Yang dibesarkan bahwa massa
> PKB dan pendukung GD membakar rumah ibadah. Berita tentang
> massa PDI-P dan partai-partai lain yang diindikasi dengan
> penampilan hitam-hitam menyeramkan yang ikut dalam kerusuhan
> tidak terdengar. (tetangga ku kebetulan rumahnya bersebelahan
> dengan gereja yang di bakar itu). Juga kenyataan di lapangan,
bahwa
> semua massa pendukung PKB selalu membawa bendera partai tidak
> diungkap dalam berbagai berita. Juga tidak disebut-sebut siapa
> massa pembawa clurit dan pembikin ribut. Dan siapa yang menjadi
> korban 'peluru nyasar' di dekat gedung bioskop KUMALA (aku tahu
> dikit masalah kumala yang letaknya dekat stasiun yang memang
> salah satu pusat keramaian pasar sana) yang bukan sama sekali
> peserta 'DEMO' melainkan seseorang yang sedang disuruh ibunya
> berbelanja, yang membuat 'marah' GD.
>
> Kerusuhan di Malang juga demikian. Aksi santri merdeka malang
> yang dibesar-besarkan, sementara persetujuan 'sejuk' dari DPRD
> untuk meneruskan aspirasi 'sebagian' masyarakat ke DPR-RI seo-
> lah luput.
>
> Jadi jelas bukan, target penurunan GD, apapun alasan dan argu-
> mentasinya. Maka bagi aku sekarang adalah:
> Hendaknya mereka menyadari bahwa 'MENGANGKAT' atau
> MEMILIH seseorang dengan kelemahan 'VITAL' sebagai presiden
> adalah SALAH dan menimbulkan MASALAH. Apapun alasannya.
> Baik alasan aqidah, syari'ah maupun hanya karena serakah!
> Maka marilah kita cari saja hikmah-positif dari peristiwa ini.
> Betapapun 'menyakitkan' dan pahit itu harus dapat kita lalui.
> Kalau memang masih ingin ada negeri yang bernama Indonesia.
> Bukan hanya menjadi sebuah 'BANGKAI' negara, melainkan
> BINGKAI negara dengan segenap warganya yang masih punya
> JIWA negara ini.
>
> trim's...
>
> Ki Denggleng Pagelaran
> --------------------------
> apa bedane uwong ambek
> bedhes?
> ----------------------------------------------------------------
--------------------
> ps.
> Cak tukung eh... tulung ini di kirimken ke FID ya, soalnya aku
> belum subscribe lagi.. masih capek... baru pulang...
>
>
>
> ----- Original Message -----
> From: "GIGIH NUSANTARA" <[EMAIL PROTECTED]>
> To: <[EMAIL PROTECTED]>;
<[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]>
> Sent: Saturday, June 02, 2001 9:19 AM
> Subject: [asu] Re: [indonesia_damai] KAPOLRI
>
>
>
> --- [EMAIL PROTECTED] wrote:
> > Kapolri tidak mau mundur karena prosedur pergantian
> > harus lewat
> > persetujuan DPR.
> > Edaan tenan ini orang, waktu diangkat jadi Kapolri
> > kan
> > dipermasalahkan dpr, sekarang kok alasan prosedural.
> > Moralitas semacam apa orang ini.
> >
> >
> > =================================================
>
> Rasanya kata 'moral' sudah dihapus dari kamus bahasa
> kita, setidaknya, di kamus politik. Tak ada lagi pakem
> yang bisa digunakan acuan. DPR, dengan pansusnya yang
> sedemikian getol, dan amat gembira, ketika berhasil
> membuat Memo I, segera buru-buru mengantarkan
> berkas-berkas, yang menurut dugaan mereka ada
> keterlibatan 'kejahatan' yang dilakukan GD. Dengan
> semangat menegakkan hukum, maka mereka pun mendatangi
> polisi dan kejaksaan agung. Harap dicatat, bahwa
> dugaan Brugate dan Bulgate itulah yang mesti
> ditindaklanjuti olek polisi dan jaksa agung, bukan
> yang lain-lain. Dan dua hal itu pulalah entry-point
> munculnya Memo I, terbukti cuma ada pansus untuk dua
> gate itu saja yang melahirkan memo tersebut. Sekali
> lagi, cuma itu,.
>
> Belakangan, ketika ada kabar GD tak ada sangkut-paut
> dengan kedua 'gate' tersebut, sertamerta DPR membuat
> pernyataan, bahwa simpulan jaksa agunng tak mereka
> gubris, dengan alasan jaksa agung adalah anak buah
> presiden.
>
> Lho, apa dulu ketika nyerahin ke jaksa agung itu
> mereka nggak mendusin kalau jaksa agung itu anak buah
> presiden ? Atau dulu itu mereka cuma main-main saja,
> agar seolah-olah mendukung penegakan hukum? Atau
> memang ada perubahan status dari kejaksaan agung?
>
> Konyolnya, DPR membuat pernyataan lain, bahwa soalnya
> kini bukan dua gate itu saja, tetapi yang lain-lain.
> Jelas, memo II tak mungkin ada kalau gak ada memo I.
> Dan memo I gak bakal ada kalau gak ada pansus dua gate
> tadi. Dan pansus dua gate tadi gak bakal ada kalau tak
> ada curiga sama GD mengenai keterlibatannya. Itu kan
> tali-temali?
>
> Dengan melihat contoh tersebut, jelas moral sudah
> diabaikan sama sekali. Atau, kalau mereka merasa tak
> melanggar moralitas, maka benar dugaan saya, moral
> memang sudah dihapus dari kamus, setidaknya kamus
> politik.
>
> Bimantoro, seperti juga yang lain, juga tah butuh
> moral untuk menolak pengunduran dirinya. Dia tahu
> persis, apa pun yang dimaui GD pasti ditolak oleh DPR.
> Sehingga adanya celah 'disetujui oleh DPR' kini
> dipakainya. Kalau ia masih menggunakan moral, mestinya
> ia melepas baju Kapolrinya itu, karena dulu jabatan
> itu belum disetujui DPR.
>
> GD, bebek lumpuh, rela mempermalukan dirinya, dan
> menjadi sasaran tembak dari semua orang yang sedang
> nitip badan untuk mengharap berkah kamukten, selepas
> SI.
>
> (aku terduduk, dan ngguguk)
>
>
>
>




...........Menuju Indonesia yang Demokratis dan
Berkeadilan............
Untuk bergabung atau keluar dari Milis, silakan anda lakukan
sendiri
Bergabung: [EMAIL PROTECTED]
Keluar: [EMAIL PROTECTED]

->Cake, parcel lebaran & bunga2 natal? Di sini,
http://www.indokado.com<--




...........Menuju Indonesia yang Demokratis dan Berkeadilan............
Untuk bergabung atau keluar dari Milis, silakan anda lakukan sendiri
Bergabung: [EMAIL PROTECTED]
Keluar: [EMAIL PROTECTED]

->Cake, parcel lebaran & bunga2 natal? Di sini, http://www.indokado.com<-- 

Reply via email to