Kompas, Rabu, 10 Oktober 2001
Sastra Kiri Diperlukan sebagai Cabai Antikemapanan Surabaya, Kompas Kehadiran sastra kiri diperlukan sebagai garam dan cabai antikemapanan, wacana demokratis, dan pencerdasan kehidupan bangsa. Sebaliknya, menindas sastra kiri merupakan sabotase terhadap cita-cita reformasi untuk mengubah haluan pembangunan yang sudah membuat rakyat kecil terpuruk dalam kemiskinan, dan harus membayar korupsi dan kembangkrutan ekonomis dan politis. Demikian dikatakan Prof Dr Franz Magnis-Suseno SJ, Guru Besar Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara, Jakarta, dalam seminar nasional "Sastra Kiri di Era Reformasi", yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Sastra Inggris Universitas Airlangga (Unair) di Surabaya, Selasa (9/10). Menurut Magnis, sastra kiri adalah sastra yang cenderung ke dan atau mengusahakan perubahan masyarakat demi menciptakan keadilan dan solidaritas dengan orang-orang miskin dan tertindas. Dengan demikian, dapat dimengerti mengapa para penguasa dan mereka yang beruntung dari pembangunan yang tidak adil, khususnya juga dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), mati-matian menentang pemikiran kiri. "Kiri jangan diartikan ekstrem. Menindas sastra kiri mengancam sendi-sendi kehidupan demokratis, dan memperbodoh bangsa," ujarnya. Dikatakan, lebih dari 30 tahun lamanya sastra kiri tersingkir dari masyarakat intelektual dan akademik Indonesia. Hal itu dilakukan tanpa dasar hukum, tetapi sesuai dengan kepentingan penguasa yang merasa perlu untuk menyingkirkan segala unsur yang barangkali dapat dipakai untuk mempertanyakan legitimasi kediktatorannya. "Apa pun yang dianggap kiri dilarang, dan seperlunya ditindak dengan kejam," ujar Magnis. Franz Magnis mengatakan, sesudah Orde Baru jatuh muncul pelbagai buku, baik yang memang kiri maupun yang secara ilmiah dan kritis membahas materi kiri, tetapi oleh orang-orang bodoh juga dianggap kiri. Namun, masa kebebasan masyarakat untuk mencari bacaan menurut kehendaknya hanya bertahan dua setengah tahun. "Muncullah kekuatan yang dengan primitif dan brutal membakar buku dan mengancam toko buku maupun orang, dan kekuatan itu berusaha menindas kembali sastra kiri," ujar Franz Magnis. Ciri khas sastra kiri adalah kadar ideologisnya yang tinggi. Itulah kelemahan sastra kiri pada umumnya. Mereka amat percaya pada sistem berpikir tertentu, misalnya pada penghapusan hak milik pribadi. Kata-kata seperti kapitalisme dan sosialisme dipercaya bermakna tinggi. Bahaya pemikiran ideologis adalah bahwa demi ideologi manusia dilupakan. "Kriteria kewajaran pemikiran kiri adalah pengakuan terhadap keluhuran martabat setiap orang sebagai manusia sebagaimana terungkap dalam hak-hak asasi manusia," ujarnya. Sastra kiri merupakan cabai yang diperlukan agar kemapanan kekuatan-kekuatan yang ada tidak mengabaikan diri, agar harapan atas keadilan sosial tidak dikubur atas nama sebuah pragmatisme yang dalam kenyataannya hanya menguntungkan yang berkuasa. "Sastra kiri sangat penting peranannya dalam masyarakat, sekaligus sastra kiri perlu terus-menerus dikritik," ujar Magnis. (tif) -- _______________________________________________ Sign-up for your own FREE Personalized E-mail at Mail.com http://www.mail.com/?sr=signup Have you downloaded the latest calling software from Net2Phone? Click here to get it now! http://www.net2phone.com/cgi-bin/adforward.cgi?p_key=NH211JK&url=http://commcenter.net2phone.com/ ...........Menuju Indonesia yang Demokratis dan Berkeadilan............ Untuk bergabung atau keluar dari Milis, silakan anda lakukan sendiri Bergabung: [EMAIL PROTECTED] Keluar: [EMAIL PROTECTED] ->Cake, parcel lebaran & bunga2 natal? Di sini, http://www.indokado.com<- -> FREE email !! [EMAIL PROTECTED] ... http://www.kulitinta.com <-