belajar linux untuk apa dulu????? kalo cuma untuk pakai aplikasi office,
web, dan email ( dan aplikasi lainnya ) mah itu tinggal masalah klik dan
klik...... ( dengan syarat desktopnya kde atau gnome )

ini ada kisah tentang linux pertama kali ::
istri saya memulai linux dari game frozen-buble, buble-snooker dan game-game lainnya.
saat itu saya menggunakan knoppix dengan modus text, saya sudah bilang kalau mau pake tinggal login, password ... trus startx.
Dia bisa !! Satu hari saya tinggal, dan dia bingung matiinnya (karena modus text, logut dari KDE-knoppix akan kembali ke modus text), lalu dicoba-coba kata-kata yang diingat seperti logout... begitu berhasil keluar (dari logged in user) dah senang tuh....


Saat kedua, menggunakan Mandrake 10.0 saya paksa pakai OpenOffice (waktu itu kebetulan sekali partisi Windows (orig) lagi rusak, sehingga mau tak mau harus tancepin USB flash-drive (autodetect) lalu mengedit file excelnya di Calc. Sebagai informasi, dia adalah karyawan bank, dan Anda tahu semua kalau karyawan bank, excelnya penuh dengan formula-formula. 100 % compatible !! dia takjub. Tetapi setelah lama mengetik dia merasakan ada yang kurang : bahwa penempatan ikon-ikon fitur advance masih susah seperti untuk menghapus satu kolom (langkah-nya tidak semudah di Excel). Namun yang dia kagumi adalah, hasil kerja di di OpenOffice bisa dibuka di Ms. Excel di kantornya.

Ada beberapa pengalaman pribadi lain di blog saya :
http://www.ridescomm.co.id/anaconda/

Dari pengalaman (ordinary employee user) ini saya menganggap bahwa :
1. OS bukan masalah, yang penting feature : mau print gampang, mau pake USB flash-drive gampang, mau colok kamera digital langsung popup sync (seperti WindowsMediaPlayer 10)
2. Bahwa kompatibilitas antar OS sangat penting
3. Keindahan GUI, otak-atik PC bukan untuk semua orang, sehingga GNU/Linux dan OpenSource lebih baik memfokuskan dan memperbanyak fitur user friendly-nya. Mereka berfikir simple (sekali lagi : ordinary user dan bukan power user) karena mereka bukan penghobi komputer seperti halnya kita.


kalo menginstall aplikasi ( asal yang bukan neko2 ) kan tinggal pakai
synaptic atau front end yang lainnya....

ya : ada synaptic, rpm, urpmi, apt-get, pkgtool, emerge ....
lho banyak amat ?...
si ordinary user jadi bingung... karena semua perintahnya berbeda...
mending kayak doom3, unreal tournament, NVIDIA-driver, tingal jalanin file run-nya.
Maaf-maaf user gak peduli pake distro apa lho... (sekali lagi ini bukan aspek teknis)


ingat masih banyak orang nonteknis yang bingung menginstall printer,
program di windows....

hehehe.... sya sendiri bingung mengaktifkan color setting di Canon S200 dengan driver standar CUPS, karena hasilnya hitam putih melulu, resolusinya kasar lagi (sudah ubah-ubah setting tetap saja kasar dibandingkan MS)


kebanyakan orang yang bilang linux itu susah adalah mereka yang belajar
compile kernel di linux atau compile source ( dan hal sejenis lainnya
yang tidak sepatutunya dilakukan oleh orang nonteknis ) terus bilang
kenapa linux itu susah..... sekali......

betul sekali mas, Masa untuk autodetect flash drive di Mandrake 10 untuk mobo prescott, sang user harus utak-atik kernel dulu ? Kalau langsung tancap.... hasilnya malah komputernya hang... (pake kernel 2.4.27 sudah OK sih...tapi apa si ordinary-user tahu dan mau downloadnya ?)


Mungkin karena yang buat package di linux adalah orang-orang teknis, jadi aspek humanis (user-friendly) masih kurang. Btw, ini seperti motorola (tekno-oriented) dan nokia (human-oriented) :) :)

Sekali lagi linux belum banyak dipake bukan karena teknologinya, tapi masih terlalu susah (baca : teknis) bagi user kebanyakan.


Anton Rahmadi


-- Berhenti langganan: [EMAIL PROTECTED] Arsip dan info: http://linux.or.id/milis



Kirim email ke