Pak Rusmanto, P Ronny dan kawan2 Aktivis Linux Yth, Saya lampirkan tulisan saya di Milis Telematika, semoga bisa memperjelas positioning pendukung Linux yg perlu kita sampaikan ke Pemerintah.
Wassalam,
Sumitro R
====== Derap Langkah Pasukan Pinguin ========
Kawan2 Yth,
Sungguh menarik artikel yg ditulis oleh Ibu Betty Alisjahbana, Presdir
IBM INDONESIA di Harian Bisnis Indonesia hari ini Selasa 14 Nov 2006.
Point-point penting yg ditulis oleh Ibu Betty adalah:
1. Telah terjadi banyak perubahan besar dalam investasi Teknologi
Informasi. Banyak yg makin sadar bahwa menggunakan Operating System
terbuka (Open Source) seperti Linux adalah sangat ampuh untuk memangkas
biaya, meningkatkan fleksibilitas, dan mendukung usaha agar lebih
responsif dalamm menjawab kebutuhan pelanggan.
2. Berbagai organisasi, perusahaan, lembaga sampai institusi
pendidikan telah beralih ke Operating System Linux. Pertumbuhan
penggunaan Linux mencapai 26% per tahun, atau nilai US$ 35,7 Milyar
pada tahun 2008.
3. Dengan gencarnya kampanye anti pembajakan di Indonesia, maka
penggunaan Operating System Linux menjadi pilihan utama agar masyarakat
tidak melanggar HaKI, kalau tidak mampu beli software Proprietary. Dua
tahun y.l. 5-Menteri telah mencanangkan Gerakan Indonesia Go Open
Source (IGOS). Kementrian RISTEK pada tgl 15 Juni 2006 telah seluruhnya
memakai software legal, yaitu Open Source, sebuah langkah nyata yg
CERDAS dalam menjawab permasalahan HaKI.
4. IBM adalah pendukung Standar Terbuka dan telah lama bekerjasama
dengan komunitas Open Source, sehingga memungkinkan kolaborasi antar
berbagai organisasi yg sangat dibutuhkan di era Pasar On-Demand,
sehingga bisa meresponse secara cepat, dinamis dan fleksibel agar
sukses.
5. Ada 4 ciri dominan perusahaan yg On-Demand:
- Responsif
- Struktur Biaya yg variabel
- Fokus, serta
- Resilient.
6. Untuk mendapatkan manfaat On Demand, diperlukan migrasi ke Sistem
Arsitektur TI yg terintegrasi dan mengadopsi Standar Terbuka, seperti
software2 Open Source, termasuk Linux, sehingga dapat mendukung
innovasi secara kolaboratif anatr berbagai organisasi dan komunitas.
Saat ini innovasi dan kolaborasi Open Source telah berhasil menciptakan
software2 canggih dengan biaya yg relatif murah.
Saya lampirkan tulisan saya tentang analogi Operating System Open
Source (Linux) adalah ibarat Oxygen yg bisa dihirup dari udara bebas,
sedangkan Operating System Proprietary (seperti MS Windows dan Mac OS)
adalah ibarat Oxygen yg dicampur dengan Aroma Therapy yg diklaim oleh
para Marketers MLM sebagai bisa menyembuhkan berbagai penyakit orang
tua, sehingga harganya mahal.
Bagi kebanyakan rakyat Indonesia, yg hidupnya pas-pasan dan koceknya
tipis, maka Pemerintah hendaknya mengarahkan dan mendidik agar mereka
menghirup Oxygen segar dari udara bebas, bukan Oxygen beraroma yg
mahal!
Pilihan Operating System bagi mass-market rakyat Indonesia adalah
sebuah Keputusan Penting Pertama DeTIKNas (Dewan TIK Nasional) yg baru
dilantik tgl 13 Nov 2006 kemarin. Karena ini merupakan awal startegy
pemanfaatan TI dalam kerangka Road Map TI Nasional. Kekeliruan pilihan
akan membawa implikasi yg sangat luar dalam biaya, pengembangan,
penerapan HaKI dan penindakan pelanggaran HaKI, ketergantungan terhadap
negara asing dan perusahaan asing, citra Indonesia di mata
Internasional, habisnya DEVISA nasional, dll. Semoga mendapat perhatian para pimpinan DeTIKNas.
Wassalam,
S Roestam
=============== email ini dikirim dengan OSS XANDROS 3.0.1 dan Browser
Mozilla Firefox ======= Salinan tulisan saya 3-hari y.l. yg mendal di milis ini:
From: S Roestam [EMAIL PROTECTED]
Date: 11/11/2006 23:35
To: <[EMAIL PROTECTED]>, <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Senin 13 Nov 2006 Dewan TIK Nasional dicanangkan di Istana
Bogor
Pak Rudy, P Naswil, P Eddy Satriya, P Hidayat, P Djarot, Ibu Judith
dan
kawan2 yg concerned,
Sebagaimana kita ketahui, Dewan TIK Nas akan dipimpin langsung oleh
Presiden RI dan Wakil Bpk Menko Ekuin. Anggota terdiri dari 12 orang
Menteri, Sekretariat ada di DEPKOMINFO. Selain itu ada Tim Mitra yg
terdiri dari Pimpinan Asosiasi dan Perusahaan, Akademisi, serta 5-
orang
Tim Penasehat.
Dari info yg dapat kami kumpulkan melalui kawan2yg hadir tgl 7 Nov
2006, serta koran Bisnis Indonesia, berikut ini kami ringkas sbb
(tolong dikoreksi): Soalnya, saya coba search info ttg DeTIKNas di
situs2 PresidenSBY.info, Ristek.go.id, Depkominfo.go.id, Postel.go.id,
info tentang D-TIKNAS belum di-upload.
Tujuan:
1. Teknologi baru
2. Meningkatkan SDM
3. Mengurangi Kemiskinan
Program Utama TIK (cetak biru):
1. InfrastrukturTIK
2. E-Edukasi, pengembangan software pendidikan, standar kompetensi
SDM, e-Learning, e-Education, dan e-Gov.
3. e-Proc dan e-Services
4. Pengembangan Industri dan Perangkat pendukung.
Saat penjelasan tgl 7 Nov 2006 tersebut, katanya 5 Menteri akan
mengumumkan kerjasama bidang Pendidikan, namun rinciannya tidak
tercatat oleh kawan saya Ibu Retno yg hadir. Adakah kawan2 lain yg
bisa
memberi penjelasan?
Juga diumumkan oleh para Menteri, bahwa Mitra dan Stakeholder
dipersilahkan memberi masikan kepada DeTIKNas.
Oleh karena itu izinkan kami untuk memberikan masukan sbb:
1. Agar DeTIKNas segera menyiapkan (kalau belum) Visi, Misi, Sasaran
dan Strategi organisasi ini. Sebab banyak kawan2 yg bertanya-tanya
tentang hal ini.
2. Agar DeTIKNas segera menyusun Strategy Map atau Road Map TIK,
khususnya Teknologi Informasi.
3. Termasuk dalam Road Map TIK diatas, agar DeTIKNas menetapkan
pilihan Operating Sistem Teknologi Informasi yang akan dipakai oleh
Mayoritas Masyarakat Indonesia.
Butir ke-3 diatas merupakan keputusan terpenting dari DeTIKNas yg akan
menentukan masa depan pemanfaatan TI di Indonesia, sebab Operating
System TI ibarat Oxygen bagi kehidupan manusia, atau bensin bagi
sebuah
mobil. Tanpa Oxygen manusia akan mati, tanpa bensin maka mobil akan
mogok. Jadi tanpa Operating System, maka PC, Laptop, Komputer akan
mati!
Open Source Operating System seperti LINUX dan turunannya adalah
ibarat Oxygen yg gratis kita hirup tiap hari.
Proprietary Operating System seperi MS Windows dan Mac OS adalah
ibarat Oxygen yang sudah dicampur bahan aroma pengharum ruangan,
sehingga diklaim oleh para MLM Marketers sebagai bisa menyehatkan
orang
tua yang sakit-sakitan, makanya pantas kalau dihargai mahal!
Bagi masyarakat umum Indonesia, mahasiswa, pelajar, dsb, yg duitnya
pas-pas-an, maka pilihan yg paling tepat adalah menghirup oxygen bebas
dari udara segar, bukan Oxygen beraroma wangi yg harganya jadi mahal.
Semoga analogi yg saya sampaikan bisa memperjelas beda kedua pilihan
Operating System diatas. Makanya kami mengharapkan agar penetapan
pilihan ini menjadi prioritas utama DeTIKNas.
Saya ingin memberi ilustrasi yg terkini tentang kasus2 Warnet, tolong
Ibu Judith (AWARI) dan pak Rudy (APWKomitel) memberi konfirmasinya
sbb:
Di Bogor baru-baru ini ada sebuah Warnet dengan 100-PC terpaksa gulung
tikar karena pemilik membeli Proprietary Software lengkap dengan biaya
resmi, sehingga modalnya tidak bisa balik.
Di Bandung ada sebuah Warnet yg memakai 100% software Open Source
(LINUX), akibatnya pelanggannya berkurang sampai 30%. Ini karena para
pelanggannya sudah terbiasa menghirup Oxygen beraroma. Supaya tidak
gulung tikar, maka sipemilik Warnet memutuskan untuk memakai 50% saja
Open Source software, sedangkan 50%-nya lagi pakai Software
Proprietary. Dia tidak cerita apakah pakai bajakan atau tidak.
Kesimpulannya, membiasakan masyarakat mengirup Oxygen beraoma
(Proprietary Software) adalah sebuah tindakan yg salah, karena
masyarakat Indonesia bukan masayrakat yg berduit banyak.
Makanya DeTIKNas hendaknya mendukung program IGOS, membiasakan
masyarakat yg umumnya tidak mampu untuk menghirup udara bebas, atau
pakai Open Source. Bagi masyarakat mampu, silahkan menghirup Oxygen
beraroma (Proprietary Software), mudah2an badannya makin sehat.
Mudah2an informasi ini dapat diteruskan ke Bapak Presiden SBY selaku
Ketua DeTIKNas.
Silahkan kawan2 menanggapinya.
Wassalam,
S Roestam
==============

Ronny Haryanto writes:
On Thu, Nov 16, 2006 at 02:15:28PM +0700, Sumitro wrote:
Ronny Haryanto writes: >On Thu, Nov 16, 2006 at 12:35:14PM +0700, Sumitro wrote: >>Kita memang perlu menginfo-kan ke publik, bahwa tindakan negosiasi dg >>satu Vendor khusus saja adalah salah dan merugikan kepentingan nasional. >> >>Masih ada kesempatan kepada kita untuk membuktikan bahwa LINUX bagi >>masyarakat umum adalah pilihan terbaik.
>
>Dua kalimat di atas bertentangan, lho. >
>Yg paling sip itu ya diberi kebebasan untuk memilih mana yg terbaik
>untuk tiap kasus. Saya gak mau pemerintah ikut mencampuri urusan saya
>menentukan saya mau pake apa. Biar pemerintah menentukan apa yg mereka
>pake sendiri aja, bukan apa yg masyarakat pake. >
>Mungkin yg anda maksud kita harus menunjukkan kalo Linux (dan yg
>lain2) juga patut dipertimbangkan.
Untuk memborong 600.000 SW MS itu pakai duitnya siapa?
Khan itu duit rakyat, jadi harus bisa membuktikan bahwa keputusan itu adalah yg terbaik bagi kepentingan jangka pendek maupun panjang Rakyat Indonesia. Kalau duit kantong pribadi, boleh saja semau gue! Mau bikin perbandingan? Silahkan!

Anda betul. Mungkin cara menulis saya tadi kurang bagus jadi
saya memberi kesan yg salah.
Saya bukannya tidak menyetujui kalo pemerintah tidak boleh pilih kasih
dan hanya menganak emaskan satu vendor saja. Dan saya juga bukannya
tidak setuju kalo Linux adalah salah satu pilihan yang sangat
menjanjikan dan patut dipertimbangkan.
Point saya adalah kalo pemerintah ga boleh main favorit ke satu
vendor, artinya vendor mana saja, bukan cuma Microsoft aja, termasuk
ke vendor2 Linux juga. Semuanya harus melalui proses seleksi yg fair,
jelas dan transparan kriteria dan proses pemilihannya.
Walaupun saya supporter Linux tapi saya juga menyadari kalo tidak
semua kebutuhan bisa diselesaikan dengan Linux. Linux juga punya
kekurangan2nya sendiri. Ini kita juga harus fair. Kriteria pemilihan
tidak seharusnya cuma masalah biaya semata. Walaupun cuma biaya pun,
biaya itu bukan cuma initial cost (harga beli) saja, tapi TCO itu kan
termasuk biaya maintenance, support, resources (human and otherwise),
seperti yg anda katakan harus untuk jangka panjang juga bukan cuma
awalnya saja.
Semua itu mesti disesuaikan dengan kebutuhan, dan gak bisa dipukul
rata, karena pemerintah kan mengurusi banyak bidang. Kalo kita
mikirnya cuma pekerja kantoran yg sehari2 pake Word, Excel sama web
browser sih itu mungkin typical, tapi tidak mencakup semua. Contohnya
mungkin misalnya badan meteorologi deh katakanlah, kalo mereka punya
software utk weather forecasting yg cuma jalan di Windows atau Solaris
dan binary-only/proprietary/closed-source masa mau dipaksa suruh pake
Linux? Rewrite softwarenya supaya jalan di Linux? Itu kan juga biaya.
Makanya harus dibuat sejelas dan setransparan mungkin. Ini cakupannya
ke siapa saja? Badan pemerintah yg mana saja? Untuk kegunaan apa saja?
Exclusive atau nggak? Membuka lapangan kerja dalam negeri nggak?
Membuang2 duit ke luar negeri atau invest ke dalam negeri?
Saya bukannya supporter Linux yg backstabbing, tapi saya rasa ada
baiknya kalo kita juga fair dalam beradvokasi, jadi jangan sampe
memberikan ekspektasi yang berlebihan sehingga malah backfire sewaktu
ekspektasi itu tidak bisa tercapai. "Wah katanya Linux bisa gini gitu,
tapi kok ini gak bisa ya, wah Linux itu jelek ternyata."
Ini bukannya discouragement lho. Kita mesti tetep semangat berjuang,
tapi jgn sampe terjebak menawarkan yg di luar kemampuan.
Setelah dipikir2 lagi, point saya yg diberi kebebasan sesuai kebutuhan juga
mungkin kurang tepat. Mungkin ada baiknya pemerintah membuat guideline
utk badan2nya, jadi kalo ada kebutuhan2 yg umum sudah ditentukan
terlebih dahulu, misalnya kalo kebutuhan pengguna cuma pake office
apps dan browsing ya bisa dipakein Linux sama OpenOffice, misalnya.
Kalo gak ada pilihan lain, seperti contoh weather forecasting tadi, ya
mau gak mau. Jadi tidak exclusive. Mudah2an saya gak terlalu ngelantur.
Ronny



Wassalam,
Sumitro R
--
Berhenti langganan: [EMAIL PROTECTED]
Arsip dan info: http://linux.or.id/milis

Kirim email ke