On Tuesday 13 November 2007, arman satary wrote:

> Ini juga menjadi kritik membangun buat komunitas linux, untuk aktif
> berkomunikasi dan membangun kemitraan dengan organisasi2 profesi.

Ini yang sering dilupakan. Komunitas linux memang ada dimana-mana. Tapi mereka 
sibuk dengan dunianya sendiri. Baru sedikit, terutama yang punya bisnis Linux 
yang secara serius melakukan pendekatan dengan bahasa awam ke orang/kelompok 
masyarakat IT lainnya. Apalagi orang awam, lebih gak tau lagi.

Kelompok seperti Apkomindo isinya adalah pedagang, bahasa yang nyambung adalah 
tentunya yang berkaitan dengan model bisnis. Tidak heran apabila mereka punya 
stereotipe bahwa linux adalah produk hobi karena mereka melihat pelakunya ya 
seperti itu, hanya mau bicara dengan sesamanya. Itupun dengan bahasa teknis, 
yang tentu saja sulit dipahami para pedagang. Tidak heran kalau mereka anggap 
Linux itu tidak bisa dipakai untuk cari untung (lha wong katanya gratisan? di 
mana bisa cari laba?) dan hanya cocok untuk mainan para teknisi.

> Salah satu harapan kelak Apkomindo mengeluarkan kebijakan nasional,
> bundling PC jualan anggota Apkomindo dengan linux, seperti yang
> dilakukan DELL dengan Ubuntu. amien... amien

Harus rajin datang ke mereka. Mendemokan linux, memamerkan kecanggihannya, 
tunjukkan solusi-solusi enterprise, productivity, office, server dlsb. maka 
mereka dengan mudah akan memahami, oh Linux ternyata lebih menjanjikan bila 
dibandingkan solusi proprietary.

Setahu saya, Apkomindo tidak mengenal kebijakan nasional. Karena mereka lebih 
cenderung seperti konfederasi. Jadi tiap daerah punya program masing-masing. 
Secara tidak langsung sebenarnya ini cocok dengan bentuk komunitas Linux yang 
juga otonom di tiap daerah, sehingga bisa MATCH dengan kondisi dan kebutuhan 
setempat.

-- 
Regards,

Pataka


-- 
Berhenti langganan: [EMAIL PROTECTED]
Arsip dan info: http://linux.or.id/milis

Kirim email ke