All, Saya sering melihat adanya posting soal masalah keaktifan suatu KPLI, yang biasanya berimbas pada website yang mati suri atau kepengurusannya hilang jejak. Ada juga rencana pendirian komunitas Linux disuatu kota, yang ternyata sebenarnya sudah ada KPLI di kota tersebut.
Beberapa kali saya mendapat email/chat permintaan pemindahan akses DNS sub domain kplixxx.linux.or.id, mungkin mas Ronny lebih sering lagi, seperti halnya tergambar pada email yang pagi ini ia kirimkan. Untuk mengantisipasi hal-hal seperti ini sekaligus meningkatkan kualitas informasi seputar di dunia Linux di Indonesia, saya mengusulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Menyatukan semua hosting subdomain.linux.or.id disatu tempat, menggunakan virtual domain/multi blog. Jadi masing-masing komunitas diberi space tersendiri, misalnya 1 atau 2 GB. Saya lihat selama ini isi suatu sub domain KPLI rata-rata relatif kecil, mungkin baru sampai kisaran ratusan MB per KPLI. Biaya untuk hosting setiap tahun bisa dibiayai dari donasi, jika perlu. Secara pribadi saya bisa menyiapkan space hosting ini, tanpa reserve (dalam arti, tanpa embel-embel tertentu). Jadi nanti bisa saja ada jakarta.linux.or.id, klas.linux.or.id, bekasi.linux.or.id dll. Andaikan ada kepengurusan yang tidak aktif atau berganti, website tetap aktif dan bisa dipindahtangankan administrative accountnya. Model seperti ini paling tidak memberikan beberapa benefit, antara lain : a. Tidak ada lagi website KPLI yang mati total karena pengurusnya tidak jelas/inaktif b. Mudah melakukan pemindahan administrative account ke masing-masing PIC c. KPLI-KPLI tidak perlu mengeluarkan biaya untuk hosting (maupun domain) d. Mudah melakukan penambahan/menghapus (jika perlu) suatu sub domain tertentu e. Mudah melakukan instalasi dan upgrade sistem secara massal. 2. Nantinya, semua isi dari masing-masing KPLI bisa diaggregasi ke linux.or.id atau ke planet.linux.or.id, sehingga artikel tentang Linux bisa mencapai audience yang lebih luas di Indonesia 3. Bagaimana jika pembiayaan hosting tidak terhandle ? Meski secara kemungkinan tetap ada kemungkinan seperti ini, saya melihatnya hal ini bisa diantisipasi dengan cara membuat mekanisme pembiayaan hosting yang tidak tergantung pada suatu sumber tertentu. Biaya hosting dalam 1 tahun berkisar sekitar 1 juta rupiah untuk kapasitas 500 GB jadi mestinya secara hitungan normal, biaya ini dapat dicover dari donasi baik lembaga maupun perorangan. 4. Pembahasan mendetail mengenai hal ini bisa dimasukkan sebagai salah satu item di LCM-ILC 2010 Demikian masukan diskusi ini, tanggapan atau saran saya persilakan. -- Best Regards, Masim "Vavai" Sugianto /************************************************************/ Blog (ID) : http://www.vavai.com Excellent Infotama Kreasindo : http://www.vavai.biz Training Zimbra Mail Server : http://bit.ly/aUydQJ /************************************************************/ -- Berhenti langganan: linux-aktivis-unsubscr...@linux.or.id Arsip dan info: http://linux.or.id/milis