GOOD BYE SANGHA, YOU ARE ONLY HISTORY

Sangha sebagai komunitas atau komuniti dan bukan komoditi sangat jelas
dari awalnya. Sangha adalah persaudaraan para Arya, organisasinya para
Biku.

Sejak 2500 tahun lalu, Guru Buddha dengan unlimitted wisdom, unlimited
loving kindnes dan future visionnya telah melihat kesulitan yang bakal
dialami murid-muridnya yang meninggalkan rumah tangga dari masa ke masa.

Pada awalnya murid Guru Buddha semua adalah arahat, sehingga tak
dibutuhkan aturan tata tertib biku, semua adalah orang suci, semua
adalah orang bijaksana, sehingga tindak tanduk mereka tak dilandasi
tiga akar kejahatan loba moha dan dosa, keserakahan, kebencian dan
kebodohan.

Namun perkembangan ajaran Buddha yang pesat kemudian mendatangkan
kesulitan tersendiri. Tak sedikit yang menjadi Biku karena mengikuti
tren, mencari popularitas atau untuk mendapatkan keuntungan tertentu.
Dengan kata lain, banyak juga yang pikirannya masih dikuasai tiga akar
kejahatan ini. Yang tentu saja selain merugikan diri sendiri juga
sangat merusak citra Ajaran Buddha, banyak umat awam yang konplain
langsung akan kondisi ini pada Guru Buddha.

Dengan kebijaksanaannya, sebagai antisipasi kondisi ini munculah apa
yang dinamakan vinaya Biku. Konon, butir-butir vinaya baru selalu
muncul setiap terjadi sebuah pelanggaran oleh Biku yang mana diketahui
oleh Guru Buddha entah lewat mata kebijaksanaan atau juga lewat protes
umat berumahtangga dan laporan Biku lain.

Tak jarang vinaya yang muncul perlu dijelaskan dengan sangat rinci,
misalnya tidak boleh memberikan persembahan pada Biku berupa pelayanan
seks, Biku tidak boleh memasukkan alat kelaminnya ke dalam alat
kelamin wanita, pantat, mulut dan juga ke dalam alat kelamin hewan
betina. Biku tak boleh bermastubasi.

Setiap kali ada vinaya baru muncul, itu pasti didasari adanya sebuah
pelanggaran yang berhubungan dengan vinaya itu, dengan kata lain
pelanggaran-pelanggaran tersebut pernah terjadi sehingga menciptakan
vinaya tersebut. 

Melihat sebab lahirnya vinaya, orang seringkali berkata, andaikata
Guru Buddha masih ada, pasti saat ini sudah lahir beribu-ribu atau
ratus-ratus vinaya baru.

Dengan future visionnyalah, Guru Buddha melihat kesulitan-kesulitan
tak terhingga yang harus dipikul murid-muridnya yang meninggalkan
rumah tangga di masa depan. 

Secara fisik sebagai sosok yang sangat manusiawi, yang masih dikuasai
usia tua, sakit, dan kehancuran tubuh kasar ini, Guru Buddha tak bisa
mendampingi murid-murid terkasihnya memasuki jaman berikutnya, seperti
jaman edan sekarang ini. 

Meskipun demikian, secara batin sebagai pribadi yang telah terbebaskan
pancaran spirit dan belas kasihnya tak akan dan tak pernah musnah,
selalu dia pancarkan untuk membantu mereka yang tengah melatih
kesadaran selama 24 jam. 

Menyadari kondisi di masa depan inilah, ketika secara fisik dia tak
bisa mendampingi mereka, Guru Buddha membuat aturan-aturan berhubungan
dengan keBikuan, yang tak lain untuk melindungi murid-murid yang ia
kasihi ini. Yang mana aturan-aturan ini secara tidak langsung
merepresentasikan kehadiran dirinya dalam melindungi murid-muridnya 
yang tengah berlatih.

Secara tak langsung juga, aturan-aturan ini kemudian membuat komunitas
Sangha, organisasi yang ia dirikan menjadi sebuah komunitas yang unik,
komunitas yang sangat berbeda dengan komunitas-komunitas yang ada di
sekitarnya, seperti komunitas petani, komunitas pedagang, komunitas
pemerintahan dan masyarakat umum lainnya.

Sangha adalah komunitas orang yang tengah melatih diri dengan
meninggalkan kehidupan berumah-tangga. Hidup mandiri jauh/ memutuskan
ikatan  dari keluarga biologis, tidak memiliki apa-apa, tidak bermata
pencaharian, semua ini tentulah tak mudah. Terlebih lagi di saat
mereka mengalami sakit secara fisik, maupun psikis bisa berupa
depresi, keputusasaan, kecewa, sedih, marah maupun tengah dikuasai
nafsu duniawi lainnya. Dengan kata lain, menjadi anggota Sangha tidak
otomatis menjadi Arahat atau Buddha, tapi manusia biasa yang tengah
berlatih yang masih akan mengalami hal-hal seperti di atas.

Di sisi lain meninggalkan dan melepaskan semua kepemilikan duniawi ini
adalah syarat mutlak untuk menjadi komunitas Sangha, sebuah syarat
untuk mengikuti latihan melihat dan mendapatkan batin yang tenang,
jernih, bersih. Karena kemudian hanya dengan batin yang jernih pula
kita bisa melihat /menyadari muncul, datang dan perginya akar-akar
kejahatan di dalam batin ini, untuk kemudian membersihkannya.

Dan dalam proses latihan, sudah sewajarnya kondisi-kondisi tidak
nyaman ini akan selalu datang dan pergi.

Menyadari kondisi ini pulalah, Guru Buddha mewajibkan patimokha, 
dimana pada tiap-tiap awal dan tengah bulan, Biku-Biku yang sibuk
berlatih berkumpul untuk mendengarkan kembali tekat dan aturan yang
harus mereka jalankan, menyegarkan batin mereka. Mereka merefleksi
diri apakah mereka sudah berlatih cukup baik. Apakah ada pelanggaran
yang telah mereka lakukan. Apabila itu dilakukan mereka bisa mengaku
pada komunitas mereka dengan tujuan untuk saling menjaga dan membantu,
bagaimana mereka bisa keluar dari kesulitan mereka. Teguran-tuntunan
dan nasehat yang diberikan pun semua datang dari belas kasih,
perhatian, kasih sayang dan keperdulian.

Hidup berkumpul dengan ragam orang yang berbeda tentu juga tak mudah,
tak jarang  terjadi konflik diantara mereka. Untuk itu kesempatan ini
bisa mereka gunakan saling mengaku dan memaafkan. Dengan kata lain
Sangha adalah sebuah persaudaraan mereka yang tengah berlatih. Dengan
kata lain lagi, Sangha dibangun, dibesarkan dan diagungkan karena
belas kasih, penerimaan, pemahaman yang tak lain adalah refleksi dari
sifat Guru Buddha sendiri. Maka, seharusnya semangat yang menjiwai
adalah saling memaafkan, saling mengasihi.

Sangha dibangun Guru Buddha karena dan dengan belas kasih, seharusnya
yang dominan dalam segala aturan maupun teguran di dalam Sangha adalah
belas  kasih, cinta kasih. Sangha adalah organisasi persaudaraan orang
yang belatih diri yang unik, mengambil sumpah suci, menjalani hidup
suci dan memiliki aturan-aturan suci yang tentu jauh berbeda dengan
mereka yang bukan menjadi anggota Sangha.

Di jaman Guru Buddha, Komunitas Sangha tinggal terpisah dari komunitas
umat awam. Tak terlalu dekat, juga tak terlalu jauh. Tak terlalu
dekat, maksudnya agar para Biku bisa berlatih dengan baik tidak
bercampur/ dikotori atau tertanggu
pandangan-pandangan/kesibukan-kesibukan sebagai umat awam. Tidak
terlalu jauh, karena Biku tak bermata pencaharian, jadi mereka hidup
dari dana umat dan juga sebagai guru yang mengajarkan tentang kebaikan
pada umat, sehingga jarak yang jauh bisa menyulitkan hubungan ini.
Selain itu juga, karena aturan dalam Sangha tentu berbeda dengan
aturan dalam umat perumah tangga. Dengan kata lain, komunitas Sangha
berbeda dengan komunitas umat awam. Komunitas Sangha adalah komunitas
guru yang mengajarkan kebijakan hidup, menjadi contoh kebaikan pada
komunitas umat awam. 

Sebagai komunitas berbeda tetapi saling membutuhkan, maka terdapat
juga aturan-aturan dalam Sangha yang berfungsi menjembatani hubungan
itu, di dalam vinaya Sangha terdapat juga aturan-aturan yang mengatur
hubungan antara umat awam dan Sangha. Semua ini tak lain untuk
kebaikan umat awam dan komunitas Sangha itu sendiri. 

Tetapi di jaman modern ini, ketika lahan semakin sempit, budaya atau
pandangan hidup yang sudah berubah sangat drastis, mau tidak mau
aturan-aturan ini tak bisa seidialis dulu. Tak jarang lahan yang
sempit membuat komunitas Sangha harus hidup bercampur baur dengan
komunitas umat awam, terutama di kota-kota besar.

Akibat percampuran dua komunitas yang memang aturan dasar `GBHN'nya
berbeda ini, mau tidak mau terjadi juga percampuran nilai. Yang terus
terang dalam banyak kasus, melemahkan Sangha sebagai sebuah komunitas.
Nilai-nilai, aturan-aturan yang bertujuan melindungi Biku sebagai
orang yang berlatih diri makin bias. Dengan kata lain, Biku yang
menjalankan disiplin dengan baik akan menjadi sosok alien, makluk aneh
di tengah komunitas yang sudah tak jelas.

Ketika komunitas Sangha sudah bias dan tak jelas, tak ada lagi yang
bisa melindungi Biku, sebagai pribadi yang tengah melatih diri. Yang
ada cuma umat awam yang bergaya seperti Biku, atau merasa lebih hebat
dari Biku, atau Biku tidak jelas yang berkelakuan seperti umat awam.

Bila saat itu terjadi, kita cuma bisa bilang: "Good bye Sangha, you
are only history."


Bogor, 3 Januari 2006
Harpin R








------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/b0VolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

** MABINDO - Forum Diskusi Masyarakat Buddhis Indonesia **

** Kunjungi juga website global Mabindo di http://www.mabindo.org ** 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/MABINDO/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Reply via email to