Anjing tergolong makhluk hidup yang memiliki kecerdasan dan perasaan.

Ini bukan soal pembunuhan, tapi merujuk pada seenaknya mengupayakan induk
anjing utk beranak, lalu setelah itu dengan seenaknya pula memisahkan sang
induk dengan anaknya. Coba bayangkan kalau seorang ibu (manusia) dipisahkan
dengan anaknya, gimana perasaannya? Bahagia? Meski ia tahu bahwa anaknya itu
mungkin saja hidup enak di bawah "peliharaan" pembeli? Ibu manusia yang bisa
mengerti pun tetap gak bisa menerima perpisahan dengan anak kandungnya,
apalagi anjing yang tidak pernah tahu ttg kondisi pembeli anaknya. Dijual
utk dipelihara atau dibunuh, induk itu tak pernah tahu, yg diketahuinya ia
sedih berpisah dg anaknya.

Ini juga kode etik yang dimengerti oleh pebisnis sarang burung walet.
Umumnya mereka yg berbisnis walet ini melakukan bisnisnya setelah mereka
berkeluarga dan beranak, dan itupun hanya digunakan sebagai sambilan. Ini
karena mereka juga tahu betapa kejamnya kita merenggut sarang burung yg
dibuat dengan susah payah/ Bayangkan saja kalau rumah yg kita bangun dg
pontang panting akhirnya diambil alih oleh org/makhkluk lain.

Kalau memang sudah melakukan pekerjaan ini sedemikian lama dan sulit utk
berganti pekerjaan, ya secara perlahan-lahan upayakan utk meninggalkannya.
Yg sudah lama pun demikian, apalagi yg belum atau baru mau mulai, kenapa
ikut2an terjun ke lubang penderitaan, menderita baik si subyek maupun obyek?

Salam,
siwu


On 7/5/07, [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>   Saudara saya punya seekor anjing Hsih Tzu yang lucu, masih berusia 3,5
> bulan. Ukurannya memang imut tapi bulunya bisa panjang sekali.
>
> Kemaren saudara saya bercerita bahwa ia berencana me-manak-an anjingnya,
> karena harga anjing anak-an Hsih Tzu lumayan mahal, 2 s/d 3 jutaan.
> Entah apa istilah yang cocok untuk istilah membudidayakan atau menernakan
> bagi anjing.
>
> Dia menanyakan bagaimana pandangan Buddhisme soal "beternak" dan berdagang
>
> anjing.
>
> Saya sampaikan bahwa soal "beternak" saya tidak tahu persis. Tetapi kalau
> soal maha pencaharian yang benar menurut Jalan Mulia Berunsur 8 memang
> bukan mata pencaharian yang benar.
> Namun adik saya berargumen bahwa yang dijual adalah bukan hewan untuk
> dikonsumsi. Anjing yang dijual juga adalah untuk disayang orang.
> Nah loh.... gimana menjawabnya saya masih belum tahu.
> Ada yang bisa bantu?
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
> 
>


[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to