Sejarah Situs Peninggalan Sriwijaya Terkubur Permukiman Palembang, Kompas - Perkembangan kawasan perumahan yang sangat pesat di Palembang "mengubur" situs-situs Kerajaan Sriwijaya.
Saat Kompas bersama arkeolog dari Balai Arkeologi Palembang, Retno Purwanti, melakukan penelusuran, beberapa situs yang menjadi bukti keberadaan kerajaan yang tumbuh di Sumatera pada abad ke 7 tersebut sudah tak dapat ditemukan karena tertutup permukiman penduduk. Jalan menuju ke bekas situs pun sudah tak dapat dikenali. Misalnya, saat mencari situs Kolam Pinisi, tempat ditemukannya sisa perahu dari abad ke-7, lokasi tersebut sudah tidak berhasil ditemukan. Bahkan, warga di Kelurahan Bukit Lama, Kecamatan Ilir Barat II, tidak menyadari kalau di perumahan mereka terdapat situs yang berkaitan dengan Kerajaan Sriwijaya. Di wilayah yang sama, situs Kambang Purun, tempat ditemukan Prasasti Siddhayatra dan beberapa fragmen/kepingan prasasti lain juga tak bisa ditemukan. Demikian juga situs Kambang Unglen yang diperkirakan merupakan pusat industri manik-manik untuk melengkapi kegiatan ziarah pada zaman Kerajaan Sriwijaya. Situs itu tidak dapat dijangkau karena lokasinya tertutup pagar rumah penduduk. Situs Candi Angsoka di Kelurahan 20 Ilir, Kecamatan Ilir Timur I, juga mulai terkepung rumah-rumah semi permanen sehingga benda-benda bersejarah di lokasi tersebut, antara lain batu yoni ukuran 112 x 130 x 130 cm sebagai bagian dari bangunan candi yang belum selesai, terancam rusak. Batu itu diperkirakan berkaitan dengan kegiatan agama Hindu di abad ke-10 Masehi. Sementara itu arca Bodhisattwa Awalokiteswara dari abad ke 8 dari situs Sarangwaty di Jalan Pendawa, Palembang, digunakan sebagai penghias kolam rumah penduduk. Sesuai informasi dari buku Situs-situs Masa Klasik di Wilayah Palembang terbitan Pemerintah Daerah Tingkat I Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1994, ada 17 situs peninggalan Sriwijaya di Kota Palembang. Retno Purwanti mengatakan, hilangnya situs-situs bersejarah tersebut menghilangkan peluang untuk menemukan informasi lebih banyak mengenai kegiatan Kerajaan Sriwijaya di Palembang. Menurut dia, para arkeolog baru melakukan penggalian hingga beberapa meter sehingga sebenarnya potensi untuk mendapatkan informasi masih sangat besar. Menurut Retno, jika situs-situs ini terus digali dan dijaga, bisa menjadi informasi yang sangat berharga. Selain itu, dapat dijual sebagai objek wisata karena merupakan salah satu legenda kebudayaan Melayu. (BOY) Nyanabhadra Yeshes bZangpo Tibetan Language & Buddhist Philosophy Institute of Buddhist Dialectic College for Higher Tibetan Studies Dharamsala P.O. Sarah, District Kangra - 176215 Himachal Pradesh - I n d i a "May I become at all times, both now and forever; a protector for those without protection; a guide for those who have lost their way; a ship for those with oceans to cross; a bridge for those with rivers to cross; a sanctuary for those in danger; a lamp for those without light; a place of refuge for those who lack of shelter; and a servant to all in need"-- H.H. The 14th Dalai Lama, Tenzin Gyatso -- Bodhicharyavatara [Tib. byang chub sems dpai spyod pa nyid 'jug pa bzhugs so; Ing. Guide to the Bodhisattva's Way of Life, Chapter III, Verse 18-19]~ Shantideva --------------------------------- Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo! Search. [Non-text portions of this message have been removed]