Kebakaran di Pademangan Barat, Jakarta Utara Kembali ini cerita orang susah.
Kebakaran terjadi sekitar pukul 16.00 WIB. Api melalap sebanyak 80 rumah warga di kawasan pemukiman padat pendudukyang dihuni sekitar 270 kepala keluarga di RT 16/07 Pademangan Barat, Jakarta Utara(detik.com). Saya masih di Pasar Pagi Mangga Dua dan was-was mengetahui kejadian ini dari teman, jangan-jangan tempat kosku! Setelah mengecek lewat telepon ke toko air isi ulang langananku, aku sedikit bernafas lega, kosku aman. Sepulang dari Pasar Pagi Mangga Dua aku kesulitan mencapai kosku, karena jalan-jalan diblokir dan dipenuhi mobil pemadam kebakaran, becek oleh air hitam yang disedot dari got-got besar. Setelah berkelok-kelok lewat jalan cacing dan sampai di kos, aku menaroh motor dan menyusuri lokasi kebakaran. Bukan apa-apa, letaknya hanya 200 an meter dari tempatku, aku harus memastikan situasi, apakah api berhasil dijinakkan. Menelusuri jalan-jalan yang diblokir tadi dan hanya bisa dicapai dengan berjalan kaki, aku menemukan rumah-rumah bedeng yang telah jadi arang, asap dan bau sisa kebakaran menyengat di mana-mana. Entah mengapa, tubuhku jadi agak lemas. Aku mengenali kayu-kayu yang tak jelas itu beberapanya adalah bekas tempat aku membeli makan malam. Salah satunya adalah ibu tua yang berjualan nasi kuning, yang berasal dari Cirebon. Ia menempati sebuah rumah petak sekitar 3x5 meter bersama suami, anak-anak, mantu dan cucunya di ujung gang. Hubunganku dengan ibu ini cukup dekat. Entah mengapa, sejak awal membeli nasi dengannya, porsiku dikasih sangat banyak. Pakai telor, pakai ikan, pakai gorengan... saking banyaknya sampai susah dibungkus... dan hanya dia hargai lima ribu rupiah! Melihat ini, ada temanku yang jealous, jadi pas lagi beli ke ibu ini ia bawa nama aku biar dikasih banyak, temennya enko yang badannya gede itu, cerita temanku padaku,hehe. Bagaimana keadaan ibu itu? Dimana dia mengungsi sekarang? Pikirku. Saat itu badanku lemas dan situasi masih kacau, aku segera kembali ke kos. Keesokan hari, saat pulang dari Pasar Pagi aku mencari informasi keberadaan ibu itu. Berbekal sekantong besar pakaian bekas layak pakai milik aku dan pacar, akhirnya aku menemukan ibu itu tinggal di tenda pengungsian. "Semuanya habis," katanya, "yang ada hanya baju melekat di badan ini," ia menunjuk daster coklat yang ia pakai. "Ini ada sedikit baju Bu, mungkin bisa dipakai Bapak dan anak-anak. Tapi tidak ada daster..." kataku pelan. Kemudian aku merogoh kantong, mengambil uang pendapatan hari ini yang aku siapkan, lalu menyelipkan di tangannya. "Makasih, yah." katanya. Tengah ngobrol ada yang datang, "ini anak saya juga ga punya baju, bajunya habis semua, padahal ia mau kerja butuh baju," katanya melirik kantong baju yang kuberikan pada si Ibu. lalu tanpa ba bi bu ia menyuruh anaknya memilih baju yang ada di kantong yang aku bawa. Aku agak tak enak, "ini buat ibu yah," kataku menunjuk kantong baju itu ke si Ibu penjual nasi kuning yang diam, lalu berpamitan. "Gak apa-apa, anak saya juga menantu ibu..." kata ibu penyerobot tadi. "Oh..." kataku mengerti dan pamit. Buat yang memiliki dan ingin menyumbangkan sedikit baju layak pakai, Anda bisa mengantar sendiri ke tempat ini, mau ditemani saya juga bisa. Bila diperlukan untuk membantu mengantarkan, Anda bisa mengedrop di konter saya: Konter Poster Pasar Pagi Mangga Dua, LT.5 (Depan toko Ferenssa B 57). Konter saya buka Jam 10 s/d 17.00 setiap hari. Tlp. 021 93793025 Bila diperlukan lagi, saya bisa menjemput ke tempat Anda, dengan catatan saya menggunakan sepeda motor tanpa SIM dan STNK, jadi harap tempatnya tak terlalu jauh dari lokasi saya, terlalu beresiko,hehe. Anjali, Harpin