aku yakin pak kacuk sukiran itu hanya wayang ....... dalange mungkin uakehhh 
.............

dan aku baru mudheng saiki ....... soalan gajah oling iki ....... tak kira 
gajah oling itu perusahaan transportasi ...........

soale nek sering keluar kota liwat pantura pasti hampir mayoritas truk sing 
liwat ana tulisane gajah oling, ternyata oh ternyata ...........

Salam


  ----- Original Message ----- 
  From: saifullah gatot 
  To: madiun-club@yahoogroups.com 
  Sent: Monday, November 24, 2008 12:29 PM
  Subject: Re: [madiunClub] Hindari Kontroversi Premanisme Pengawalan, Gajah 
Oling Bubarkan Diri



  Sedulur..

  Nek ngene iki..bener-bener oleng Gajahe..


  Nek Gajah oleng identik preman, pedehel kuwi TNI mayor.., oalahhh..??



  yo wis semoga premane ndak beranak pinak...(kamsute sing legal, spt 
pengawalan or security).



  Suwn

  Gtt

  mlayu blandang..wedy nek dilporke bos preman..



------------------------------------------------------------------------------
  From: kangucup <[EMAIL PROTECTED]>
  To: Milise wong Madiun <madiun-club@yahoogroups.com>
  Sent: Monday, November 24, 2008 5:27:46 AM
  Subject: [madiunClub] Hindari Kontroversi Premanisme Pengawalan, Gajah Oling 
Bubarkan Diri



   


  [ Minggu, 23 November 2008 ] 
  Hindari Kontroversi Premanisme Pengawalan, Gajah Oling Bubarkan Diri 






  Hindari Kontroversi Premanisme Pengawalan

  SURABAYA - Selesai sudah sepuluh tahun perjalanan Gajah Oling dalam 
menjalankan bisnis jasa pengawalan kendaraan pengangkut. Kemarin (22/11) anak 
usaha Koperasi Pembekalan Angkutan (Bekang) Kodam V Brawijaya itu resmi 
membubarkan diri. Alasan utamanya adalah menghindari kontroversi berkepanjangan 
tentang jasa pengawalan angkutan yang akhir-akhir ini dinilai dekat dengan 
premanisme.

  Keputusan membubarkan diri itu diungkapkan langsung Ketua Gajah Oling Mayor 
(pur) Kacuk Sukiran. Mantan kepala gudang perminyakan dan peralatan kesatrian 
Pembekalan Angkutan (Bekang) Kodam V Brawijaya tersebut menyatakan bahwa 
keputusan bubar itu merupakan hasil koordinasi dengan sejumlah pejabat Kodam V 
Brawijaya. "Kami tak ingin kontroversi ini berlanjut. Maka, secara resmi kami 
membubarkan diri," katanya ketika dikonfirmasi Jawa Pos kemarin. 

  Apakah keputusan itu terkait dengan rencana polisi untuk menyelidiki bisnis 
jasa pengawalan angkutan yang biasanya menggunakan stiker sebagai penanda itu? 
Kacuk langsung membantah. ''Kami hanya ingin tidak ada kontroversi lagi. Soal 
penyelidikan, itu bukan wewenang kami untuk menjawab. Yang jelas, selama 
berbisnis, kami tak pernah memaksa atau merugikan siapa pun untuk menjadi 
anggota kami,'' tegas pria yang telah menjadi ketua sejak awal berdirinya Gajah 
Oling itu. 

  Kacuk mengatakan, pihaknya sudah memberitahukan pembubaran Gajah Oling 
tersebut kepada hampir seluruh perusahaan yang menjadi kliennya. "Pagi ini 
(kemarin pagi, Red) sebagian besar klien sudah kami beri tahu dan kami minta 
untuk mencopoti sendiri stiker Gajah Oling di kendaraan-kendaraan mereka,'' 
jelasnya. Pencabutan stiker itu dilakukan agar kendaraan perusahaan yang selama 
ini menjadi klien Gajah Oling tak lagi dicegat polisi di jalan.

  Sebenarnya, Kacuk telah mengimbau pencopotan stiker Gajah Oling sejak Jumat 
(21/11). Ketika itu, tanda-tanda pembubaran Gajah Oling mulai tampak. Dengan 
pencopotan stiker, otomatis kontrak jasa pengamanan antara Gajah Oling dan 
kliennya putus. 

  Kacuk mengaku sedih atas keputusan membubarkan usaha jasa pengawalan yang 
telah memiliki jaringan nasional itu. "Bagaimana lagi. Situasinya telah 
berkembang ke arah yang tak menguntungkan kami. Satu-satunya pilihan ya hanya 
ini (pembubaran diri, Red)," katanya.

  Sementara itu, Polwiltabes Surabaya telah melakukan langkah-langkah awal 
penyelidikan terhadap Gajah Oling. Menurut Kapolwiltabes Surabaya Kombespol 
Bambang Suparno, pemeriksaan terhadap Mayor (pur) Kacuk Sukiran dilakukan 
kemarin. "Ini masih tahap awal. Yang bersangkutan hanya kami mintai keterangan 
soal bisnisnya secara umum," ujar orang nomor satu di jajaran kepolisian 
Surabaya tersebut. 

  Bambang mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan sejumlah pejabat di 
Kodam V Brawijaya terkait masalah tersebut. "Supaya jelas permasalahan yang 
ada. Kami pasti bersikap profesional dan proporsional," tegas mantan Dirlantas 
Polda Sumatera Utara itu.

  Kacuk menyatakan akan bersikap kooperatif atas penyelidikan yang dilakukan 
Polwiltabes Surabaya. "Berdasar petunjuk atasan, saya memang akan berkoordinasi 
dengan Polwiltabes Surabaya. Selain memberitahukan soal pembubaran Gajah Oling, 
juga mengklarifikasi mengenai cara kerja kami," tuturnya. 

  Seperti diberitakan, polisi telah mengembangkan sasaran operasi premanisme ke 
arah yang lebih luas. Tak hanya kejahatan jalanan, jasa pengawalan angkutan 
bermodus penempelan stiker juga menjadi bidikan razia. 

  Jasa pengawalan angkutan seperti Gajah Oling itu memang tumbuh subur seiring 
banyaknya pungli terhadap truk-truk lintas kota. Jaminan yang ditawarkan adalah 
bebas pungli untuk setiap kendaraan yang menjadi kliennya. Caranya sederhana. 
Pengusaha atau pemilik armada angkutan cukup membayar sejumlah tarif tertentu 
per bulan, kemudian mendapatkan stiker nama organisasi tersebut. 

  Maka, bila ada hambatan atau pungli di jalan, sopir cukup melapor ke bosnya. 
Selanjutnya, si bos menghubungi jasa pengawalan tersebut untuk memberitahukan 
bahwa anak buahnya masih terkena pungli. Nanti anggota organisasi pengawalan 
itulah yang bertugas menyelesaikan. Salah satu organisasi jasa pengawalan yang 
cukup besar dan punya nama ya Gajah Oling. 

  Kamis lalu (20/11) satu tim gabungan yang dipimpin langsung Wakabareskrim 
Mabes Polri Irjen Pol Paulus Purwoko melakukan razia di Jalan Gresik. Hasilnya, 
polisi memberhentikan dua truk dan menyobek stiker jasa pengawalan di kaca 
depan kendaraan itu. Satu stiker berlabel SKRD (Setia Kawan Rukun Damai), 
sementara yang lain adalah Gajah Oling. Tak tanggung-tanggung, yang menyobek 
stiker tersebut Kapolwiltabes Surabaya Kombespol Bambang Suparno. 

  Ketika itu, Wakabareskrim meminta Polda Jatim dan Polwiltabes Surabaya untuk 
menindaklanjuti temuan tersebut dan melakukan penyelidikan. Paulus mengatakan 
bahwa semua pungutan tak resmi di jalan yang mengandung unsur kekhawatiran dan 
keterpaksaan dari pengguna jasa bisa dijerat pidana. 

  Polisi Bentuk Tim Pemantau 

  PEMBUBARAN Gajah Oling (yang mungkin diikuti jasa pengawalan lainnya, Red) 
justru disambut skeptis oleh para sopir truk. Menurut Herdiono, seorang sopir 
truk antarkota yang mangkal di Aloha, polisi harus memastikan bahwa pungli di 
jalan benar-benar diberantas.

  ''Jangan-jangan setelah bubar, preman-preman kembali merajalela di jalan. 
Polisi yang cari kesalahan semakin banyak. Akibatnya, uang yang kami keluarkan 
justru lebih banyak. Malah merugikan,'' ujar pria yang telah menjadi sopir 
selama tujuh tahun itu. 

  Menurut dia, para sopir sebenarnya tidak keberatan dengan operasi preman agar 
jalanan benar-benar bebas pungli. ''Tapi, siapa yang bisa menjamin tidak ada 
lagi pungli? Apakah polisi mau patroli malam-malam dan justru tak cari-cari 
kesalahan. Siapa yang bisa menjamin?'' katanya dengan nada tanya. 

  Di bagian lain, Kapolwiltabes Surabaya Kombespol Bambang Suparno menjamin 
akan terus berkomitmen untuk membersihkan pungli di jalanan. ''Para sopir bisa 
langsung melapor ke kami melalui telepon atau SMS ke sejumlah nomor yang telah 
kami sosialisasikan,'' jelas perwira dengan tiga mawar di pundak itu. 

  Bambang juga mengaku telah membentuk tim yang khusus patroli dan memantau 
jalur luar kota, yakni jalur Surabaya-Gresik dan Surabaya-Sidoarjo. ''Yang 
rawan pungli memang jalur luar kota. Dalam kota relatif bersih karena 
pantauannya lebih gampang serta truk dan kendaraan berat tak bisa masuk dalam 
kota,'' ujarnya.

  Bambang mengatakan, tim tersebut akan terus berkeliling dan memantau 
tempat-tempat yang selama ini rawan pungli. ''Kalau menemukan adanya praktik 
pungli, tim itu akan langsung menindaknya,'' imbuhnya. 

  Untuk itu, Bambang mengatakan akan memberikan tanda khusus terhadap 
keberadaan tim tersebut agar para sopir bisa langsung lapor bila terjadi 
sesuatu. Konsepnya semacam kantor polisi berjalan. ''Dengan adanya sosialisasi 
nomor telepon dan tim ini, kami harap para sopir tak perlu resah lagi dengan 
pungli bila masuk wilayah Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik,'' tegasnya. (ano/fat) 



   

Kirim email ke